Dante meletakkan ponselnya setelah menerima panggilan dari Pak Maheru. Sudut bibirnya terangkat, matanya bersinar karena kegirangan. Baru saja Pak Maheru memintanya kembali ke rumahnya untuk bekerja. Meski sebelumnya ia ragu bisa kembali, tetapi ternyata jurus menggunakan Ina sangat ampuh. Pak Maheru tak bisa berkutik dengan wanita itu.
"Akhirnya lega juga." Begitulah kalimat yang keluar dari bibirnya. Walaupun ia kembali bukan lagi sebagai bodyguard Naula, yang pasti mereka akan sering bertemu. Dante yakin ia pasti bisa merebut kembali hati gadis itu.
"Nak," panggil seorang wanita dari depan pintu kamar Dante.
Dante duduk dan menatap perempuan itu. Perempuan itu adalah ibunya, yang kini tinggal sendirian paska adiknya meninggal.
"Kapan kamu berangkat lagi?"
Dante menyunggingkan senyum kecil dan memeluk sang ibu. "Malam ini, Bu."
Sang ibu hanya menepuk-nepuk bahu anaknya. Sejak kepulangan Dante tadi, wanita itu tak banyak berekspresi. Ia kebanyakan diam dan menatap foto anaknya yang sudah meninggal. Dante merasa khawatir jika ia meninggalkan ibunya sendirian.
"Bu, gimana kalau ibu ikut aja sama Dante."
Ibu Dante menoleh dan menggelengkan kepala. "Nggak, Sayang. Ibu nggak mau merepotkan kamu, di sana kan kamu kerja kalau ibu ikut yang ada malah bikin kamu repot."
Dante menghela napas panjang. Ibunya tak pernah menerima ajakannya untuk ke tinggal bersamanya. Dante sudah mempersiapkan sebuah rumah untuk keluarga yang berlokasi tak jauh dari rumah tempatnya bekerja.
"Bu, kita tinggal di rumah berbeda bukan di rumah majikan Dante." Pria itu tak berhenti sampai di situ. Ia yakin ibunya pasti kesepian jika tinggal sendirian.
Warsati, ibu Dante terhenyak sesaat kemudian setelah tersadar ia menatap anaknya intens. "Kamu udah punya rumah di sana?"
Dante menganggukkan kepala. "Iya, Bu. Jadi, ayo tinggal bersama."
Senyuman kecil terbit di bibir wanita itu, ia segera memeluk Dante erat. "Iya, Nak."
Di sisi lain, Naula tengah terguncang pikirannya. Ia benar-benar bingung bagaimana cara agar Dante tak kembali ke rumah itu. Ditambah lelaki itu ke rumahnya bukan untuk jadi bodyguardnya, melainkan untuk Ina. Hal itu membuat Naula kian terpikir dan sakit hati.
"Nggak bisa, ini nggak bisa terjadi! Naula harus bisa menghentikannya." Naula bergegas keluar dan menuju kamar Ina. Ia menghampiri perempuan yang tengah tertidur itu.
Naula menarik kakinya hingga Ina terjatuh dari atas tempat tidur. Tentu Ina kaget dan segera bangkit dengan sedikit ringisan. Keduanya kembali bersiteru.
"Mau lo apa, sih?" Ina menahan emosi.
"Gue mau lo hentikan rencana busuk lo!"
Ina mengguyur rambutnya dengan tangan. "Rencana busuk apa, sih? Lo rempong amat jadi orang. Mending lo sekolah yang bener terus kawin sana sama aki-aki kaya."
Satu tamparan melayang ke wajah Ina. Perempuan itu terdiam dengan bibir yang menganga.
"Udah gue bilang stop cari masalah sama gue. Batas kesabaran gue juga punya!" Naula berteriak kencang.
Ina mengangguk kepalanya. "Terus gue harus peduli?" Ia mendorong lengan Naula hingga mundur beberapa langkah. "Cara lo kayak gini buat gue makin yakin buat hancurin lo! Asal lo tahu, ya, gue benci lo dari ujung rambut sampai ujung kaki! Keluar sekarang!" Ina mendorong Naula hingga ke ambang pintu.
"Gue juga benci sama lo!" balas Naula tak kalah memekik.
Ina membanting pintu hingga meninggalkan dengungan. Napas Naula menggebu-gebu, ia berlari ke arah kamarnya dan mengunci pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BODYGUARD (END)
RomansaNaula Syakira, gadis kaya dan polos yang jatuh hati pada Dante, bodyguard yang ditugaskan sang papa untuk menjaganya. Ia tak peduli pada usia pria itu yang telah mencapai kepala tiga. Dengan terang-terangan ia mengejar cinta dan memamerkan pada tema...