11. Teman Katanya

5 0 0
                                    

Kamu tau? Ada yang mau menjadi temanku. Dan kamu tau? Itu dia, yang bilang begitu. Ini sudah tiga hari semenjak aku menolak untuk jadi temannya. Aku khawatir dia ingin jadi temanku hanya karena merasa kasihan. Aku tidak butuh dikasihani.
-Aretta Valerie

"Ta..."

Dan orang yang baru saja dibicarakan datang.

"...li sepatu lo," lanjut Rey kikuk.

Retta beralih pandang pada sepatu di kakinya. Tali sepatunya memang terurai ikatannya. Sambil menali rapi ulang tali sepatu, Retta bertanya.

"Ngapain ke sini?"

Ini di belakang kantin yang sudah lama tak terpakai. Biasanya, tempat ini menjadi markas bolos para berandal sekolah. Ya benar, Retta membolos.

"Gue nyasar---"

"Hey, lo udah mau sebulan jadi murid sini. Ga mungkin lo belum inget detail tempat di SMA Lentera," ujar Retta.

Rey meneguk ludah susah payah. "Iya, emang?"

"Apaan sih? Lo mau apa ke sini? Lo bolos?" Oke, Retta yang sentimen mulai menguasai raganya.

Berbagai pertanyaan menyerbu Rey sampai lelaki itu kebingungan. Akhirnya dia pun ikut duduk di sebelah Retta. Yang makin membuat gadis kuncir kuda itu heran.

"Gue jarang liat lo gambar-gambar lagi," kata Rey sambil melirik buku yang dipangku Retta.

"Berapa kali gue bilang, itu ga ada urusannya sama lo?" Nada Retta naik satu oktaf. "Lo masih mau jadi temen gue?" Retta mengajukan tanya yang paling membutuhkan jawaban. "Kenapa? Karena lo kasian ngelihat gue yang sebegitu kesepian?"

Rey menoleh dan kepalanya ia reflek gelengkan. "Setelah gue buka mata, gue udah ga bisa lihat kedua orang tua gue." Laki-laki alis tebal itu tiba-tiba bercerita.

Retta diam.

"Gue tau, lo emang kesepian karena orang tua lo yang ngga menganggap lo ada. Gue juga sama. Mungkin bedanya gue yang ga nganggap mereka ada. Ya karena mereka emang ga ada." Rey tertawa samar.

"Maksudnya?" tanya Retta sedikit tak mengerti mengapa Rey menceritakan kisah hidupnya.

"Gue ga jago ngomong. Sorry kalo agak kurang enak di denger," katanya menggaruk tengkuk malu.

"Lo---"

"Gue juga kesepian, Retta. Gue pengen lihat mereka kayak lo pengen dilihat mereka." Rey mengambil oksigen di sekitar sejenak. "Jadi, gue mau temenan sama lo bukan karena rasa kasihan."

Retta tertegun. Mulutnya tak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun lagi. Lidahnya terasa keluh.

"Mungkin alasannya gue melihat sedikit sisi gue yang lain."

☁️☁️☁️

"Honey Bunny Sweety Leave~"

Yang barusan itu suara milik Haidar. Dirinya tengah sibuk mengejar Lea sehabis latihan untuk tanding keesokan harinya.

Lea berbalik badan. Hal itu nyaris membuat tubuh Haidar terhuyung ke depan sebelum tangan lentik Lea menahannya. "My Mom give me a beautiful name. Leave? Gue tebak lo gatau artinya." Kemudian, Lea kembali berjalan.

Dengan segera, Haidar menyusul di belakang gadis blasteran itu. "Itu khusus, baby. Lea-love digabung jadi Leave. You know? Semacam panggilan kesayangan," ujarnya sambil menyengir.

Dua insan tersebut semakin menjauh dari lapangan. Naomi masih duduk di kursi pinggir lapangan bersama Vando dan Elang. Kedua lelaki sibuk meminum minuman dingin.

LONELYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang