Chapter 8

420 77 5
                                    

Mari kita lanjut dulu, sebentar :)

ENJOY!!! and hope you like it :)

Chapter 8

Byron mengetuk pintu sebelum masuk ke kamar adiknya. Ia harus menemui Tristan, untuk melihat keadaannya. Setelah tadi ia membiarkan Alex menangis di pelukannya meski Byron hanya bisa mengusap-usap bocah mungil itu.

Ia tidak bisa memungkiri Alex telah mencuri hatinya. Bukan hanya karena wajahnya yang menyerupai Addelle, tapi juga kerapuhan tubuhnya dan perasaannya yang sensitif. Terlebih, setelah melihat bocah tersebut menangis dan dengan mudahnya jatuh ke pelukannya, orang yang baru dikenalnya, menandakan anak ini haus akan perhatian dan kasih sayang. Byron semakin tersentuh dengannya. Tapi Tristan adalah adiknya dan dia sangat menyayangi dia, terlebih setelah Addelle tidak ada.

Perasaan Tristan yang harus lebih ia jaga, meski memang adiknya itu telah melakukan yang sedikit keterlaluan dengan ucapannya yang tajam. Ia pun tidak menyukai ucapan Tristan, tapi ia mengerti kenapa adiknya melakukannya.

Dan di sinilah ia, berdiri di depan pintu kamar Tristan, mengetuk pintu.

"Tristan?"

Tidak ada sahutan.

Byron mencoba membuka pintu, ternyata tidak dikunci. Ia pun masuk ke dalam, dan perlahan mendekatinya.

Tristan bereaksi dengan mengusap air matanya. "Mau apa ke sini? Urus saja anak cengeng itu ..."

Byron menarik napas. "Papa belum mendengar sikapmu ini, Triste, dan lebih baik dia tidak mendengarnya."

Tristan terkatup. Wajahnya semakin ditekuk berlipat-lipat.

Byron harus tersenyum melihatnya. Sudah lama sekali sejak ia terakhir mendengar Tristan merajuk seperti ini. Berapa umurnya sekarang, 13 tahun? Sudah seharusnya Tristan meninggalkan masa-masa merajuk seperti ini.

"Masih pantaskah kau merajuk seperti ini?" tanyanya dengan suara halus.

"Lalu, pantaskah dia menjadi Addelle?" balas Tristan tak mau kalah. "Anak yang nggak jelas asal-usulnya, nemu di jalan, penyakitan, cengeng pula!"

Byron menghela napas. "Namanya Alex, dia dari Panti Asuhan St. Peter, dan ya, Papa menemukannya di jalan dalam keadaan sakit. Tapi kita harus mengakui, dia yang membangkitkan semangat Mama."

"Ya, karena dia mirip Addele. Coba kalau dia tidak mirip Addele," tandas Tristan kesal.

"Tapi sebelumnya, Mama tidak tahu anak itu mirip Addelle, bukan?" balas Byron dengan suara tenang. "Mama dengan sendirinya bangun dan masuk ke kamar Addelle tanpa tahu anak itu mirip Addelle, itu artinya ada sesuatu di antara mereka. Aku percaya anak itu datang untuk sesuatu."

Tristan terbelalak tidak percaya dengan ucapan kakaknya yang tidak masuk akal.

"Anak itu bukan Addelle, Kak! Dan dia tidak boleh jadi Addelle. Kakak tidak sayang lagi pada Addelle?"

Byron terkatup dengan tuduhan Tristan.

"Kau jahat menuduhku seperti itu."

"Kalau Kakak masih sayang Addelle, Kakak tidak akan mengizinkan anak itu menjadi Addelle," sergah Tristan.

"Alasannya?"

"Karena anak itu akan menggantikan sosok Addelle. Addelle tidak akan pernah tergantikan, Kak!" Tristan dengan emosi.

Byron menghela napas, "Sampai kapanpun Addelle tidak akan pernah tergantikan. Tapi Mama tidak begitu, Triste, kau harus bisa memahami kondisi Mama. Mama hanya melihat Addelle, Mama hanya bercahaya saat ada Addelle, dan saat Addelle pergi, cahaya itu pun redup," Byron menahan napas sebelum melanjutkannya, "Jujur, aku ingin cahaya itu kembali...."

The New Home [TAMAT) - Prequel The Royal HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang