"Arum, ayo sini! Makanan udah siap!" panggil Mila—tantenya.
"Sebentar, Tan!" Arumi yang tadi sedang mengulang pelajaran pun buru-buru menutup bukunya. Setelah mematikan lampu belajar, ia segera keluar dan pergi ke ruang makan.
Di sana tantenya sudah duduk dan meja makan pun penuh dengan makanan. "Tante kenapa gak panggil aku? Aku kan bisa bantu masak tadi," ucap Arumi.
"Udah, gapapa. Duduk aja!" ujar sang tante lalu hendak menyendokkan nasi ke piring Arumi.
Melihat itu Arumi buru-buru duduk. "Eh, Tante! Gausah, biar sama aku aja." Saat Arumi hendak mengambil piringnya, Mila terlebih dahulu menyimpan nasi ke atasnya.
Mila mengernyitkan dahi. "Ah, kamu ini ... udah duduk aja." Selanjutnya memberikan lauk-pauk juga ke atas piring Arumi.
Meski merasa tidak enak, akhirnya Arumi hanya diam dan mulai makan.
Menyadari kalau putrinya belum juga datang, Mila pun beranjak. "Denis! Cepetan sini! Bukunya simpen dulu!" teriaknya dari ambang pintu dapur.
Beberapa menit kemudian, pintu kamar Denis pun terbuka. "Ah, Mama!"
Denis keluar dengan penampilan acak-acakan. Piyama oversize-nya lecek, rambut pendeknya pun terlihat lepas dari kunciran. Mila hanya menghela napas sebelum kembali ke kursinya. Denis juga mengikutinya dengan langkah malas.
Denis membuka kacamatanya sembari melirik sang ibu. "Aku itu lagi ngapalin materi, Mama malah berisik. Kan lupa jadinya!" omelnya sembari duduk di samping Arumi.
Tanpa mempedulikan omelan anak tunggalnya itu, Mila malah menyendokkan nasi ke piring dan memberikannya ke hadapan Denis. "Udah-udah makan dulu, belajar bisa kapan lagi."
Denis hanya mendengkus pelan lalu mulai mengambil lauk-lauk. Arumi yang sudah mulai makan sejak tadi jadi menoleh. "Emang besok kakak ada ulangan?" tanyanya.
Denis melirik sekilas kemudian menghela napas. "Bukan gitu." Ia berhenti sejenak untuk menggigit tempe goreng. "Gue itu belajar buat ngalahin si David sialan itu. Ish, sebel gue!" dengkusnya sambil memotong tempe di piringnya dengan brutal.
"Denis mulutnya!" Mata Mila menajam begitu mendengar ucapan kasar yang dikeluarkan Denis.
Seketika Denis berdeham lalu kembali melanjutkan makannya dalam diam. Sambil mengunyah makanannya, Arumi hanya menatap kakak sepupunya. Sepertinya Denis mengenal David. Apa mungkin mereka sekelas?
Mila bertanya, "Oh iya, Arum, makanan favorit kamu apa? Besok Tante bingung mau masak apa, jadi rencananya mau masak makanan kesukaan kamu aja."
Arumi menghentikan makannya kemudian menoleh.
"Iya tuh, besok Mama jangan masak makanan favorit aku lagi," ujar Denis membenarkan.
"Lah, emang kenapa?"
"Bosenlah," jawab Denis cepat. Ia menghela napas. "Meskipun namanya favorit, tapi kalau makannya setiap hari sih ya beda lagi."
Mila hanya mencibir tak suka sebelum kembali beralih pada Arumi. "Kamu suka apa?" tanyanya.
"Aku?" Arumi terdiam cukup lama sebelum menurunkan pandangan pada piringnya.
"Besok kita makan apa?"
"Soto!"
"Oh iya yah, sayangnya ibu kan suka soto!"
Tiba-tiba Arumi merasa jantungnya berdegup kencang. Wajah ibunya yang tersenyum kembali terbayang di benaknya membuat dadanya terasa sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be(Twins) [Slow Update]
Teen FictionSetelah kepergian ibunya, Arumi menginginkan kehidupan yang tenang. Namun, bagaimana jadinya jika ia malah terlibat dalam rahasia dua orang pemuda yang akan membuat hidupnya jauh dari kata tenang? ©Pinterest #1 bff 011124