Selamat malaaam.... :)
Terima kasih banyak atas apresiasinya dengan komen-komen yang membahagiakanku :) TERIMA KASIH BANYAAAKK !!! Lop Lop Lop :D
dan sebagai bentuk terima kasihku, kupost lanjutannya malam ini, agar kalian tidak menunggu lama ... :)
Baiklah, tanpa banyak menunggu lagi, mari kita lanjutkan....
Enjoy!! And hope you like it :)
Chapter 19
"BEEENNNIIIIEEEE!!! KEMBALI, BEEENNNIIIIEE!!!! Aku ikut.... Aku ikut!!!!! Bennie aku mohon, kembali, jangan tinggalin aku. Kamu sudah janji, Beeeniee, kamu sudah janji, kita akan selalu bersama, Bennieeee!!!!!" Seperti setahun yang lalu, Alex menangis dan memohon Ben untuk tidak pergi. Tapi sekali lagi juga, tidak ada Ben di sana, Ben sudah terlanjur pergi meninggalkan Alex bersama ayah ibu angkatnya. Alex mulai berteriak memanggil Ben dengan histerisnya.
Tristan segera menyusul Alex, sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi. Belum pernah ia melihat Alex histeris seperti itu.
"KAK, AYO KITA SUSUL DIA!!" pekik Alex menangis pada Tristan dengan tersengal-sengal.
Tapi Tristan terdiam kebingungan. Menyusul Ben bukanlah ide yang bagus. Melihat Alex mendengar Ben pulang saja, sudah begini histerisnya, bagaimana jika bertemu dengan Ben?
"KAK, AYOO!!!" Alex masih menangis, memohon pada Tristan untuk bersama-sama menyusul Ben ke pelabuhan.
Tristan menoleh kepada Suster, meminta bantuan. Untunglah langsung dimengerti.
"Alex..., Alex..., sudah terlambat, Nak..., mereka sudah berangkat. Kapal mereka sudah pergi beberapa jam yang lalu...." Suster Ann, langsung menenangkan Alex.
"BOHONG!!" pekik Alex semakin histeris.
"Benar, Alex, mereka sudah pergi beberapa jam sebelum kau pulang. Kau tidak akan bisa mengejarnya," Suster masih mencoba meyakinkan Alex dan menenangkannya. Ia semakin mengkhawatirkan keadaan anak ini jika terus histeris dan tersengal-sengal begini. "Alex... Alex, tenangkan dirimu, Nak.... Sayang, Sayang..."
Alex mendengarnya tapi tidak mau menerimanya. Dia semakin menangis, memaki, mengutuk Ben karena sudah meninggalkan dirinya. Dia menangis dengan histerisnya, tak peduli tubuhnya bisa menyokongnya.
"Alex..., aku mohon, tenanglah..." Tristan pun ngeri melihat Alex begini, tidak bisa menenangkannya. Ia takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada adiknya ini.
Alex semakin tersengal-sengal mencari udara, diikuti rasa sakit yang menekan dadanya. Tapi rasa panik dan histerisnya hanya membuatnya semakin kesulitan bernapas, dan akhirnya ia kehilangan kesadarannya saat semuanya tiba-tiba menjadi gelap.
"ALEX!!!" Suster Ann langsung mendekap tubuh Alex saat melihat sosok kecil itu akhirnya tumbang.
Sesaat Tristan terpaku dengan pingsannya Alex.
"ALEX!!!" suara Bapa Simon terdengar di belakang.
"Ke ruang kesehatan! Dan Suster Theresa tenangkan anak-anak yang lain." Bapa Simon mengambil tubuh Alex dari pelukan Suster Ann.
Suara Bapa Simon menyadarkannya, dan membuat Tristan kembali terpaku saat melihat tubuh Alex perlahan membiru.
Tanpa berucap, Tristan mengekor di belakang mereka. Jantungnya kini berdebar tak karuan. Sebuah keputusan yang sangat buruk mengizinkan Alex kemari.
Di Ruang Kesehatan, Bapa Simon membaringkan Alex di ruang kesehatan dan mulai memberikan tindakan. Oksigen lama milik Alex yang masih tersimpan, segera dipakaikan, dan Bapa Simon membalurkan obat di tubuh Alex untuk membuatnya hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Home [TAMAT) - Prequel The Royal Home
Historical FictionMereka sepasang anak kembar yang tinggal di sebuah panti asuhan, tanpa kekuarangan rasa cinta dan kasih sayang. Mereka telah berjanji untuk terus bersama dan tidak terpisahkan. Tapi bagaimana jika ada keluarga yang hanya ingin mengadopsi salah satu...