Heya, I'm back .... :)
Baiklah, mari kita lanjutkan :)
Enjoy, and hope you like it :)
Chapter 12
Sementara Alex baru memulai untuk hidup di kehidupan barunya sebagai Addelaide, jauh di sana, menyeberangi lautan, Ben sudah menikmati kehidupan barunya sebagai bagian dari keluarga Wright.
Keluarga Wright bukanlah keluarga bangsawan ataupun keluarga kaya, tapi mereka memiliki sebidang lahan untuk mereka tanami jagung, serta peternakan sapi dan ayam, yang lebih dari cukup untuk menghidupi mereka. Ben cukup bersyukur mendapat Oliver dan Patricia Wright sebagai orang tuanya. Mereka benar-benar pasangan suami istri yang baik dan sangat menyayangi Ben.
Sebagai satu-satunya putra mereka yang telah mereka tunggu setelah sepuluh tahun pernikahan mereka, Ben menjadi pusat perhatian dan kasih sayang mereka. Setiap malam, Patricia selalu menemani Ben dan membacakan cerita sebelum tidur, meski menurut Ben dia sudah terlalu besar untuk hal-hal seperti itu. Dia sudah 11 tahun!
Setiap pagi, ibunya menyiapkan sarapan yang sangat menyehatkan; roti, telur, dan susu murni, langsung dari peternakan mereka. Juga Oliver yang mengajarkan bagaimana memerah sapi, atau memilih telur-telur yang bagus, atau melihat telur-telur itu menetas. Semuanya menjadi hal-hal baru untuk Ben, dan ia sangat menikmatinya. Namun yang lebih menyenangkannya adalah ayah dan ibu angkatnya pandai bermain musik dan bernyanyi.
Sang ayah mahir dalam memainkan alat musik piano, bodran dan flute, sementara ibunya pandai bernyanyi dan memiliki suara yang bagus, hingga hampir setiap malam selepas makan malam, ada pertunjukan kecil di rumah dengan Ben dan ibunya bernyanyi bersama, diiringi ayahnya. Ben sangat menyukainya. Dia sangat bersyukur mendapatkan mereka, dan tentunya berharap Alex di sana.
Satu haripun Ben tidak pernah melupakan Alex. Setiap ia mulai belajar hal-hal baru, ia tidak pernah lupa untuk mengirimkan apa yang ia pelajari dan ia lihat kepada Alex melalui hatinya, dan berharap Alex dapat menerimanya. Ia semakin tidak sabar untuk segera tahun depan, karena ayah ibunya sudah berjanji untuk kembali ke Nelincia menjemput Alex. Terlebih setelah satu bulan berlalu sejak ia mengirimkan surat pada Alex, memberi kabar tentang keadaannya dan keluarga barunya. Tapi belum juga ada balasan dari Alex, dan membuatnya sangat cemas.
Pertanyaan-pertanyan muncul di kepalanya. Apakah suratnya tidak sampai, ataukah memang Alex tidak mau membalasnya? Apakah Alex masih marah padanya? Ben tidak akan memaafkan dirinya jika memang Alex membencinya. Tapi memang Alex pantas membencinya, bukankan dirinya yang melanggar janjinya. Ben sudah mengkhianati janji mereka sendiri untuk tetap selalu bersama. Ben sudah pasrah jika Alex memang membencinya.
"Alex tidak akan membencimu, Ben, terlebih jika membaca suratmu," Patricia Wright menenangkan putranya.
"Lalu kenapa dia tidak membalas suratku?"
"Sabarlah, Sayang, jarak Irelucia dengan Nelincia tidaklah dekat, membutuhkan waktu lama untuk mengirimkan surat."
"Ataukah memang tidak sampai suratnya?" Ben menduga.
"Mungkin saja. Tapi kau menuliskan alamatnya dengan benar, kan?"
Ben mengangguk. "Berarti pasti sampai."
"Atau mungkin, Alex sudah diadopsi?" Ben menjadi pucat dengan dugaan lain.
Patricia tersenyum tipis, "Kalau Alex sudah ada yang mengadopsi, tentunya akan ada berita untukmu, kan, dari St. Peter."
"Kalau mereka tidak mau memberitahuku?" Ben masih ragu.
Patricia tersenyum lagi, ini yang hal lain yang membuatnya jatuh hati pada Ben, Ben anak yang cerdas, dia selalu bertanya, dan tidak pernah puas dengan jawaban yang diberikan. "Mereka pasti memberitahumu, Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Home [TAMAT) - Prequel The Royal Home
Historical FictionMereka sepasang anak kembar yang tinggal di sebuah panti asuhan, tanpa kekuarangan rasa cinta dan kasih sayang. Mereka telah berjanji untuk terus bersama dan tidak terpisahkan. Tapi bagaimana jika ada keluarga yang hanya ingin mengadopsi salah satu...