Beberapa hari kemudian setelah Dante kembali ke rumah keluarga Maheru sebagai bodyguard Ina, Naula jadi sering keluar rumah. Gadis yang biasa menutup diri di kamar, kini berubah jadi orang yang suka keluyuran. Meskipun sebenarnya ia keluar hanya makan bareng atau ke taman bersama Zeni ataupun Dikta.
Naula juga tak lagi menolak jika Dikta meminta untuk mengantarnya pulang ataupun menjemputnya pagi hari. Perlahan gadis itu mulailah melupakan rasa sakit hatinya pada Dante.
Hari ini entah mengapa, hati Naula ingin sekali melihat Dante. Meski bibirnya berkata benci pria itu, ia tak dapat membohongi hatinya yang tetap memanggil nama Dante.
"Gue antar lo pulang, ya," tawar Dikta semangat. Ia menyodorkan helm pada gadis itu.
Naula tak menolak, ia menerima helm itu dan mengenakannya.
Motor Dikta berjalan santai, membuat Naula bisa menikmati setiap embusan angin bersamaan dengan panasnya sang surya. Naula terlonjak kaget ketika motor Dikta tiba-tiba berhenti.
"Apaan, sih?" Naula ikut menoleh ke depan dan melihat sebuah mobil menghalau jalan mereka.
"Itu ... kok gue kayak kenal, ya." Naula bergegas turun dari motor Dikta dan menghampiri si pengendara mobil.
"Heh, kamu nggak bisa bawa mobil, ya?"
Kaca mobil terbuka, tampaklah sosok Dante dengan tatapan tajam ke arahnya.
"Lo!" Gaya bahasa Naula sontak berubah. Gadis itu menoleh pada Dikta dan meminta lelaki itu memutar arah jalan mereka.
"Kamu nggak akan bisa lari!" Dante keluar dari mobil dan berhasil menarik Naula dari atas motor Dikta.
Dikta ikut turun dan berusaha merebut Naula dari pria itu. "Lepasin Naula!"
Dante tersenyum sinis. "Kalau saya tidak mau, bagaimana?" tantang pria itu.
"Lo bakal nyesel!" Dikta melayangkan kepalan tangannya. Sayang sekali, Dante yang hebat dalam silat langsung menangkis dan melakukan gerakan perlawanan. Tubuh Dikta terbalik ke belakang dan menabrak motornya sendiri.
"Ayo, masuk!" Dante memaksa Naula masuk ke mobilnya.
Gadis itu berontak dan menggigit tangan Dante. Pria itu sanggup menahan hingga bekas gigi Naula mendarat di permukaan tangannya.
Dante mengangkat tubuh Naula dan memasukkannya ke mobil. Pria itu dengan cepat masuk ke sebelah gadis itu dan melajukan mobil menjauh dari area sekolah.
"Lo gila, ya!" seloroh Naula tak berperasaan. Ia masih mendorong-dorong pintu meski itu telah dikunci.
"Bisa nggak, sih, kamu itu duduk diam di situ." Dante menghela napas panjang.
"Nggak! Lo mau apa lagi sebenarnya? Sekarang lo udah hidup bahagia kan, gue nggak gangguin lo, lo juga nggak perlu muncul di hidup gue. Sekarang lo mau apa, coba katakan apa mau lo?"
Dante menghentikan mobil secara mendadak hingga Naula hampir terpelanting karena tidak mengenakan seat belt. Gadis itu syok, ia terdiam dengan tangan meremas ujung seragamnya.
"Maaf," ucap Dante seraya mendekat ke arah Naula. Gadis itu membuang pandangan ke arah samping.
Dante menggelengkan kepala pelan dan memasang sabuk pengaman untuk gadis itu. Pria itu beberapa kali menghela napas panjang. Ia merogoh saku celananya dan mulai menyalakan sebatang rokok.
Asap rokok Dante mengepul, Naula mulai terbatuk-batuk. Dalam hati gadis itu sudah setengah mati memaki-maki. Bagaimana mungkin ia merokok di tempat yang sempit dan terkunci? Naula tak bisa diam saja, ia merebut rokok Dante dan menginjak-injaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BODYGUARD (END)
RomanceNaula Syakira, gadis kaya dan polos yang jatuh hati pada Dante, bodyguard yang ditugaskan sang papa untuk menjaganya. Ia tak peduli pada usia pria itu yang telah mencapai kepala tiga. Dengan terang-terangan ia mengejar cinta dan memamerkan pada tema...