11. Liburan Kedok Pelarian

110 23 1
                                    

"Rin, minta tolong bantu siapin alat makan sama mejanya. Katanya Kak Jeo udah on the way pulang dari kantor."

Arin yang sedari tadi duduk di kursi bar dapur sembari melihat Chio memasak, mengacungkan jempolnya. Kemudian ia bergegas mengambil piring di laci dapur dan mulai menatanya di meja makan.

Tak lama setelah Arin selesai menata meja makan, terdengar suara seseorang membuka pintu utama, yang pasti Jeo. "Kak? Udah pulang?" Sapa Arin terlebih dahulu pada Jeo.

"Pas banget, ini makanannya dah mateng." Sahut Chio.

Mendengar Chio sudah memasak makan malam, Jeo langsung pergi ke kamarnya untuk mandi. Selang beberapa menit, Jeo berlari ke bawah untuk makan malam bersama.

Jihoon memasukkan satu suap makanan ke dalam mulutnya. Ia membuang nafas jengah. "Bosen banget yah. Masa long weekend nanti, cuma di rumah aja."

"Terus lo maunya gimana, Kak?"

Jeo berdehem dan memasang wajah seperti sedang berpikir. "Hmmm... Kayak butuh liburan..."

"Gimana kalau ke villanya Grandpa? Mumpung libur panjang." Usul Chio.

"Good idea!"

Arin yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan kakak beradik ini mulai membuka suara. "Kalau Chio sama Kak Jeo liburan, Arin sama siapa dong." Wajah anak gadis satu-satu dirumah ini, berubah menjadi sendu.

Memang benar yang dikatakan Arin. Kalau long weekend nanti, Chio dan Jeo liburan, ia harus ke rumah siapa. Ara juga tidak ada di rumah, karena pergi ke rumah tantenya yang ada di luar kota. Arin tidak mau merepotkan Ara terus, karena setiap liburan pasti Arin selalu ikut.

Arin kira Chio dan Jeo tidak akan kemana-mana. Makanya ia mengambil keputusan untuk tidak ikut Ara pada long weekend kali ini. Ara pun sudah memesan tiket pesawat kemarin. Jadi mau tidak mau long weekend ini, Arin harus berdiam diri di apartemennya sendiri.

Jeo iba melihat wajah sendu Arin. "Ya... Arin ikut aja?"

"Eh beneran, Kak? Arin boleh ikut, Kak?" Tanya Arin dengan sumringah.

"Boleh dong, masa engga." Jawab Jeo dengan senyum hangatnya yang khas itu.

Berbeda dengan Jeo yang mengajak Arin dengan antusias, Chio malah memutar bola matanya malas. "Dih, Kak. Lo bakal rugi besar kalau ngajak si Arin."

"Apaan sih lo? Iri aja lo! Kalau lo gak mau liat gue, gampang. Yang liburan gue sama Kak Jeo aja. Lo di rumah aja."

"Sinting ya lo? Yang adiknya Kak Jeo siapa coba?"

"Makanya gak usah banyak ngomong!"

"Lo!" Chio menatap tajam mata Arin.

Bagi Jeo, perdebatan seperti ini sudah menjadi hal yang biasa. Semenjak Arin datang ke kehidupannya Chio, memang hal seperti ini akan terjadi. Ditambah melihat sifat Chio dan Arin yang sama-sama tidak mau kalah. Tapi Jeo senang. Rumah ini menjadi lebih hidup dari biasanya.

"Udah-udah gak usah debat lagi. Kita pergi bertiga yah minggu depan."

Arin sontak menjulurkan lidahnya tanda mengejek pada Chio. Ia akan selalu menang berdebat dengan Chio, jika ada Jeo juga disana sebagai penengah.

***

Ting tong...

Suara bel apartement Arin terdengar nyaring berbunyi. Arin yakin itu adalah Chio dan Jeo yang datang menjemput. Memang dari sepuluh menit yang lalu, Chio sudah memberi pesan untuk bersiap karena ia dan Jeo akan segera tiba-tiba.

MY PERFECTIONIST BOYFRIEND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang