Memang judul acara malam itu adalah pertemuan warga. Namun, hampir semua orang setuju bahwa itu hanyalah istilah penghalus bagi sidang in absentia penentu nasib Scarlet Dixon. Drew Baker dipanggil jadi saksi pertama. Dengan berapi-api dan agak berlebihan ia menceritakan kronologi patrolinya, mulai dari saat ia dan Scarlet menemukan seorang anak di dalam lemari, hingga ketika ia menemukan gadis itu dalam wujud setengah werewolf.
“Apakah Scarlet Dixon menyadari perubahan wujudnya?” Lord Rochester bertanya penuh selidik.
“Aku tidak tahu, Lord Rochester,” sahut Drew ragu-ragu. “Sudah tiga kali aku ikut patroli bersama Scarlet, tetapi aku belum pernah melihat Scarlet seperti itu sebelumnya. Maaf, Lord Rochester, aku tidak tahu mengapa hal itu bisa terjadi.”
“Begitukah? Lalu, apakah Scarlet Dixon membahayakan salah satu dari kalian?” Pria ningrat itu kembali bertanya, kini sembari memilin-milin ujung kumisnya.
“Tidak.” Remaja itu menggeleng. Dalam hal ini ia berkara jujur. “Scarlet segera berubah kembali ke wujud manusia begitu melihat kami. Ia pingsan tidak lama kemudian, dan kami membawanya kembali ke Desa Chartain.”
Lord Rochester dan para pengurus desa yang lain mengangguk. Drew pun dipersilakan duduk. Berikutnya, Seneca dipanggil menghadap. Dengan tenang pria itu berdiri. Langkah-langkah sepatu bot hitamnya menggema di seantero bangunan batu tersebut. Tepat di depan Lord Rochester ia berdiri tegap.
“Seneca Willow, apakah kau yang merekrut Scarlet Dixon ke dalam skuad pemburu?” tanya Lord Rochester.
“Benar, Tuan,” jawab Seneca singkat.
“Bersediakah kau bersumpah bahwa kau tidak tahu menahu tentang kemampuan Scarlet Dixon?”
“Aku bersedia,” ucap Seneca tegas. “Selama hidup kami, belum pernah kami mendengar ataupun menemui fenomena seperti ini. Bahkan, aku yakin Scarlet pun tidak mengetahuinya.”
“Apakah kau sedang berusaha membela dirimu?” sahut Lord Rochester pedas. “Ataukah kau sedang berusaha melindungi gadis itu? Bagaimana bisa kau begitu yakin padanya?”
“Aku percaya fakta-fakta telah berbicara dengan sendirinya.” Untuk pertama kali, para pemburu melihat gejolak amarah dalam diri komandan yang biasanya sinis dan masa bodoh itu. “Agaknya semua orang di ruangan ini telah lupa kalau, dengan kemampuannya itu, Scarlet Dixon membunuh Anomali yang meneror Desa Whittington. Fakta bahwa ia melewatkan kesempatan untuk menghabisi kami di malam itu dengan jelas memperlihatkan letak loyalitasnya, yaitu kepada skuad pemburu.”
“Begitukah pendapatmu? Kurasa aku telah menaruh ekspektasi terlalu tinggi pada kemampuan pertimbanganmu, Seneca Willow.” Sesaat raut wajah Lord Rochester tampak tersinggung, tetapi dengan cepat ia mengembalikan ekspresi dinginnya. “Atau sudahkah reputasimu yang hebat itu membuat kau lengah?”
“Bila kau mengganggap tindakanku sebagai suatu kelengahan, silakan saja. Namun, kau takkan bisa mengubah pendapatku. Aku sendiri yang melatih Scarlet sejak usianya belum genap lima belas tahun. Aku mengenalnya lebih baik daripada kau mengenalnya.” tandas Seneca. “Bila hanya itu yang hendak kaubicarakan denganku, maka tidak ada lagi yang perlu kusampaikan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlet: the Wolf Hunter [Terbit]
Мистика[Pemenang Wattys 2022 kategori Paranormal] [Reading List WIA Indonesia Periode 5] Content warning: violence (15+) Kematian sang nenek di tangan seekor werewolf membuat Scarlet Dixon memutuskan untuk menempuh jalan hidup sebagai seorang pemburu werew...