(5) Dua Pemuda

20 7 0
                                    

Arumi sedang berada di ruang guru. Bu Steffi memanggil, katanya seragamnya sudah siap untuk diambil. Akan tetapi, ia tidak melihat gurunya itu sekarang. Bertanya ke guru lain pun, mereka tidak tahu keberadaan wali kelasnya itu.

"Terus sekarang gimana?" gumamnya bingung. Sejak tadi Arumi hanya berdiri saja sambil memperhatikan para guru yang berlalu lalang.

Di tengah kebingungannya, tiba-tiba seorang pemuda berwajah kebarat-baratan datang menghampiri. Kedua alisnya terangkat antusias. "Eh, lo yang tadi kan? Ada perlu apa?" tanyanya.

Arumi melebarkan mata begitu melihat wajah tak asing di hadapannya. Gadis itu mengangguk. "Ini, tadi Bu Steffi manggil buat ngambil seragam. Tapi—"

"Oh, lo anak baru? Bukan di sini tapi di ruang tata usaha." Siswa bermata biru itu terlebih dahulu memotong ucapannya.

Arumi membuka mulutnya. "Tata usaha lo bilang?!" tanyanya membuat siswa itu mengangguk.

"Kebetulan kelas gue searah ke sana, mau gue anterin?" tawarnya kemudian dengan senyum ramah.

Arumi mengangguk. "Boleh, makasih deh." Kebetulan juga dia belum tahu dimana letak ruang tata usaha itu.

Tanpa sadar, cukup lama Arumi menatap mata birunya itu. Yang kemudian beralih pada rambut hitam keemasan milik pemuda itu.

Menyadari arah tatapannya, pemuda itu jadi tersenyum. "Kenapa? Nyari rambut pirang gue?" celetuknya.

"Ha?" Segera Arumi menggeleng. "Bukan itu."

Pemuda itu terkekeh pelan. "Udah gue cat, sengaja," katanya.

"Kenapa?" tanya Arumi jadi ingin tahu.

"Terlalu narik perhatian, udah cukup mata gue aja, rambut jangan. Yaa, meski udah agak luntur sekarang. Gapapa, nanti gua cat lagi," jelas pemuda itu dengan sudut bibir yang terangkat.

Arumi hanya menatap lurus kemudian menganggukkan kepala.

"Kalau gitu, ayo." Pemuda itu mulai berjalan mendahului. Mereka berdua pun keluar dari ruang guru dan pergi menuju ruang tata usaha. Arumi hanya mengekor di belakang. Agak canggung kalau harus berjalan beriringan.

Saat siswa itu mulai keluar dari gedung kelas sebelas, Arumi jadi tersadar. Apa jangan-jangan siswa itu kakak kelasnya? Atau adik kelasnya?

Siswa itu berbalik, sambil berjalan mundur ia bertanya, "Btw, nama lo siapa?"

"Gue? Arumi."

Siswa itu mengangguk-angguk lalu kembali membalik tubuhnya dan memposisikan diri di samping Arumi, membuat mereka otomatis berjalan beriringan.

Siswa itu memberhentikan langkahnya lalu mengulurkan tangan. "Nama gue David."

Arumi menyambut tangannya, "Arumi," ulangnya.

David tersenyum lalu hendak menyudahi salamannya. Akan tetapi, saat itu Arumi menyadari sesuatu, membuat pegangannya mengerat. "Eh, siapa tadi lo bilang?"

David mengangkat alisnya bingung kemudian menyebut namanya lagi. "David. Ada apa? Kok muka lo ...."

Seketika Arumi melepas genggaman tangannya lalu menggeleng cepat. "Gapapa kok, bukan apa-apa."

David itu bukannya mantan ketua OSIS yang katanya bertengkar dengan Gio? Apa benar dia orangnya? Atau mungkin ada David yang lain? Gadis itu menggeleng samar, berusaha menghilangkan rasa penasarannya. Lagipula kalaupun memang benar dia, hal itu sama sekali tidak ada hubungannya kan?

David menatapnya heran sebelum menunduk seraya menarik bibirnya. "Lo kelas berapa?" tanya pemuda itu.

Arumi menoleh. "Kelas 11 IPA 2," jawabnya.

Be(Twins) [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang