Kedua kelopak mata Sakura terbuka dengan perlahan. Gadis itu mengerjakan matanya dan pandangannya mengabur saat ia kembali mengerjab.
Namun sekilas bayangan seorang perawat tampak mengecek dan menulis sesuatu di papan catatan yang ia bawa.
"Suster," panggil Sakura lirih.
"Nona sudah sadar? Syukurlah, sebentar saya panggilkan Dokter ya," ucap suster tersebut dengan sangat ramah.
"Jangan," cegah Sakura pelan.
"Kalau begitu saya panggilkan-"
"Jangan sus, aku tidak mau bertemu siapapun untuk saat ini," potong Sakura lirih.
Suster tersebut hanya tersenyum dan mengangguk.
"Kalau begitu kembalilah tidur dan istirahat," ucap Suster tersebut.
Sakura hanya mengangguk.
Ia memang belum siap untuk bertemu siapapun saat ini. Saat Sai membawanya ke rumah sakit pun Sakura sempat tersadar dan lagi-lagi ia tersenyum miris.
Lagi, Sakura kembali merepotkan seseorang.
"Sorry Sai," gumamnya pelan setelah suster tadi keluar ruangan.
"Sorry semua,"
Dengan pelan Sakura mendudukkan dirinya dan bersandar pada kepala ranjang. Kepalanya menunduk dan mengakibatkan beberapa helai rambutnya menutupi wajah Sakura.
Dan setelah ini, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan setelah semua kejadian yang terjadi padanya.
Kembali ke sekolah pun juga percuma jika keadaan sudah seperti ini.
Pulang? Itu juga akan semakin membuat semuanya kerepotan.
Haruskah Sakura pergi ke suatu negara untuk sementara? Tidak.
Sedangkan di luar ruangan, Suster yang baru saja keluar dan melaporkan hasil pemeriksaan Sakura pun kembali menghentikan langkahnya ketika ia melihat beberapa pemuda datang menggunakan seragam.
Suster tersebut mengangguk dan tersenyum.
"Nona Sakura sudah sadar," ucap Suster tersebut dengan nada ramah.
Sai yang mendengar hal itu pun mengulas senyuman tipis namun ucapan sang Suster membuat senyumannya luntur begitu saja.
"Mohon maaf Tuan, Nona Sakura meminta untuk tidak bertemu dengan siapapun. Mohon di mengerti untuk mental health nya," cegah Suster tersebut.
Sai dan yang lainnya terdiam.
"Keadaan nya?" tanya Sai datar.
"Apakah ada pihak keluarga yang bisa saya beritahu?"
Semuanya terdiam. Si Suster pun menatap heran ke arah para pemuda tersebut.
Hingga Shino lah yang menjawab.
"Keluarga nya sedang tidak ada di sini, jadi bisa beritahu salah satu di antara kami agar kami bisa memberitahu keluarga nya?"
"Baiklah, salah satu boleh ikut saya ke ruangan," ucap Suster tersebut yang langsung pergi meninggalkan mereka.
Saat Sai dan Sasuke hendak melangkah, Shino lah yang melangkah terlebih dulu dan mengikuti kemana Suster tersebut.
Sai dan Sasuke pun kembali terdiam. Sedangkan Naruto, Kiba, dan Shikamaru menunggu di kursi tunggu.
Shino memasuki ruangan asisten Dokter dan mendudukkan dirinya di depan Suster yang tadi mengecek kondisi Sakura.
"Sebelumnya bolehkah saya bertanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
B A B Y L A
FanfictionSetiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Setiap ada perpisahan pasti ada alasan. Setiap ada alasan pasti ada tujuan. Setiap ada tujuan pasti ada perjuangan.