43. 💢 Naula Pergi

2K 35 0
                                    

Dante menatap ke arah dua wanita yang sibuk memeriksa barang bawaan mereka. Mungkin ini akan menjadi hari paling menyedihkan bagi lelaki itu karena berpisah dengan pujaan hatinya.

Naula mendekat ke arah Dante dan menyunggingkan senyuman. "Om, jaga diri baik-baik, ya. Naula nggak akan ada di samping, Om. Jangan terlalu cuek, nanti jodohnya kepentok ayam kampung."

Dante tak menanggapi guyonan gadis itu. Ia hanya menghela napas pelan.

"Nau pamit ya, Om." Gadis itu mengulurkan tangan hendak menjabat lelaki itu.

Dante menatap tangan putih itu, ia tak membalasnya. Dante memilih menarik gadis itu ke dalam pelukan. "Biar kayak gini sebentar."

Naula membalas pelukan itu dan tersenyum kecil. Ia tak tahu kapan lagi bisa memeluk Dante seperti itu.

"Semua udah lengkap, kan?" Bu Warsati muncul dan menginstruksi karena Naula harus segera berangkat. Mau tak mau Dante dan Naula harus menyelesaikan pelukan mereka.

Gadis itu menganggukkan kepala. "Udah, Bu."

Panggilan untuk penumpang pesawat yang Naula akan naiki pun sudah terdengar. Bu Warsati masih terus memeriksa barang-barang Naula. Setelah semua aman, Naula memeluk Bu Warsati erat. Gadis itu sangat kuat menahan air matanya. Ia sekuat tenaga tak memperlihatkan kesedihan di wajahnya, meski dalam hati ia sudah menangis histeris.

Naula akan masuk, sekali lagi ia menoleh ke belakang. Dante berdiri tanpa ekspresi, pandangannya dialihkan beberapa ke tempat lain. Ia bahkan tak mengeluarkan kata-kata karena takut itu akan menghancurkan pertahanannya.

"Naula!" Zeni muncul sambil berlari. Di sampingnya ada Dikta yang menemani.

Naula berbalik dan tersenyum, gadis itu meregangkan tangan dan Zeni memeluknya erat. Zeni menangis di sana.

"Jangan nangis!" Naula benar-benar tak bisa menahan airnya. Ia menyeka dengan buru-buru.

"Gimana gue nggak nangis kalau lo mau pergi? Kapan lo bakalan balik ha?" Zeni mengguncang tubuh Naula. Gadis itu tak menjawab.

Panggilan kembali terdengar. Naula benar-benar pergi saat itu juga. Ia telah menyelesaikan semua urusannya dan akan berangkat ke London. Naula melambaikan tangan pada Dante, Bu Warsati, Zeni dan Dikta. Gadis itu terus berusaha agar tak tampak sedih, ia mencoba tersenyum, sedangkan empat orang yang menatapnya dari seberang menatapnya dengan sendu.

Beberapa menit berlalu setelah pesawat Naula terbang, mereka masih terdiam menatap arah langit. Zeni benar-benar tak bisa menahan isakan tangisnya. Untung Dikta mau menampung dan menenangkan gadis itu. Mata Bu Warsati juga sudah sembab, ia sudah menangis sejak kemarin.

Dante tak melakukan apa-apa. Ia hanya diam dengan pandangan kosong. Matanya menyiratkan kekhwatiran yang mendalam. Ia tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa Naula kelak. Ia telah terbiasa dengan kehadiran gadis itu dalam hati dan harinya.

Di dalam pesawat, Naula menatap keluar kaca. Ia duduk di dekat kaca. Gadis itu meneteskan air mata secara perlahan. Biar bagaimanapun ia tak boleh lemah. Semua demi kebaikannya sendiri.

***
Sejak kepergian Naula, Dante telah banyak berubah. Ia bukan lagi Dante yang dingin dan berbicara sedikit. Kini ia telah bekerja di sebuah perusahaan tekstil, ia dikenal dengan sosok yang ramah dan suka membantu. Pria itu sengaja memilih pekerjaan tersebut, rasanya ia tak bisa lagi bekerja sebagai bodyguard karena akan selalu mengenang kisahnya dan Naula.

"Om Dante?"

Dante menoleh, ia melihat Zeni muncul bersama Dikta. Memang benar sejak Naula pergi, hubungan mereka lebih baik. Dante dan Dikta tak lagi berseteru karena kini, Dikta telah menjalin hubungan dengan Zeni.

LOVE BODYGUARD (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang