Pagi ini lapangan ramai oleh siswa-siswi yang menonton pertandingan basket antara SMA Lentera dengan SMA Cendana. Salah satu anggota dari tim SMA Lentera baru saja mencetak poin. Menghadiahkan sorakan histeris para penonton.
Retta menegang waktu melihat suasana asing macam ini. Ia baru tiba untuk ikut menyaksikan. Sejak kedatangannya pun, orang-orang dengan seragam sama dengannya menatapnya tak percaya.
Samar-samar dapat Retta dengar bisikan dari mereka. Ia menghela napas. Membiarkannya angin lalu. Ia datang ingin melihat teman pertamanya di SMA bertanding untuk pertama kalinya juga.
"Dia bukannya yang sering berantem sama Naomi ya?" tanya satu siswi di samping kiri pada temannya.
"Iya. Ga biasanya dia dateng ke acara sekolah kayak gini."
"Mungkin dia cari suasana baru. Mungkin juga ada temannya yang lagi main di sana."
"Ngaco lo! Dari dulu kan dia ga punya temen!"
Retta tak menggubris obrolan mengenai dirinya. Ia masih setia menonton pertandingan. Ralat, sebenarnya hanya menonton Rey. Laki-laki itu terlihat begitu ahli menggiring bola dan merebut bola dari lawan. Seperti bukan seorang pemula. Padahal dia saja baru mencoba bermain basket.
Tim lawan akhirnya berhasil mencetak poin meskipun baru satu. Namun hal tersebut tentu mampu membuat penonton sebagian bersorak kecewa dan sebagian lagi bersorak senang. Dan Retta masuk pada kategori kecewa.
Nyatanya keramaian semacam ini cukup mengasyikkan juga untuk gadis seperti Retta. Pandangan matanya entah kenapa tertarik ke arah lain. Di sana, tepatnya pinggir lapangan, sekumpulan anak cheerleader tengah bersorak sebagaimana mestinya. Mereka tentu harus menyemangati tim SMA mereka.
Tapi ada yang aneh.
"Naomi dari tadi gue lihat lemes banget," Retta sedikit melirik ke arah siswi yang tadi sama menggosip dirinya.
Ia juga berpikir begitu. Naomi di sana tampak berbeda. Di saat anak cheers lainnya bersemangat, dia terlihat tak bertenaga.
Pertandingan akhirnya selesai setelah empat babak terlewati. Siswa-siswi SMA Lentera berteriak penuh kemenangan ketika mengetahui hasil akhir pertandingan. Tetapi teriakan itu entah kenapa justru berubah menjadi teriakan histeris para anak cewek. Saat Naomi diangkat ke atas, tiba-tiba pertahanannya runtuh. Gadis itu ambruk.
Para anak cheers menggeromboli tubuh lemas Naomi. "Udah gue duga dia bakal pingsan." Salah satu gadis di gerombolan itu berujar. Sebelum tampil, wajah Naomi tampak pucat.
"Yang bawa tandu mana dah lama banget??" Yang lain bertanya mana kala tak menemukan kelompok pembawa tandu yang biasanya selalu sigap dalam kondisi begini.
Lea celingukan ke arah para lelaki. "Hey cepetan ke sini! Kalian jangan lihatin aja, gentle kek jadi cowok," sindirnya pada mereka yang malah tak punya inisiatif.
Haidar yang mendengarnya, lantas dengan semangat berlari menghampiri. Namun ada yang mendahului. Tubuh Naomi sudah diangkat oleh laki-laki lain. Gagal sudah rencana pencintraan Haidar di depan Lea.
Keadaan segera membaik setelah seorang guru menenangkan melalui microfon. Acara selanjutnya pun berjalan normal sebagaimana mestinya. Para anggota pemenang dan anggota yang kalah saling bersalaman. Pertandingan kalah atau menang bukan lah tempat mencari musuh. Melainkan tempat mencari teman.
Beberapa kali juga mereka saling berfoto ria. Terlebih anggota basket dari SMA Lentera yang lebih banyak diajak foto bersama.
Retta memegang erat botol mineral di genggamannya. Muncul keraguan untuk menghampiri Rey di sana yang sedang diajak orang-orang mengambil gambar. Bahkan kebanyakan cewek yang mengajak. Membuat Retta sangat tidak percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY
RastgeleTentang kehilangan lalu mengikhlaskan. Namun seseorang datang untuk menggagalkan. ••• Kondisi keluarga yang terbilang tidak cukup baik membuat Aretta Valerie membutuhkan teman yang siap untuk mendukungnya. Hingga seseorang datang, menemaninya melewa...