Arin tidak pernah mengira akan berdiri tepat di depan rumah Chio saat ini untuk meminta sebuah kejelasan tentang perempuan lainnya. Rencananya pagi ini berubah drastis. Yang awalnya ingin meminta maaf dan meluruskan tentang Yovan, menjadi urung karena cerita Lily.
Selepas Lily pergi tadi, sejujurnya Arin sudah mulai merasakan pilu dilubuk hatinya. Namun, ia masih tetap berusaha berpikir positif sebelum mendengar cerita yang sebenarnya dari mulut Chio. Ia harap apa yang Lily ceritakan adalah sesuatu yang tidak benar.
Ting-Tong... Ting-Tong...
Arin menatap netra coklat seseorang yang kini telah dihadapannya. Ada setitik rasa rindu yang menyeruak begitu hebatnya. Rindu akan kasih sayang laki-laki yang ada dihadapannya ini. Matanya mulai berkaca-kaca akibat rasa rindu itu. Tapi Arin menahannya supaya tidak jatuh.
Chio juga sama terdiamnnya. Menunjukkan ekspresi wajah yang agak kaget karena kedatangan Arin yang tiba-tiba. Tak hanya menghampiri Arin, ternyata rasa rindu itu juga menghampiri Chio. Rasanya sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan perempuan yang ia sayangi itu.
Sebelum Chio membuka mulutnya, Arin sudah lebih dulu mengeluarkan foto dari tasnya. Ia memperlihatkan foto itu dengan setengah hati. Jujur, ia belum siap kalau harus menerima kenyataan yang pahit lagi. Namun, siap tidak siap, ia harus mencari tahu kebenarannya.
"Kamu gak kenal kan sama cewek ini?" Tanya Arin dengan suara yang bergetar.
Chio melebarkan matanya. Setelah dua tahun lamanya, ia melihat lagi foto yang ia cari-cari selama ini. "D-darimana k-kamu dapet foto ini?" Tanya Chio gugup. Ia menyadari suara getar Arin dan mata yang berkaca-kaca itu.
"Gak penting aku dapet darimana. Tolong jawab aku jujur. Ini bukan siapa-siapa kamu kan? Ini sepupu kamu kan? Atau sahabat kamu?" Arin yang sudah tahu jawabannya berusaha menepis jauh kenyataan itu.
Chio menghela nafas kasar. Wajahnya menampilkan ekspresi frustrasi, seakan kebohongannya terbongkar secara tidak sengaja. Arin juga menyadari ekspresi itu. "Aku bakal jelasin semuanya, Rin. Tolong kasih aku kesempatan. Tapi sebelumnya kamu harus ketemu sama orangnya dulu ya?"
Benar perkataan Lily. Ternyata orang itu masih ada dan bayangannya masih terus bersama Chio sampai saat ini. Bahkan Chio berani untuk mempertemukan keduanya. Pertahanan Arin akhirnya runtuh juga. Air matanya jatuh. Namun, ia langsung menyekanya. Ia tidak boleh terlihat lemah saat ini.
Chio tidak tega melihat air mata itu. Biasanya ia akan menjadi tempat Arin menumpahkan segala tangisnya. Tapi sekarang justru ialah penyebab tangisan itu. Chio juga tidak bisa mundur. Yang menjadi tujuannya saat ini, adalah menceritakan semuanya secara jujur pada Arin.
"Tuhan, tolong kuatkan aku nerima kenyataannya nanti..."
***
Mobil Chio terparkir di depan sebuah komplek pemakaman. Arin bingung dengan maksud Chio kali ini. Kenapa mereka harus dipertemukan di pemakaman? Apa Chio memiliki rahasia lainnya tentang seseorang yang sudah tiada?
Saat turun dari mobil, Chio menarik lengan Arin memasuki komplek pemakaman tersebut tanpa sepatah kata pun. Perjalanan mereka cukup jauh, karena pergi ke area tengah komplek pemakaman. Pemakanan itu terlihat sangat sepi dengan wangi bunga yang cukup menyeruak.
Langkah Chio akhirnya terhenti. Ia melepaskan genggaman itu. Menatap sendu ke arah makam yang ada didepannya itu. Rasanya sudah lama sekali ia tidak mengunjungi makam ini. Makam yang dahulu menjadi tempatnya bercerita segalanya. Chio kemudian berjongkok di depan makam itu. Menyentuh lembut nisan makam itu.
Arina Sheena Zamora
Itulah nama yang tertulis di nisan yang Chio sentuh. Chio kemudian memulai penjelasannya. "Kenalin, Rin. Ini first love aku. Panggil aja Ririn. Dua tahun yang lalu ia meninggal karena sakit dan..." Omongan Chio tiba-tiba terhenti. "Dan karena aku gak bisa jaga dia juga, Rin..." Lirih Chio pelan.
"Dia juga mantan pacar aku, Rin. Waktu itu dia bilang, dia lebih bahagia sama Yovan. Apa boleh buat, aku gak bisa menentang perasaan dia. Tapi tiba-tiba dia pergi gitu aja dari dunia ini, Rin... Bahkan aku belum sempet pamit dengan baik sama dia..." Lanjut Chio.
Terlalu hanyut dalam ceritanya sendiri Chio menyadari tidak ada respon dari Arin. Chio menoleh ke arah Arin. Arin menatapnya dengan tangisan yang sudah mulai pecah. Chio lalu berdiri. Tidak tega melihat tangisan Arin itu. Tangisan Arin membuat hatinya sakit. Ia berusaha menyeka air mata itu. Namun, Arin menepisnya kuat.
Plakkkk
Satu tamparan keras Arin berikan pada Chio. Setelah menampar Chio, Arin tertawa miris. "Jadi lo sengaja ngedeketin gue?! Lo udah bikin rencana supaya gue jatuh cinta sama lo?! Karena nama gue sama kayak dia?! TERNYATA GUE CUMA JADI PENGGANTI DIAA?! CUMA JADI BAYANGAN SEMU DIA?! JAWAB GUE, CHIO! LO BERENGSEK BANGET! BAHKAN LEBIH BERENGSEK DARI YOVAN. GUE BENCI SAMA LO CHIO!" Teriak Arin dengan tangisnya.
"Rin, ini gak seperti yang kamu pikir. Aku cinta kamu karena itu kamu, Rin. Kamu bukan pengganti siapa-siapa, apalagi bayangan semu, Rin."
Arin meremat kepalanya frustasi. "Jadi ini cerita yang gak berhak gue tau? Karna kalau gue tau, lo gak bisa lagi dapetin cewek yang namanya sama kayak dia?! GUE GAK NYANGKA LO SETEGA INI, CHIO! BAHKAN NAMA KITA PUN SAMA PERSIS.... HIKSSS..."
Chio berusaha mendekati Arin. Namun, Arin terus mundur menjauhinya. "Bukan gitu maksud aku, Rin. Kamu salah paham, Rin." Air mata Chio akhirnya luruh juga.
Bersamaan dengan itu, turun hujan yang sangat deras. Seakan semesta berusaha menyembunyikan suara tangisan itu supaya tidak di dengar oleh siapapun disana. Keduanya menjadi basah kuyup. Chio masih berusaha mendekati Arin, tapi Arin malah semakin histeris.
"SALAH PAHAM? BAHKAN SAAT LO SALAH PAHAM PUN, LO GAK MAU DENGERIN PENJELASAN GUE. MULAI SEKARANG KITA GAK ADA HUBUNGAN APA-APA LAGI CHIO. JANGAN PERNAH CARI GUE LAGI! SILAHKAN CARI ARINA-ARINA LAIN YANG BISA NERIMA RENCANA LO INI!" Teriak Arin ditengah derasnya hujan. Ia berlari meninggalkan Chio.
Sekuat-kuatnya Arin berlari percuma saja. Chio berhasil mengejarnya, dan menariknya ke dalam pelukan. Chio mengelus punggung Arin pelan. Berusaha menghadirkan rasa nyaman itu. Berharap Arin bisa tenang, dan mau mendengarkan penjelasannya.
"Udah banyak luka yang gue alamin sampe gak ada lagi manusia yang gue percaya. Saat lo dateng ke hidup gue, gue malah naroh rasa kepercayaan itu di lo. Ternyata gue salah. Seharusnya gue selamanya gak usah percaya sama manusia!" Arin menambah penekanan diakhir kalimat. Setelah itu ia mendorong Chio sekuat tenaga agar terlepas dari pelukan itu. Chio sampai jatuh ke tanah. Namun, Arin tidak memperdulikannya dan tetap berlari pergi.
Chio menatap Arin yang kian lama menghilang dari pandangannya yang agak buram itu karena air hujan. Tangisnya semakin pilu, tapi disamarkan oleh suara hujan yang lebih keras. Chio masih terduduk diantara makam. Masih mempertanyakan atas dasar apa semesta menghukumnya seperti ini.
Chio berani bersumpah, kalau bayang-bayang Ririn benar-benar sudah hilang dan hanya menjadi sebuah kenangan. Saat ini perempuan yang ia sayangi hanya Arin seorang. Chio juga tidak bisa menyangkal takdir yang mempertemukan dirinya dengan Arin. Perasaan itu tumbuh begitu saja, tanpa Chio rencanakan. Siapa sangka obat dari lukanya adalah perempuan yang namanya sama dengan penyebab lukanya.
Bahkan, awalnya Chio tidak berani menyukai Arin. Tapi rasa itu semakin tumbuh dan semakin jelas. Sampai ia memberanikan diri untuk memulai hidupnya dengan cinta yang baru. Sampai ia yakin kalau obat dari lukanya itu memang benar-benar datang. Ternyata malah Chio yang menjadi luka baru untuk Arin.
"Rin, maaf... Seharusnya aku jujur dari awal... Maaf... Maaf udah rusak kepercayaan kamu..."
***
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA ❤️
BIAR AKU SEMANGATT ❤️
TERIMAKASIH SUDAH BACA ❤️
SEMOGA SEHAT DAN BAHAGIA SELALU ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECTIONIST BOYFRIEND [TERBIT]
Teen Fiction[Beberapa part sudah dihapus] [Visual : Mashiho & Kyujin Nmixx] Kehidupan cinta remaja indah yang dibayangkan oleh Arin ternyata tidak berjalan mulus. Bukannya berlayar dengan cinta pertamanya-Yovan, Arin malah harus bertemu dan selalu berurusan den...