50. Tahta Hati

60 10 0
                                    

"Rin... Bangun, sayang... Arina..."

Masih dengan mata yang tertutup, Arin mendengar ada seseorang yang memanggilnya. Menyuruhkan untuk bangun. Suara yang terdengar tidak asing baginya. Suara yang mampu membuat suasana hatinya menjadi nyaman.

"Arin... Ayo bangun, sayang..."

"Papih?!" Arin langsung terduduk. Ia masih belum percaya melihat apa yang ada di depannya sekarang. Dewangga, Papihnya duduk di ranjangnya dan tengah tersenyum ke arahnya.

"K-kok, Papih ada disini?" Tanya Arin gugup. Takut apa yang ia lihat hanya halusinasinya.

Dewangga tersenyum, lalu lengannya meraih kepala Arin dan mengelusnya lembut. "Emangnya Papih gak boleh disini? Mata kamu kenapa sayang? Kamu pasti abis nangis lama ya? Makanya matanya jadi bengkak." Tanya Dewangga.

Tidak langsung menjawab pertanyaan Dewangga, Arin malah memejamkan matanya. Sudah lama sekali ia tidak merasakan buaian hangat dari Papihnya itu. Rasanya nyaman sekali. "Kamu berantem ya sama pacar kamu?" Tanya Dewangga lagi.

"K-kok Papih tau aku punya pacar?" 

"Apa sih yang Papih gak tau, sayang. Kalau kamu merasa bersalah, kamu harus berusaha ngelurusin semuanya, sayang. Supaya dia gak salah paham berkepanjangan. Urusan kelanjutan hubungan kamu, bisa diomongin nanti. Yang penting kamu jelasin dulu sejujur-jujurnya." Jelas Dewangga.

Mata Arin berkaca-kaca. Memang Papihnya lah yang paling tau segalanya. Hanya Papihnya yang mampu menenangkan dan menghiburnya. Hanya Papihnya yang bisa memberikan solusi untuknya. "Makasih, Papih. Arin janji, Arin bakal berusaha."

"Semangat, cantik! Papih tau, kamu pasti bisa ngelewatin semuanya." Dewangga tersenyum lalu mengecup kening Arin lembut.

Arin membuka matanya cepat. Benar dugaannya, yang baru saja terjadi tentunya hanya mimpi. Tapi ia percaya kalau Papihnya selalu ada disampingnya. Bahkan dalam mimpinya pun, Papih selalu menyemangatinya dalam setiap masalah hidupnya.

"Thanks, Papih. Aku bakal berusaha jelasin ke Chio. Doain aku bisa lewatin semuanya ya, Pih." Arin meraih figura foto diatas nakas, lalu tersenyum.

Setelah itu, ia kembali menaruhnya seperti semula. Menggulung rambutnya. Mengambil handuk dengan semangatnya. Hari ini ia akan pergi ke rumah Chio dan menjelaskan semuanya sejelas-jelasnya. Tidak peduli hasilnya bagaimana, yang terpenting ia sudah berusaha melakukan yang terbaik.

Ting tong... Ting tong...

Baru saja melangkah mau masuk ke kamar mandi, terdengar bel apartemennya berbunyi. Arin bingung, siapa yang datang sepagi ini. Perasaan Arin belum memesan makanan apapun untuk sarapan.

 Perasaan Arin belum memesan makanan apapun untuk sarapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"L-lily?" Arin mendapati sosok yang tidak terduga. Lily datang dengan sebuah koper. Jangan bilang, Lily memiliki masalah dirumah, dan kabur. Namun, ia tidak memiliki siapapun, sehingga terpaksa kesini.

MY PERFECTIONIST BOYFRIEND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang