Selamat malam... :)
Baiklah, mari kita lanjutkan :)
Chapter 21
Seorang pemuda tanggung dengan pakaian elegan duduk tak sabar di dalam sebuah kereta kuda, tersenyum senang begitu memasuki Green Valley – Helencia, tanah milik keluarganya. Matanya tak lepas keluar jendela memberikan pemandangan yang ia rindukan. Pegunungan salju yang megah, melatari padang rumput dari barat hingga utara. Sementara di bagian timur menjulang pegunungan dan bukit-bukit yang lebih rendah.
Teringat bagaimana dulu ia berburu hewan bersama sang kakak tercinta. Menembus hutan Waldegraveland, bermain hingga puncak gunung dengan sungai-sungai yang sangat jernih hingga kau dapat melihat ikan-ikan perak menari di antara batu batu hijau. Akhirnya ia pulang setelah tiga tahun menuntut ilmu di St. Andrew University yang jauh dari rumah, terlebih jauh dari adik tersayangnya.
"Aku pulang" desisnya bahagia. Senyum bahagia tak lepas dari bibirnya, dan membentuk lesung pipit di kedua pipinya.
"Tuan! Sudah ada yang menyambut Anda!" seru sang kusir penuh semangat dari luar, mengagetkannya. Ia langsung melihat ke arah luar dan tersenyum dengan sumringahnya.
Dari jauh terlihat tiga ekor kuda besar, dua di antaranya berpenunggang, berlari menurun bukit mendekatinya. Diperjelas pandangan matanya, dan tak lain tak bukan penunggangnya adalah...
"Addelle, Byron...!" desisnya semakin lebar senyumnya. "Berhenti, Pak!!!" serunya semangat.
Ia langsung keluar, begitu kereta kudanya berhenti, dan menunggu hingga mereka mendekat.
Alex semakin memacu kudanya begitu melihat kereta kudanya berhenti dan sosok lelaki tinggi keluar dengan tersenyum lebar.
Alex menghentikan kudanya tak jauh dari sosok menjulang, berambut panjang yang diikat karet sepunggungnya. Ia segera turun dari kudanya dan berlari menujunya.
Tanpa malu dan ragu Alex langsung melompat ke arah kakaknya, dan diterima dengan sigap oleh pria itu. Dijunjungnya tinggi tubuh ramping Alex dalam sosok Addelaide.
"Hoh, Addelle... kau tambah berat rupanya!"
Alex langsung memasang muka masam, yang dibalas dengan tawa Tristan. Semakin dipeluknya erat adiknya ini.
Alex membalas pelukannya kakaknya dua kali lipat hingga sulit bernapas...
"Huk! Addelle..."
"Aku rindu..." desis Alex, tidak peduli pelukannya menyiksa sang kakak.
Tristan tersenyum bahagia, menggandakan pelukannya, membayar rasa rindunya setelah pisah tiga tahun dengan adiknya ini yang tidak perlu ia ucapkan lagi. Praktis, selama tiga tahun Tristan tidak pulang ke rumah dan hanya mengirim surat pada keluarganya.
Tristan melepaskan pelukannya dan memperhatikan wajah Addelaide. Wajah polosnya tanpa pulasan rias wajah tampak begitu cantik. Bulu matanya yang lentik berbaris rapi di atas kedua matanya yang indah. Tristan tak percaya, di baliknya ini adalah ...
"Kau semakin cantik saja, semakin matang!" Tristan tak dapat menahannya, tapi membuat wajah Alex sedkit masam. Tristan langsung meminta maaf dengan tersenyum, dan memeluknya Alex lagi.
"Huh, kok kau bau aneh..." Tristan memicingkan hidungnya, lalu mendekatkan hidungnya di leher Addelaide.
"Kuda baru, Kak, baru jinak tadi," Alex nyengir menjelaskan.
Tristan tersenyum geleng-geleng kepala, dan kembali memeluknya erat, karena jujur, meski berkeringat, Alex tetap beraroma perempuan.
Byron hanya tersenyum melihat kedua adiknya melepaskan kerinduan mereka. Byron masih tidak percaya kedua adiknya ini bisa begitu dekat, setelah kepergiannya ke St. Andrew, mengingat bagaimana dulu hubungan Tristan dengan adik bungsunya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Home [TAMAT) - Prequel The Royal Home
Historical FictionMereka sepasang anak kembar yang tinggal di sebuah panti asuhan, tanpa kekuarangan rasa cinta dan kasih sayang. Mereka telah berjanji untuk terus bersama dan tidak terpisahkan. Tapi bagaimana jika ada keluarga yang hanya ingin mengadopsi salah satu...