Chapter 30

480 42 9
                                    

Hai... hai... selamat malaaammm !!

Kudatang lagi seperti biasa di malam hari, hehehe...

Maafkan, terlambat untuk melanjutkan cerita... - acara merah putih menjadi prioritas untuk beberapa hari ini :)

Baiklah, I'm back now... :)

Baiklah, tunggu apa lagi..., mari kita lanjuitkan dan selesaikan.... :)

Enjoy and hope you like it :)

Chapter 30

Hari masih pagi, saat Ben berpamitan berpisah dengan Tuan Singer serta grup musiknya. Ben bersama Marie akan pulang kembali ke Helencia. Satu-satunya tas yang ia miliki sudah siap di punggung Ben. Mungkin akan menjadi perjalanan panjang, terlebih mereka tidak memiliki kereta kuda dan akan mencari tumpangan untuk dapat sampai ke Helencia. Tapi Ben siap. Untuk Marie, Ben siap melakukan apa saja.

Dengan berat hati Seamus Singer  melepaskan bocah istimewa yang satu banding seribu akan ia temukan di dunia ini. Tapi untuk kebahagiaan mereka, ia harus melepaskannya. Seamus sudah membekali mereka secukupnya uang, dan juga sedikit perbekalan makanan di perjalanan. Bagaimanapun juga, ia telah melihat Ben dan Marie seperti anaknya sendiri yang tidak pernah ia miliki. Tapi mereka memang bukan anaknya, dan ia tidak bisa menahan keduanya atau justru akan membuat mereka tidak bahagia. Sudah cukup keduanya dengan ditinggal kedua orang tua mereka, kini biarkan mereka menentukan jalan kebahagiaan mereka sendiri. Seamus hanya dapat mendoakannya.

"Hati-hati kau, Ben, dan jaga dirimu dan adikmu baik-baik, jangan sampai dia kelaparan."

Ben tersenyum siap. "Tidak akan, Tuan, aku tidak membiarkan Marie kelaparan," sahutnya seraya melirik adiknya yang mulai terlihat segar setelah semalam mau makan, dan pagi ini sudah sarapan dengan perut kenyang pemberian Tuan Singer.

"Terima kasih banyak untuk semuanya, Tuan. Suatu hari nanti akan kubayar semuanya, Tuan,." ucapnya sekali lagi.

Seamus terkekeh. "Tak perlu, Ben. Tapi jika nanti aku kembali ke Helencia, yang pertama kucari adalah kau, Ben," sahutnya pasti.

"Tentu, Tuan, tentu!" Ben tersenyum percaya diri.

Seamus mengangguk.

Ben menarik napas penuh persiapan. "Baiklah, Marie, kita berangkat sekarang. Marie siap?" tanyanya menggoda adiknya.

Marie yang berdiri di samping Ben dengan mencengkeram kuat baju kakaknya, mengangguk pasti dengan tersenyum.

Ben tersenyum renyah, "Ayo kita berangkat sekarang." Ditengoknya lagi Tuan Seamus. "Sampai jumpa lagi, Tuan, mudah-mudahan kita bisa bertemu lagi," ia memeluk erat bosnya.

Seamus memeluk erat Ben dan juga Marie serta kecupan di pipi Marie, sebelum akhirnya dilepaskannya kedua anak istimewa itu untuk menentukan nasibnya sendiri. Hanya doa yang akan menyertai mereka.

Ben tersenyum dengan semangat dan penuh percaya diri saat mulai melangkahkan kaki berbalik arah, dengan menggandeng Marie di sampingnya. 'Menuju Helencia, semoga Tuhan menyertai kita. Amin.'

*^^*

Sudah hampir seminggu Alex bermain-main dengan dua identitas. Terlebih setelah ia memiliki kegiatan baru sebagai pemain musik di kedai 'Paul's House'. Juga terkadang akan bermain musik di panti, bila ia sedang bermain di sana, di sela-sela jadwal tampilnya di 'Paul's House'.

Alex akan berada di 'Paul's House' setiap sorenya memainkan diri aslinya sebagai Alex, dengan terkadang Alex ditemani oleh Caleb, ataupun Tristan. Tidak, Alex tidak membutuhkan uangnya. Alex hanya menginginkan ada kegiatan untuk dirinya sebagai Alex, dan ekspresi tulus para pengunjung 'Paul's House' yang mendengarkan permainan musiknya telah membuatnya ketagihan. Alex sangat menyukainya. Bermain di depan mereka semua, dengan ia mendapat upah hanyalah sebagai bonus. Uang tersebut akan ia kumpulkan untuk diberikan kepada siapapun yang membutuhkan.

The New Home [TAMAT) - Prequel The Royal HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang