Baiklah, mari kita lanjutkan....
Enjoy, and hope you like it .... :)
Chapter 25
Wellington terbangun di pagi hari, dengan perasaan berbunga. Ia sudah menunggu hari ini tiba, dan ia sudah tidak sabar untuk segera sore hari. Ia sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan Lady Addelaide dan menghabiskan satu jam penuh bersamanya dalam kelas musik sore ini.
Tidak pernah membayangkan akan begini rasanya bertemu dengan seorang gadis cantik. 'Beginikah yang dinamakan jatuh cinta?' Ia tersenyum sendiri. Tapi mengapa ia tidak dapat menahan rasa sabarnya? Keinginannya untuk segera bertemu dengan Addelaide tak lagi dapat terbendung.
'Bagamana caranya agar bisa bertemu Addelaide lebih awal? Pagi ini mungkin aku bisa berkunjung ke rumahnya?' Wellington berpikir keras.
'Ah, tidak pantas. Tidak pantas aku bertandang ke rumahnya tanpa diundang,' Wellington menggelengkan kepala dengan gusar. Berarti ia memang harus menunggu hingga sore hari. 'Ya Tuhan, cepatlah sore tiba,' dengan sangat memohon.
Akhirnya sore pun tiba, dan Wellington sudah tidak sabar untuk menyambut sang Putri. Namun ia pun harus menjaga sikapnya sebagai seorang pangeran. Maka ia pun harus tetap bersabar menunggu kedatangan sang Putri.
"Kenapa belum datang juga, ya, Pak?" Wellington sudah mulai gelisah. Ia sudah berada di dalam kelas bersama tutor musiknya, Sir Richard, menunggu kedatangan sang Putri.
Sir Richard tersenyum, "Sabarlah, Pangeran. Belum juga pukul 4."
"Heh?" Wellington terkaget sendiri, dan jengah. "Aku hanya takut ia tidak akan datang, Pak."
"Tenanglah, Pangeran, undangan sudah dikirimkan, bukan? Dan tentunya jika tidak ada halangan, Lady Addelaide pastilah akan datang. Tidak usah Pangeran cemas," Sir Richard harus tersenyum kulum, melihat sang Pangeran yang sedang jatuh cinta.
"Mhmm, aku hanya khawatir, kakaknya yang tidak mengizinkan Addelaide datang."
Sir Richard tertegun, "Kakaknya? Mengapa?"
"Entahlah, tapi sikap protektif kedua kakak Addelaide agak meresahkanku. Mereka seperti tidak mengizinkan lelaki manapun mendekati Addelaide."
"Apakah sudah terlihat sikap itu?"
Wellington menghela napas jengah, "Belum, sih. Mereka memang baik, hanya saja, mereka mengakui memiliki penyakit Sister's Possesive Protection tingkat tinggi."
Sir Richard tertegun dengan istilah yang baru ia dengar, "Sister's Possesive Protection?"
"Yea, begitulah," Wellington menghela pasrah.
Sir Richard harus tertawa kecil mendengarnya.
"Ya...ya..., Bapak boleh tertawa sekarang, tapi nanti jika Bapak sudah bertemu dengan Addelaide, Bapak akan mengerti maksudnya." Wellington tersenyum kecut.
Sir Richard tersenyum. "Baiklah," ia hanya mengangguk, begitu memahami suasana hati sang pangeran muda. "Pangeran, mainkan sebuah lagu. Tidak ada salahnya bermain, sementara menunggu Lady Addelaide datang."
Wellington menghela napas, mengalah. "Baiklah." Ia lalu duduk menghadap piano berukir indah itu.
Sir Richard tersenyum begitu mendengarkan alunan piano yang dimainkan sang Pangeran.
Dan saat Wellington di tengah permainannya, Sir Richard menyadari dua sosok berada di pintu dengan diantarkan oleh seorang staf kerajaan. Seorang putri bersama seorang pemuda yang menjulang tinggi tubuhnya dan berbadan bidang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Home [TAMAT) - Prequel The Royal Home
Narrativa StoricaMereka sepasang anak kembar yang tinggal di sebuah panti asuhan, tanpa kekuarangan rasa cinta dan kasih sayang. Mereka telah berjanji untuk terus bersama dan tidak terpisahkan. Tapi bagaimana jika ada keluarga yang hanya ingin mengadopsi salah satu...