Suara benda yang jatuh memaksa kesadarannya kembali. Matanya membelalak, jantungnya berdetak cepat dengan napas yang memburu. Mendapati dirinya tertidur membuat keningnya mengernyit, padahal seingatnya tadi sedang bersama Gio di perjalanan pulang. Mengedarkan pandangan, tidak butuh waktu lama sampai Arumi mengetahui kamar yang ditempatinya adalah kamar Denis.
Arumi menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Melihat seragam sekolahnya sudah diganti dengan piyama, dahinya makin mengerut. Ia tidak ingat apa yang terjadi, tetapi mari lupakan dahulu semua itu. Melangkah menuju pintu, ia teringat suara yang membangunkannya tadi dan sekarang berniat untuk mencari tahu. Begitu membuka pintu, ruang tengah yang kosong langsung menyambutnya. Entah dimana Denis dan tantenya berada, tetapi sayup-sayup obrolan terdengar dari arah dapur. Arumi pun segera melangkah menuju sumber suara.
Di dapur, Denis sibuk mondar-mandir antara kompor dengan meja makan untuk menyiapkan makan malam. Akan tetapi skill memasaknya yang terbilang pas-pasan membuat ia cukup kesulitan. Meski sudah berbekal resep dari internet serta masakannya termasuk mudah dibuat, Denis tetap kewalahan. Mila yang melihatnya pun ikut gemas sendiri.
"Ya ampun Denis, bukan gitu cara motong wortel yang bener. Udah sini, biar Mama aja," ujarnya seraya merebut wortel dari tangan putrinya. Fakta bahwa Denis sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di dapur membuatnya agak khawatir akan hasil masakannya nanti.
"Ma, udah ih, biarin aja!" Denis mengambil wortelnya kembali sambil mendelik. Ia mengerti dengan kekhawatiran ibunya, tetapi ia tetap tidak akan membiarkannya mengambil alih. Karena mau bagaimanapun, Mila adalah pasien yang masih harus beristirahat.
Denis mendorong Mila perlahan. "Mending Mama balik ke kamar sana. Nanti Arum tahu Mama ngerecokin gini, bisa marah dia." Itulah alasan lain kenapa ia ingin ibunya segera pergi dari dapur. Mila yang baru pulang dari rumah sakit pagi tadi—setelah ditemukan tak sadarkan diri oleh Arumi kemarin, sekarang malah ada di dapur ... pastinya akan menimbulkan masalah besar. Arumi yang selalu sensitif mengenai urusan rumah, tentu saja tidak akan senang melihat itu.
Denis bergidik ngeri tatkala membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Ia menggeleng. Bisa ngamuk—
"Tante lagi ngapain di sini?"
Mampus! Denis membeku di tempat. Sekujur tubuhnya mendadak merinding. Hal yang sama terjadi pada Mila. Tubuhnya sempat menegang, tetapi ia segera mengendalikan diri. Wanita itu menelan ludah susah payah sebelum menoleh pada Arumi yang berdiri di ambang pintu.
Wajahnya pucat pasi, tangan kecilnya memegangi kusen pintu guna menahan tubuhnya yang lemas. Tatapannya mengarah lurus pada tantenya. "Lagi apa di sini?" tanyanya lagi sama datarnya.
Menggigit bibir bagian dalamnya perlahan, Mila berusaha memutar otak untuk mencari alasan. "Tadi ...." Tanpa sadar jemarinya mengerat saat menyadari tak ada satu pun ide yang muncul di benaknya.
"Mama cuma ngambil minum!" sela Denis membantunya.
Jeda cukup lama sebelum jawaban tak terduga keluar dari mulut Arumi. "Aku gak nanya Kakak." Ia meliriknya sekilas lantas kembali mengarah pada Mila.
Jantung Mila berdebar kencang. Wajah tanpa emosi itu ... ia terakhir kali melihatnya saat adiknya meninggal setahun yang lalu. Ia tidak tahu kalau apa yang dilakukannya sekarang akan berdampak sebesar ini pada Arumi. Mengepalkan tangannya. "Arum ..." Ia pun menjelaskan semuanya.
"Jadi, kamu jangan khawatir," pungkasnya.
Arumi tertegun cukup lama dengan mata yang tak lepas dari Mila. Detik kemudian, helaan napas keras keluar dari bibirnya yang menyeringai tipis. Pening di kepalanya mendadak terpusat ke satu titik. Spontan ia menundukkan kepala. Arumi mengusap wajahnya dengan tangannya yang bebas, diam-diam menghapus bulir keringat yang membasahi wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be(Twins) [Slow Update]
Teen FictionSetelah kepergian ibunya, Arumi menginginkan kehidupan yang tenang. Namun, bagaimana jadinya jika ia malah terlibat dalam rahasia dua orang pemuda yang akan membuat hidupnya jauh dari kata tenang? ©Pinterest #1 bff 011124