Waktu adalah obat luka terbaik.
***
Ina bolak-balik menatap layar ponselnya. Pesan yang dikirimkan pada Dante sejak beberapa jam yang lalu tak kunjung mendapat balasan. Ia mulai tak nyaman dan bergegas menemui pria itu. Namun, ia juga sadar saat ini Pak Maheru tengah ada di rumah. Tak mudah untuk pergi keluar sendirian.
Di waktu yang bersamaan pula, Pak Maheru keluar dengan pakaian yang rapi, tak lupa dengan setelan jas hitam. Ina berjalan mendekat ketika sang suami telah benar-benar turun dari tangga.
“Mau ke mana, Mas?” tanya Ina.
Pak Maheru membuang napas berat. “Aku harus pergi ke ke luar negri malam ini, Sayang. Ada urusan penting yang harus diselesaikan. Kamu di rumah sendirian gak apa-apa?”
Ina berpikir sejenak. Kesempatan bagus. “Aku mau ke rumah sakit aja, Mas. Aku juga mau lihat keadaan Naula.”
Pak Maheru tersenyum senang. Ia menarik tubuh Ina dan memeluknya erat. “Kamu memang istri terbaik.”
Ina membalas pelukan dengan rasa jijik. “Iya, Mas.”
Pak Maheru akhirnya mengantar Ina ke rumah sakit terlebih dahulu sebelum ia pergi ke bandara dan terbang untuk mengurus segala urusannya.
Dengan hati yang riang, Ina menghampiri Dante yang tertidur di kursi. Naula sudah dipindahkan ke kamar inap, jadi keluarga pasien bisa ikut menjaga dan menginap di dalamnya.
“Aku pergi dulu, ya, Sayang,” pamit Pak Maheru dan mengecup kening Ina. Pria itu juga mendekat ke brankar, tangannya mengusap puncak kepala Naula dan mengecupnya lembut. “Cepat sembuh, Nak.”
Dante sebenarnya sudah terbangun sejak pintu berderit. Namun, ia sengaja memejamkan mata gara bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
Setelah kepergian Pak Maheru, Ina menarik kursi dan duduk di samping Dante. Tangan lentiknya melingkar di pinggang pria itu. Hal itu sontak membuat Dante kaget bukan main. Ia menepis dengan kasar hingga Ina hampir terjatuh dari kursinya.
“Kamu kenapa, sih?” tanya Ina dengan kesal.
Dante berdiri. “Maaf, tadi mimpi buruk.”
Ina mengerutkan dahi. “Mimpi buruk?” beonya membuat Dante bingung harus berbicara apa. Untungnya Bi Arara kembali dengan dua nasi kotak di tangannya.
“Eh, Ibu ada di sini. Bibi cuma beli dua kotak makan.” Wanita itu mendekat. “Ibu udah makan?”
“Bukan urusanmu!” Ina bergegas keluar dari kamar itu.
Bi Araya menatap Dante dengan rasa bingung. Dante hanya menggelengkan kepala dan mengambil satu kotak nasi. Bi Araya pun lebih memilih makan daripada mengurusi istri muda majikannya yang tak jelas tingkahnya.***
Naula perlahan membuka mata. Cahaya lampu membuat ia sedikit meringis karena terasa menusuk ke retina. Bau yang menusuk hidung membuat ia langsung mengenali tempat itu. Setelah matanya benar-benar terbuka, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Di sampingnya ada Dante yang tertidur dengan sebelah tangan dijadikan bantal. Gadis itu tersenyum manis.
Netra Naula berpaling ke arah sudut ruangan, di sana Bi Araya tertidur tampak pulas. Naula juga menatap ke jam dinding yang menunjukkan angka dua dini hari. Ia menghela napas pelan. Sudah berapa jam dia tergolek di ruangan itu?
Naula hendak mengangkat tangan kanannya, terasa nyeri. Bibirnya tanpa sadar meringis kecil. Hal itu ternyata membuat pria yang tidur di dekatnya terbangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BODYGUARD (END)
RomansaNaula Syakira, gadis kaya dan polos yang jatuh hati pada Dante, bodyguard yang ditugaskan sang papa untuk menjaganya. Ia tak peduli pada usia pria itu yang telah mencapai kepala tiga. Dengan terang-terangan ia mengejar cinta dan memamerkan pada tema...