4. Si Ribet dan Si Emosian

116 27 0
                                    

"AAAAAAAAA! LUCU-LUCU BANGET!" Teriak Arin saat memasuki sebuah toko alat tulis bersama Chio.

Chio hanya geleng-geleng kepala melihat Arin loncat-loncat antusias melihat banyak barang yang menurutnya lucu di toko tersebut.

"Chio! Kita pake karton warna pink aja! lucuuu" Arin sibuk menunjuk-nunjuk gulungan karton berwarna pink yang berada dipojok ruangan.

"Kalau pake warna pink gak masuk kesemua warna, dodol. Warna pink cuma bisa pakai hiasan warna pink lagi atau ungu." Chio menepuk-nepuk kepala Arin pelan.

Arin berpikir sejenak. Perkataan Chio ada benarnya juga. Untuk membuat sebuah poster lebih baik pakai kertas dengan warna netral seperti putih. Akhirnya Arin pergi ke sudut toko lainnya untuk melihat barang-barang yang lain.

"Chio! Solasi gambar power puff girls itu gemess bangett!"

"Kita gak butuh solasi motif, bodoh."

"Chio! Chio! Sticker itu lucuk amatt!"

"Fokus Arin! Kita tuh mau kerjain tugas kelompok. Bukan mau ngehias buku diary lo!"

"Dih gak usah nyolot! Dah lah males gue. Lo beli bahan-bahannya aja sendiri! Gue mau tunggu di luar!"

Chio memutar bola matanya malas, saat Arin keluar dari toko. Menurutnya, tidak ada gunanya Chio mengajak Arin kesini. Jika akan tahu seperti ini, Chio lebih memilih untuk meminta Arin langsung kerja kelompok saja.

Memilih bahan untuk sebuah tugas, apalagi poster membutuhkan waktu yang cukup lama bagi Chio. Chio banyak menimbang pilihan yang paling pas untuk tugas tersebut. Setelah dirasa cukup, Chio membayar semuanya dan keluar menyusul Arin.

Diluar ternyata Arin tengah bersantai di sebuah bangku sambil menikmati es krimnya. Chio menghampiri Arin, kemudian duduk disampingnya. Chio tertawa kecil melihat ada noda es krim di sekitar mulut Arin. "Dasar bocil. Makan es krim aja blepotan."

"Rin! Liat sini deh!"

Chio menyeka noda eskrim di ujung bibir Arin dengan ibu jarinya. Lalu menjilat ibu jarinya tersebut. Arin terpaku menatap Chio. "Chio gilak! Dia ngapain sih!"

"Emmm... Enak juga. Kok gak beliin gue sih?" Tanya Chio datar.

"Dih ini orang santai banget sih? Udah bikin anak orang meleyot."

Arin langsung memberikan sebungkus es krim yang tadi dia beli. Chio menerimanya dengan senang hati. Di siang hari yang panas begini, memang paling enak makan es krim.

Untuk beberapa saat keduanya tidak membuka obrolan karena fokus menikmati es krim masing-masing. Kedua masih duduk di depan toko alat tulis.

"Ngerjainnya dimana? Mau di rumah lo?" Tanya Chio mulai membuka obrolan.

"GAKKK!"

Chio mengerjap kaget karena teriakan Arin. Es krimnya sampai jatuh karena saking kagetnya. "Duh santai dong. Gue kan cuma nanya. Sampe jatuh kan eskrim gue" Chio langsung tertunduk lesu. 

Melihat eksperesi Chio yang berubah drastis hanya karena es krimnya jatuh, mengundang tawa bagi Arin. "Sorry-sorry. Nanti gue beliin lagi deh. Ngerjainnya di rumah lo aja."

"Tapi, Kakak gue lagi diluar kota. Lo gak keberatan?" Arin hanya menggeleng pelan sebagai jawabannya. 

***

Arin berdecak kagum saat melihat keadaan rumah Chio. Beberapa barang dan furniture tersusun rapih dan sangat enak dilihat. Selain rapih, semuanya juga sangat bersih. Arin baru pertama kalinya menginjakan kaki di rumah King of Perfectionist. Benar-benar memperlihatkan ke-perfeksionis-an sejati.

MY PERFECTIONIST BOYFRIEND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang