26. Trauma

92 18 0
                                    

Sebuah kegiatan perkemahan tidak lengkap kalau tidak ada acara api unggun. Dimana seluruh siswa duduk mengelilingi sebuah api unggun besar sembari mendengarkan cerita dari siapa saja yang mau bercerita. Kemudian diakhiri dengan nyanyian bersama. Begitupun hari ini. Setelah event foto berakhir, seluruh siswa berkumpul dilapangan yang sangat luas. Mengelilingi tumpukan kayu yang nantinya akan dijadikan api unggun.

Awalnya Arin masih menikmati acara tersebut. Tertawa riang bersama teman-temannya, karena mendengar cerita lucu dari guru mereka. Namun, pada pertengahan acara, Arin teringat pada Chio. Matanya melihat ke segala arah. Mencari keberadaan laki-laki tersebut. Lelah mencari dan tidak kunjung menemukan, akhirnya Arin meminta ijin ke kamar mandi. Tidak ingin teman-temannya tahu kalau ia mencari Chio. Bukannya menemukan Chio, Arin malah bertemu dengan Jendra.

"Jen, lo liat Chio gak?" Tanya Arin to the point. Rasa khawatirnya mulai muncul.

Jelas sekali raut wajah Jendra menggambarkan ekspresi kaget. Padahal Arin hanya menanyakan keberadaan Chio. Agak lama jeda Jendra menjawab pertanyaan Arin. "E-eung... C-coba lo cari di batu besar yang ada di deket tebing." Jawab Jendra gugup.

Arin langsung melengos pergi ke arah tebing. Cara Jendra menjawab pertanyaan Arin barusan, membuat Arin tambah khawatir. Takut terjadi apa-apa pada Chio. Rasa khawatirnya mengalahkan rasa takutnya saat melewati jalanan hutan yang gelap. "Gue harus cepet-cepet nemuin dia." Batin Arin.

***

"Dingin gak?" Tanya Chio lembut.

"Dikit." Jawab perempuan yang duduk tepat disamping Chio. Chio kemudian memasukkan tangan perempuan itu ke dalam saku jaketnya. Menggenggamnya erat, supaya tangan perempuan itu menjadi hangat.

"Kok muka kamu pucet sih?" Tanya Chio lagi.

"Gak apa-apa, kok. Mungkin karena panas api unggunnya?" Jawab perempuan itu.

"Beneran gak apa-apa? Kalau kamu pusing atau gak enak badan, bilang ke aku ya? Jangan dipaksain." Tanya Chio sekali lagi untuk memastikan.

"Beneran gak apa-apa kok, Valen. Kamu tenang aja ya. Kamu kan atlet cowok yang kuat, jadi pacar kamu juga harus kuat." Jelas perempuan itu. Berusaha menghapus kekhawatiran Chio. Kalimatnya tadi berhasil mengundang senyuman Chio seraya mengangguk paham.

Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Chio dari belakang. Ternyata itu Jendra. Jendra memberitahukan kalau Chio harus mencari tambahan kayu bakar bersama panitia lainnya. Chio yang sadar tanggungjawabnya sebagai panitia, kemudian meminta ijin pada perempuan yang ada disampingnya. Perempuan itu mengangguk tanda mengijinkan. Chio membuka jaketnya dan memakaikannya ke perempuan itu. "Nih pake aja jaket aku."

"Hati-hati ya! Awas jalanannya pasti gelap, kamu harus bawa senter." Ucap perempuan itu, dan diacungi jempol oleh Chio.

Chio menepuk pundak Jendra. "Lo gak usah ikut cari kayu bakar. Gue titip cewek gue." Bisik Chio kemudian melenggang pergi.

Chio bersama panitia lainnya mencari kayu ditepi hutan agak lama. Ia kaget saat kembali ke tempat perkemahan, orang-orang berhamburan kesana kemari. Berbeda jauh sebelum ia pergi tadi. Suasananya pun menjadi sangat tidak kondusif. Chio menanyakan ke salah satu orang yang ia temui sembarangan. Orang itu pun menjawab kalau ada salah satu anak perempuan yang pingsan.

Perasaan tidak enak menghantui Chio. Chio buru-buru mencari Jendra. Ia melihat Jendra dari kejauhan. Raut wajah Jendra kalut sekaligus panik seperti orang yang kebingungan. Chio berlari menghampiri Jendra. Bertanya apa yang terjadi pada Jendra.

"Ini ada apa, Jen?!" Suara Chio meninggi.

"C-cewek lo... C-cewek l-lo, Chio..." Ucap Jendra dengan nada terbata-bata.

MY PERFECTIONIST BOYFRIEND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang