19

3K 268 2
                                    

58.

"Dari mana saja kamu?" Yu Muge bertanya pada Lu Jiangming tanpa ekspresi.

Lu Jiangming pura-pura tidak mendengar pertanyaan Yu Muge, suaranya sedikit serak: "Minggir."

Yu Muge mengerutkan bibirnya dan menekankan nadanya: "Dari mana saja kamu?"

"Apa hubungannya denganmu?" Lu Jiangming mengangkat matanya. Tatapan itu dingin tanpa jejak kehangatan.

Yu Muge hampir meledak karena marah, dan dia tertawa dengan kesal: "Aku sibuk dengan urusan ku sendiri."

Dia berhenti berbicara, memegang pena dan menundukkan kepalanya untuk menulis pekerjaan rumahnya, memperlakukan Lu Jiangming seperti udara.

Lu Jiangming perlahan-lahan menjadi tenang setelah duduk di kursinya. Dia melirik Yu Muge, tetapi pihak lain bahkan tidak meliriknya.

Sepertinya kesal.

Sambil menyalin puisi-puisi kuno, Yu Muge melafalkan dalam hatinya: "Kesakitan lah sampai mati, bajingan. Kebaikan itu seperti hati dan paru-paru keledai. Aku akan menjadi anak mu kalau aku peduli padamu lagi!"

[Kebaikan itu seperti hati dan paru-paru keledai/ hal yang dianggap baik justru dibilang buruk/ niat baik justru disalahpahami jadi niat jahat]

"Sshhh." Lu Jiangming berpura-pura tidak sengaja menyentuh luka merah dan bengkak di wajahnya dengan jarinya.

[Aslinya 嘶 (shi) suara mendesis)

Yu Muge bereaksi sesaat, tapi kemudian melanjutkan menulis pekerjaan rumahnya, dengan tegas mengabaikan Lu Jiangming.

Lu Jiangming melihatnya mengabaikannya. Suasanya hatinya tiba-tiba semakin buruk. Dia benar-benar bertindak terlalu jauh sekarang. Bagaimana dia bisa membujuk teman sebangkunya?

Di kelas, hanya Yu Muge yang suka menempel padanya dan bermain dengannya. Siswa lain sedikit menolaknya. Lu Jiangming suka melihat Yu Muge tersenyum padanya, karena itu mengingatkannya akan matahari.

Hangat, seakan dia adalah sebuah matahari kecil.

Jika tidak ada cara untuk membujuknya, matahari kecil ini akan meninggalkannya.

Ini bukan hal bagus.

Setelah beberapa saat, Yu Muge mendengar desahan kasar dari anjing di sampingnya. Dia melirik ke sisi lain dengan ujung matanya dan melihat Lu Jiangming yang memegangi perutnya, kesakitan, dengan tetesan keringat di dahinya yang turun ke pipinya.

"Uh." Lu Jiangming sepertinya memperhatikan tatapannya, dan dengan cepat memperlambat napasnya, mencoba berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Tapi, wajahnya yang pucat telah mengungkapkan keadaan aslinya.

"Kamu, ada apa denganmu?" Yu Muge akhirnya tidak bisa menahan diri dan bertanya. Lupakan saja. Menjadi anaknya adalah menjadi anaknya. Siapa yang membuat Lu Jiangming begitu menyedihkan? Aku menanyakan ini karena perasaan cinta terhadap teman sekelasku, bukan karena aku mengkhawatirkannya!

"Aku, aku baik-baik saja," kata Lu Jiangming lemah.

"Beraninya kau berani berbohong. Aku akan membawamu ke rumah sakit." Kata Yu Muge dengan cemberut.

"Tidak. Aku baik-baik saja." Lu Jiangming berkata dengan putus asa.

"Kamu akan baik-baik saja ketika kamu mati." Yu Muge dengan tidak sabar berdiri dan setengah mendukungnya, menjelaskan situasinya ke ketua kelas, dan kemudian keduanya berjalan ke rumah sakit.

"Aku seharusnya tidak berbicara seperti itu padamu." Lu Jiangming menyandarkan setengah tubuhnya pada Yu Muge dan berbisik.

Bulu mata tebal Yu Muge bergetar: "Aku tidak peduli lagi."

Secara sekilas, Lu Jiangming bisa melihat kebohongan Yu Muge. Bagaimana dia bisa marah jika dia tidak peduli?

"Aku dihadang di jalan." Lu Jiangming berhenti dan berkata, "Sesuatu terjadi dirumah ku. Orang-orang yang sebelumnya tidak menyukai kami telah menyuruh beberapa preman.

"Siapa yang melakukannya?" Mata Yu Muge menunjukkan permusuhan yang dingin. Seberapa baik Lu Jiangming? Kecuali sedikit berbisa dan sombong, dia tidak pernah peduli dengan orang lain. Sisanya, bukankah dia hanya sempurna dalam banyak hal?

"Tidak apa-apa, aku sudah memukulnya. Lain kali dia tidak akan berani main-main denganku." Lu Jiangming berkata. Dia bukan tipe orang yang akan memendam dendam dalam hatinya.

[END] He Doesn't Know That I'm DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang