drrttttt drrtttttt drrrttttt
Suara bunyi nyaring dari ponsel, malah membuat Arin menutupi diri dengan selimut lebih rapat. Ia kira, jika mengabaikan panggilan itu, ponselnya tidak akan berbunyi lagi. Namun, perkiraannya salah. Tak beberapa lama, ponselnya kembali berdering nyaring. Arin yang kepalang kesal, langsung mendudukan diri dengan wajah merengut. Ia melihat warna langit yang terlihat dari sela-sela jendela masih gelap.
"Ya tuhan siapa sih yang nelpon pagi-pagi masih gelap gini?!" Gerutu Arin lalu meraih ponselnya. Disana tertera nama 'Arin's boyfriend🤍' yang berarti adalah Chio.
"Morningg!"
"Please yaa! Ini masih gelap, ngapain nelpon hikss..."
"Ini hari senin, Arin. Ntar lo telat upacaranya kalau gak bangun sekarang. Ayo siap-siap sekarang. Gue jemput 30 menit lagi. Lo sarapan di rumah gue. Gue yang masak."
"Gue tahu masakan lo enak banget, tapi gak dibangunin jam segini juga😭."
"Udah-udah cepet mandi sana."
Kemudian Chio pun mematikan telpon sepihak. Arin memasang akting wajah menangis suram. Melihat pantulan wajahnya dicermin dengan rambut yang masih seperti singa. Baru hari pertama ia menjadi pacar Valenchio Adiyaksa, ia sudah dibangunkan pagi-pagi buta seperti ini. Arin sudah sangat tahu kalau Chio memang terbiasa bangun pagi, tapi ia tidak menyangka kalau dirinya akan terkena imbas kebiasaan Chio ini.
Bagi Arin, biasanya jam segini masih bisa dimanfaatkan untuk tidur. Arin juga tidak pernah terlambat ke sekolah. Memang Chio saja yang terlalu rajin baginya. Meski setengah hati karena waktu tidurnya tersita sedikit, Arin tetap mengambil handuk dan pergi mandi. Kemudian memakai seragam sekolah sesuai dengan yang diperintahkan oleh Chio.
30 menit berlalu, Arin keluar dari kamarnya dan di ruang tamu sudah terpampang laki-laki berpakaian seragam rapih lengkap dengan jaket sedang menonton televisi. Chio duduk dengan santai, sambil menikmati cemilan milik Arin yang ia ambil sendiri dari kulkas. Chio masih belum menyadari keberadaan Arin, sampai Arin muncul tepat didepannya.
"Kerahnya kelipet." Chio berdiri, lalu membenarkan kerak jaket yang Arin pakai. Arin melongo dengan mulut terbuka. Ternyata ini rasanya menjadi pacar seorang yang perfeksionis. Bahkan apa yang Arin kenakan pun, akan dirapihkan dan dibenarkan oleh Chio.
"Ini jepitnya juga miring, Rin." Chio juga membenarkan aksesoris dirambut Arin dengan hati-hati supaya rambut Arin tidak tertarik.
"Chio udah ih. Gue kena mental nih. Merasa gagal jadi cewek karena gak pernah rapih." Cicit Arin. Bibirnya mengerucut sebal. Chio malah tertawa gemas. Merasa kalau kalimat yang dilontarkan oleh Arin itu lucu baginya. Lagi-lagi ia mencubit pipi Arin yang tidak terlalu tembam itu.
"Anjirrrrr, meski ketawa ngeledek, tapi kok cakep bener yaa. Chio manusia apa bukan sih?! Ketawanya ganteng banget:(" Batin Arin.
"Chiooo, lo harus janji sama gue!" Ucap Arin sembari menyentuh dada Chio dengan jari telunjuknya menunjuk-nunjuk. Tidak menatap ke arah Chio.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECTIONIST BOYFRIEND [TERBIT]
Teen Fiction[Beberapa part sudah dihapus] [Visual : Mashiho & Kyujin Nmixx] Kehidupan cinta remaja indah yang dibayangkan oleh Arin ternyata tidak berjalan mulus. Bukannya berlayar dengan cinta pertamanya-Yovan, Arin malah harus bertemu dan selalu berurusan den...