Selamat Malaaaam....
Maafkan terlambat lagi untuk mengupdate cerita ...,
Tapi tenanglah, tidak akan kutinggalkan cerita ini sebelum selesai :)
Baiklah, mari kita lanjutkan.
So..., enjoy, and hope you like it ! :)
Chapter 28
Sudah tiga hari ini Alex bermain dalam dua identitas barunya, tanpa diketahui orang. Entah bagaimana caranya ia dapat melakukannya. Tapi dengan Pangeran Wellington yang masih berada di tanah airnya, Alex memiliki banyak waktu untuk menjadi sosok lain selain Addellaide.
Addelaide semakin jarang terlihat bersama teman bangsawannya, dan lebih sering berjalan-jalan dan duduk di cafe dalam sosok Alex di siang hari, lalu kembali menjadi Addellaide di sore dan malam hari.
AIec pun mulai rajin membeli pakaian-pakaian lelaki, dan tak lagi meminjam dari kakaknya, Byron (tetap tanpa sepengetahuan yang bersangkutan) lengkap dengan topi dan tongkat berjalannya. Cara berjalannya pun semakin diperbaiki. Yang dahulu masih sering lupa melangkah dengan kaki merapat, kini ia semakin mantap melangkah dengan kaki sedikit lebar, layaknya para lelaki.
Alex begitu memuaskan diri dengan sosok dan identitasnya aslinya yang baru, dan mulai terbiasa dengan lemparan-lemparan mata dan senyuman dari para gadis yang berpapasan dengannya. Tapi Alex justru penasaran, mereka meliriknya apakah karena dirinya memang tampan atau tetap terlewat cantik untuk menjadi seorang lelaki? Entahlah, tapi perasaannya senang dan tenang juga dilirik oleh para gadis, bukan dilirik oleh para lelaki seperti biasanya.
Setelah tiga hari mencoba menjadi sosok Alex yang sebenarnya dan bermain di lingkungan atas, meski belum pernah masuk dalam sebuah pesta maupun jamuan (dan lagi, siapa juga yang akan mengundangnya), terbesit keinginan untuk memasuki wilayah dimana tak tersentuh oleh para bangsawan; lingkungan rakyat biasa.
Alex sadar, ia bukanlah seorang bangsawan. Ia adalah anak yatim piatu dari St. Peter, yang dibesarkan di jalanan dan mendapatkan simpati untuk pakaian bagus yang ia pakai. Ia adalah pemuda biasa, seorang rakyat biasa. Dan sungguh, Alex merasa sangat bebas. Tak lagi terikat dengan segala tata norma kesopanan. Alex adalah Alex dengan apa adanya.
Maka iapun memberanikan diri untuk masuk ke wilayah pinggiran dan pelabuhan, dimana ia temukan ketimpangan keadaan masyarakat yang Alex lihat sendiri.
Para bangsawan dengan segala kemewahan dan menghamburkan kekayaan mereka, sementara di sini, semua orang berjuang dan bekerja untuk dapat makan dan hidup. Dan bukan karena untuk pertama kalinya Alex masuk ke lingkungan ini, dalam sosok Addelaide pun ia sering bermain kemari tapi tentu dengan dampingan Caleb atau siapaun, dan tak pernah sendiri. Tapi kali ini, Alex seorang diri, tanpa kawalan siapapun. Tapi jika Alex tidak mencobanya, ia tidak akan mengetahuinya.
Pelabuhan... Alex tetap selalu tertawa perih jika mendengar kata pelabuhan. Tempat yang seharusnya ia tuju saat kabur dari St. Peter dulu, gagal ditujunya. Kini mau berapa kali pun Alex bisa mengunjungi pelabuhan, tidak akan pernah membawanya keluar dari tanah yang diinjaknya ini, tidak setelah statusnya kini sebagai seorang Addellaide Waldegrave yang akan terus mengukungnya, entah sampai kapan. Bahkan dengan sosok baru aslinya ini, ia tetap tidak mungkin dapat menyusul Ben ke sana.
Memasuki pelabuhan, Alex sungguh terkaget dengan keramain yang sebenarnya dengan para kuli pelabuhan yang berbicara keras dan kasar, lalu tertawa terbahak-bahak dengan lepasnya, sangat berbeda dengan para bangsawan lainnya yang selalu menjaga wibawa saat berbicara.
Tubuh yang basah oleh keringat, dan asap mengepul dari batang rokok kecil yang terselip di bibir mereka, menemani mereka menjalani aktifitas apapun itu. Suatu pemandangan baru. Karena, tentu bentuk apa pun Addellaide, baik saat menjadi lady maupun saat mengunjungi panti-panti tersebut, belum pernah Alex melihatnya seperti ini secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Home [TAMAT) - Prequel The Royal Home
Ficción históricaMereka sepasang anak kembar yang tinggal di sebuah panti asuhan, tanpa kekuarangan rasa cinta dan kasih sayang. Mereka telah berjanji untuk terus bersama dan tidak terpisahkan. Tapi bagaimana jika ada keluarga yang hanya ingin mengadopsi salah satu...