7. Pertarungan

382 87 5
                                    

Aku sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sendirian.

Kilas balik masa lalu membanjiri benak Scarlet. Ia tahu tidak ada gunanya berteriak. Drew berada di sisi lain pertanian itu, terlalu jauh untuk mendengarnya. Lagipula, ia tidak berharap banyak bahwa anak itu bisa menyelamatkannya. Bagaimanapun, Drew hanya anggota junior, dan makhluk itu sudah membunuh banyak pemburu yang lebih berpengalaman dari Drew dan Scarlet.

Dengan jarak kurang dari satu meter memisahkan mereka, kenyataan bahwa Anomali itu tidak langsung merobek lehernya sudah cukup untuk membuat Scarlet heran. Anomali itu hanya berjalan mengitarinya sambil menggeram. Mata merahnya tajam menusuk, memandangi setiap jengkal tubuh Scarlet dengan ekspresi bengis.

“Aku mengerti sekarang. Kau menikmatinya, bukan?” Scarlet berujar dengan tatapan jijik. Tak sekali pun ia melepaskan kontak mata antara mereka. “Kau menikmati rasa takut. Kau menikmati teror di wajah korban-korbanmu. Itulah mengapa kau tidak menyerang secara terbuka. Itulah mengapa kau bersembunyi di kegelapan, menunggu ada yang datang ke areamu.”

Makhluk itu mendengus dan mengebaskan kepala. Sebuah benda yang lembut dan basah terlempar ke dada Scarlet, lalu jatuh ke kakinya. Refleks, pandangannya bergerak ke bawah, menatap cabikan gaun berlumur darah yang tersampir di ujung botnya.

Jane!

Seketika, kemarahan membanjiri benak Scarlet. Werewolf itu menyeringai, seolah telah menantikan momen itu. Tubuhnya meniarap dalam posisi siap menerkam. Tanpa membuang waktu lagi, Scarlet pun menyerbu.

“Pergilah ke neraka!” serunya.
Mata Scarlet menyipit penuh antisipasi. Bilah kapaknya berkilat-kilat ditimpa sinar bulan, mengayun persis ke leher Anomali itu. Namun, hanya udara kosong yang berhasil ia tebas. Dengan kecepatan luar biasa, makhluk itu mundur dan berputar. Tahu-tahu, ia sudah berada di belakang Scarlet. Tentu, gadis itu tak kalah cepat. Ia menjatuhkan diri ke lantai dan berguling menghindari terkaman makhluk itu. Segera ia bangkit kembali dan melancarkan serangan selanjutnya. Mata kapaknya beradu dengan kuku cakar raksasa Si Anomali, suaranya bergema menggetarkan dinding dan atap lumbung itu.

Energi dari hantaman itu mendorong Scarlet ke belakang. Refleks, ia seimbangkan posisi kaki. Belum sempat ia mengatur kuda-kuda, makhluk itu kembali menerjang. Kaki depannya terulur, cakarnya mengayun hanya beberapa sentimeter di depan mata Scarlet. Terpaksa gadis itu kembali mengelak. Sekilas, dilihatnya bahwa pinggul makhluk itu terbuka.

Ini kesempatan!

Kapak Scarlet berkelebat, mendaratkan satu serangan keras. Bisa ia rasakan mata kapak itu terbenam pada suatu benda padat. Seketika itu, jerami berjatuhan ke atas kepala Scarlet. Terkejut, gadis itu segera memandang ke hadapannya. Tampak kapaknya menancap pada seikat besar jerami. Werewolf itu bertengger pada puncak tumpukan jerami itu, merayap turun penuh nafsu. Air liur bercampur darah menetes dari sudut moncongnya ketika makhluk itu menjilat moncong dengan lidah panjang sekelam malam.

Scarlet: the Wolf Hunter [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang