25. Memories With Me

98 20 0
                                    

Drrrrtttt drrrttttt drrttttt

Suara alarm berbunyi nyaring di atas nakas. Sinar matahari dari sela-sela gorden menusuk mata Arin yang masih tertutup itu. Alarm pertama, berhasil Arin matikan dengan tenang. Alarm kedua, Arin matikan dengan kesal. Barulah pada alarm ketiga, Arin terbangun karena sadar harus pergi ke sekolah.

"SIALL! GUE TELAT!" Arin langsung terduduk dan meraih jam di atas nakas. Ia menghela nafas, melihat jam masih menunjukan pukul 6 pagi. Ternyata ia tidak telat.

Detik berikutnya Arin baru tersadar sesuatu. Seingatnya terakhir kali ia masih membuka matanya itu di mobil Chio. Lalu sekarang saat bangun dari tidurnya, ia sudah ada dikamar. Arin juga baru sadar ada jaket yang menyelimuti tubuhnya. Arin ingat betul, ini jaket Chio yang Chio kenakan semalam. Ia mengendus kuat jaket tersebut. Baru percaya, ketika harumnya sama persis saat ia menghirup harum tubuh Chio di supermarket.

Lagi-lagi jantung Arin berdegup kencang. Terbit raut bahagia diwajahnya. Bahkan ia sempat menutup seluruh tubuhnya dengan selimut lagi, saking salah tingkahnya. Ia terus berpikir, kenapa Chio tidak bisa berhenti membuatnya salah tingkah. Sadar waktu terus berjalan, Arin ingat kalau dirinya harus bersiap ke sekolah.

Brukk

"Sialan! Buntelan apa ini?! Siapa cobak yang naroh disini?!" Gerutu Arin.

Baru saja dua langkah Arin berjalan, ia tersandung sebuah barang berukuran agak besar seperti lipatan selimut disamping ranjang. Barang itu masih terbungkus plastik rapih. Arin melihat ada sepucuk surat yang menempel pada barang tersebut.


Ini sleeping bag-nya buat lo aja

Jadi lo gak usah beli, uangnya buat hal lain yang bermanfaat buat lo aja

Gue sama Kak Jeo punya sleeping bag banyak

Kalau mau berterimakasih ke Kak Jeo aja

-Chio


Arin baru sadar kalau semalam ia belum sempat membeli hal yang mau ia beli. Arin masih tidak menyangka, kenapa Chio sebaik ini padanya. Bukan lagi salah tingkah, sekarang Arin merasa terharu dengan kebaikan Chio. Chio selalu menyediakan apa yang Arin butuhkan. Bahkan tempat untuk bersandar pun, Chio selalu siap sedia.

***

Hari yang dinanti-nanti oleh semua siswa pun akhirnya tiba. Acara perkemahan ini dapat menjadi sebuah kenangan remaja yang manis bagi siapapun. Entah itu dengan sahabat, teman, guru atau bahkan orang yang disukai. Meski begitu, seluruh siswa tetap mematuhi peraturan perkemahan yang guru buat.

Kelompok Arin beranggotakan Arin, Ara, Jessica, dan empat teman perempuan lainnya. Sesuai intruksi guru, sesampainya di tempat perkemahan, seluruh kelompok mengambil tenda yang sudah disediakan dan memasang tenda masing-masing. Kelompok yang memasang tenda tercepat akan mendapatkan hadiah berupa cemilan ringan.

Kelompok Arin sama sekali tidak mengharapkan hadiah tersebut. Tidak perlu menjadi yang tercepat, yang penting tenda berdiri dengan sempurna dan tidak membahayakan. Kelompok Arin bahu membahu membuat tenda. Mereka membagi tugas sesuai dengan keahlian masing-masing.

Setengah jam berlalu, tiba-tiba Chio menghampiri tempat kelompok Arin mendirikan tenda. Ia ikut membantu tanpa disuruh siapapun. Dikelompok laki-laki, memang kelompok Chio lah yang menjadi yang tercepat. Ada Chio yang membuat tenda secara runtun sehingga menjadi terasa cepat. Setelah selesai Chio langsung menghampiri Arin dan membantu Arin.

MY PERFECTIONIST BOYFRIEND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang