45. Kisah Ara

49 6 0
                                    

Arin menyeka air mata Ara yang ada dipipi dengan tisunya. Kemudian ia juga mengambilkan segelas air dan beberapa cemilan untuk Ara dari dapur. Tangis Ara akhirnya mereda. Ara juga mulai memakan sedikit demi sedikit cemilan yang Arin berikan. Mungkin lapar, setelah menangis panjang.

"Udah ya nangisnya? Gue sampe sesek denger nafas lo nangis kayak tadi. So, karena gue udah tau semuanya, gue pengen tau dong cerita lo balikan sama Yovan." Ucap Arin.

"Sebenernya gue sahabat lo bukan sih?! Masa kronologi sahabat gue balikan sama pacarnya, gue gak tau." Lanjut Arin.

Wajah Ara yang kacau karena menangis, tiba-tiba berubah ekspresi salah tingkah. Sebagaimana Arin kalau diminta menceritakan Chio. Itulah yang Ara rasakan sekarang. Menahan senyumnya.

"Pipi Lo merah tuh! Lo salting ya?!" Ejek Arin, menunjuk-nunjuk pipi Ara dengan jari telunjuknya.

"Yaudah iya! Gue cerita!"

Berawal pada kejadian di taman gedung apartemen Arin. Saat Chio dan Ara bertemu. Chio menceritakan semuanya. Namun, Yovan malah mengikuti Ara dan bertemu dengan Chio. Suasana pun menjadi kacau karena rasa benci Chio pada Yovan. Lalu Arin datang, untuk membawa Chio pergi saat itu.


"Udah ayo! Gue udah laper!" Erang Arin sembari menarik lengan Chio untuk pergi dari sana.

Namun, tangan kanan Arin ditahan oleh Ara. "Rin, gue perlu ngomong sesuatu sama lo." Arin melirik Ara dengan tatapan sinis. "Lain kali." Jawabnya dingin. Lalu Arin kembali menarik lengan Chio untuk pergi dari sana. Meski syok, Ara berusaha memahami Arin. Ara merasa, Arin pantas marah. Ara akan beri Arin waktu untuk menenangkan diri. Bila tiba saatnya, Ara akan meminta maaf pada Arin.

Ara terduduk kembali dibangku yang ia duduki bersama Chio tadi. Tubuhnya pasrah melihat wujud Arin yang kian lama menghilang. Yovan yang terbaring ditanah, langsung bangkit. Memeriksa keadaan tubuh Ara. Tak peduli dengan darah yang mengalir di sudut bibirnya.

"Sayang... Raa... Kamu gak apa-apa kan?" Tanya Yovan panik.

Ara tidak menjawab perkataan Yovan. Rasa sedih, marah sekaligus bersalah menyelimuti perasaannya. Bertanya-tanya apa yang harus ia lakukan setelah ini. Arin tidak akan memaafkannya dengan mudah. Sedangkan ia hanya memiliki satu sahabat, yaitu Arin.

"Aku mau putus." Tukas Ara tiba-tiba dengan air mata yang terus mengalir.

Yovan melebarkan matanya. Menatap kedua mata Ara yang basah. "Kenapa? Ini semua kan salah paham. Kenapa kita harus putus? Aku gak mau putus, Ra." Tanya Yovan. Air matanya luruh juga.

Ucapan terkadang tidak sejalan dengan hati dan juga pikiran. Itulah yang Ara rasakan saat ini. Hatinya sangat menyayangi Yovan. Namun, ia ingin meminta maaf dari sahabatnya. Mengakhiri hubungan dengan Yovan, bisa menjadi bukti ketulusan maafnya, pikir Ara.

Ara lagi-lagi tidak menjawab pertanyan Yovan. Ia malah berdiri dan ingin beranjak pergi. Lengannya berhasil Yovan tahan. Namun, Ara menepisnya dengan kuat. "GUE SEHARUSNYA GAK PACARAN SAMA LO. MESKI GUE CINTA SAMA LO, GAK SEHARUSNYA INI TERJADI. GUE JADI KEHILANGAN SAHABAT TERBAIK GUE! JADI MULAI SEKARANG STOP TEMUIN GUE!" Bentak Ara, lalu beranjak pergi meninggalkan Yovan.


Mendengar cerita Ara, bibir Arin menjadi manyun. Ia lantas memeluk erat sahabatnya itu. "Maafin gue huhu... Maaf lo harus korbanin perasaan lo ke Yovan demi gue..." Ucap Arin tulus. Ara menggeleng pelan. Tiba-tiba Arin mencium pipi Ara sekilas. Berharap ide jahilnya merubah suasana sedih ini. Seketika Ara jadi meronta-ronta dari pelukan Ara karena ia mengetahui Arin akan merencanakan hal-hal jail lainnya.

MY PERFECTIONIST BOYFRIEND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang