40. 💢 Kasus Terpecahkan

1.2K 33 0
                                    

Ina duduk santai di depan rumah dengan beberapa asisten menjaga di sebelahnya. Perempuan itu bak ratu yang tengah melakukan istirahat. Mata Ina tertutup, tetapi senyumnya mengembang karena merasa ia adalah orang yang paling bahagia saat ini. Penghalang di hidupnya telah musnah dan tak akan ada yang merebut apa pun darinya.

"Nona," panggil seseorang dengan napas terengah-engah.

Ina membuka mata dan menatap wanita yang mengganggunya dengan tajam. Tangan Ina bergerak mengambil gelas berisi air dari atas meja dan menyiramkan ke wajah wanita itu. Para pembantu itu tak kaget lagi, itu hal biasa terjadi.

"Maaf, Nona, tapi ada poli-" Belum sempat wanita itu selesai berbicara, beberapa polisi muncul di depan mereka.

"Kami mendapat surat tugas penangkapan Bu Ina."

"Apaan? Gue nggak ada salah apa-apa, ngapain ditangkap?" Ina berdiri dan hendak melarikan diri. Namun, dua orang polisi berhasil meringkus dan memborgolnya.

"Gue nggak salah apa-apa!" Ina memberontak.

"Jelaskan nanti di kantor." Mereka membawa paksa wanita itu.

Sesampainya di kantor polisi, Ina masih saja mengelak dan berniat melarikan diri. Ia dimasukkan ke dalam sel. Wanita itu berteriak meminta agar mereka melepaskannya karena ia tak melakukan kesalahan apa pun.

Seorang pria muncul dengan senyum sinis di hadapannya.

"Dante, tolongin gue. Gue nggak tahu kenapa mereka bawa gue ke sini. Dante, tolong keluarkan gue dari sini!" Ina mengeluarkan tangan dan meraih tangan Dante.

Dante menepis tangan wanita itu dan tersenyum semakin lebar. "Tapi saya tahu kenapa kamu dibawa ke sini. Saya tahu apa kesalahan kamu." Pria itu kemudian meninggalkannya sendiri.

"Jangan ngada-ngada kamu, ya! Aku nggak punya salah apa-apa!" pekik Ina kencang.

Dante sudah menyerahkan bukti pada pihak polisi dan mereka akan segera memroses hal tersebut. Dante bernapas lega karena akhirnya ia bisa menemukan penjahat yang merusak kebahagiaan orang yang dicintai.

Dante kembali ke rumah setelah sore menyapa. Ia lupa mengabari ke rumah, ditambah ponselmu kehabisan daya. Pria itu langsung melaju dengan kencang sebelum dua wanita di rumah cemas.

Sesampainya di depan rumah, Dante mendengar tangisan. Pria itu berlari masuk dan memanggil Naula dan ibunya.

"Ibu? Naula?" Tangis itu tak terdengar lagi.

Naula berlari ke arah Dante dan memeluknya erat. Bu Warsati juga mengikut dari belakang. Matanya sudah sembab.

"Ada apa ini?" tanya Dante khawatir.

Bu Warsati menyeka sudut matanya. "Kami sangat khawatir sama kamu. Kamu nggak bisa dihubungi dan nggak menghubungi kami. Kami takut terjadi sesuatu."

Dante menggelengkan kepala dan mengusap wajah sang ibu. Naula masih terisak-isak di pelukannya.

"Nau udah nggak punya siapa-siapa lagi. Jangan pernah tinggalkan Nau."

Dante tersenyum kecil dan menganggukkan kepala. "Tidak akan."

"Sebenarnya kamu dari mana, sih?" tanya Bu Warsati.

Naula juga penasaran dengan jawaban Dante. Ia melepaskan pelukan dan menatap pria itu dengan serius. Dante membuang napas berat dan mengajak mereka untuk duduk bersama di sofa.

Dante mengambil napas pelan sebelum ia bercerita. "Kami udah menemukan pembunuhnya."

Naula dan Bu Warsati saling menoleh. Keduanya sontak berpegangan tangan dan menunggu Dante memberitahukan siapa pelaku yang tak punya hati nurani itu. Lagi-lagi Dante menghela napas. Ia menatap Naula dan Bu Warsati.

LOVE BODYGUARD (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang