"Sakura kau yakin mau ke sekolah?" tanya Karin seraya mengikuti langkah kaki Sakura yang sudah hampir membuka pintu rumah.
"Karin, aku akan baik-baik saja,"
"Terakhir kali kau bilang seperti itu tapi ujung-ujungnya kau berada di rumah sakit. Itu yang kau bilang baik-baik saja?"
"Jangan memperlakukan ku seolah-olah aku lemah, Karin,"
"Kau memang lemah Sakura, kau lemah jika menyangkut orang yang kau sayang," sahut Karin cepat.
Sakura terdiam.
"Aku hanya sebentar," ucapnya setelah beberapa saat.
"Tidak,"
"Karin-"
"Sakura-"
"Lovvy listen!"
"Aku akan baik-baik saja. Aku ingin semuanya segera usai dan aku ingin kita hidup tenang. Aku sudah tidak memikirkan apapun kecuali keselamatan kita," tegas Sakura.
"Kalau begitu biarkan aku ikut,"
"Lovvy-"
"Aku ikut atau kita tidak pergi sama sekali," potong Karin cepat.
Sementara itu Hinata yang sudah berada di mobil dengan Neji dan Shizunne sedari tadi tidak berhenti untuk tidak tersenyum. Kecuali Shizunne.
"Ini rencana mu?" tanya Neji tidak percaya.
"Ya," angguk Hinata mantap.
Sedangkan Shizune yang duduk di kursi penumpang hanya melamun dengan air mata yang terus menerus mengalir.
Gadis berusia 20 tahun itu tidak bergerak sama sekali bahkan ketika mobil sudah mulai melaju menuju sekolahan pun ia tetap terdiam.
"Siapa targetmu?" tanya Neji lagi.
"Sahabat mu," jawab Hinata angkuh.
Tanpa Neji sadari ia mengeratkan stir mobilnya.
"Aku tau kau tidak menyangka. Aku pun juga,"
"Hm," angguk Neji.
"Sai terlalu pintar menyembunyikan identitas nya," sambung Hinata lagi dengan tawa kecil yang mengejek.
"Benar menurut pepatah. Orang terdekat pun bisa menjadi musuh terbesar kita, ya kan?" lanjut Hinata yang berusaha membuat emosi Neji tersulut.
"Harusnya sih kata-kata itu untuk Sai, bukan untuk mu,"
Neji masih terdiam. Emosinya berusaha ia pendam agar tidak tiba-tiba menghajar Hinata karena sedari tadi terus memancing emosi.
"Neji-Neji, kemana saja kau selama ini? Tidur? Sampai-sampai tidak tahu Sai juga musuhmu," ucap Hinata dengan kepala yang ia geleng-geleng kan.
"Shut up, Hinata!" bentak Neji seraya memukul stir mobil dengan kencang.
"Santai brother santai,"
Neji hanya diam. Pemuda itu semakin menginjak pedal gas mobilnya tanpa rasa takut sedikitpun.
"Shizunne kenapa nangis mulu sih?" tanya Hinata seraya menoleh ke arah dimana Shizunne duduk.
"Sebentar lagi tujuanmu akan tercapai kan?"
Neji melirik Shizunne yang hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Hinata.
_______________
New York, 2 p.m
"Bagaimana Ino?" tanya Gara seraya menghampiri Ino yang tengah meneliti sebuah sidik jari yang ia kumpulkan di sekitar kejadian.
KAMU SEDANG MEMBACA
B A B Y L A
FanfictionSetiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Setiap ada perpisahan pasti ada alasan. Setiap ada alasan pasti ada tujuan. Setiap ada tujuan pasti ada perjuangan.