part 35

3.6K 160 3
                                    

" Tuan zee " Ujar Aras,
Zee hanya menatap kecewa pada Aras,
Entahlah zee merasa apa memang ini akhir dari semuanya, apa memang benar janji takdir Aras hanya bersama orang lain jika ingin bahagia,
Apa zee memang harus melepaskan Aras untuk Denis yang sudah jelas sangat mencintai aras?

Zee perlahan berbalik memandangi kalung yang berada di tangannya, lalu pergi,
" Tuan zee " Panggil Aras hendak berlari menghampiri zee namun Denis menghentikannya, Aras berusaha berontak namun Denis memegang kencang tangan Aras
" Deen " Panggil Diki,
Deen tidak memperdulikan panggilan Diki, ia terus berjalan menghampiri zee namun tiba-tiba, Diki menarik tangan deen,
" Deen maksud lo apa jauhin gue " Ujar Diki "
Deen hanya diam saja,
" Jawab deen "
Lagi-lagi deen hanya diam
" Gue dari kemaren telfon lo, kirim lo pesan tapi kenapa handphone lo gak pernah aktif hah? " Triak Diki mulai kesal,
" Gue dari kemarin sibuk bantuin zee bikin dekorasi buat acara lamarannya zee ke Aras sahabat lo sendiri, tapi lo malah bantuin kk Denis buat rebut kebahagiaan sahabat lo sendiri sialan " Balas deen juga berteriak,
Mendengar ucapan deen Aras melebarkan matanya kaget, lalu dengan cepat berusaha melepaskan genggaman tangan Denis,
" Rasss " Ujar Denis dengan wajah memelas,
" Maaf kk, tapi cinta itu tidak bisa di paksakan, maaf Aras selama ini terlalu takut Buat mengakui kalo selama ini Aras cinta sama Tuan zee, maaf, Aras udah dari dulu cinta sama Tuan zee, Aras tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini lagi kk, Aras nunggu Tuan zee udah lama, Aras mengharapkan cinta dari tuan zee juga udah lama, maaf Aras gak bisa terima kk denis, Aras harus kejar cinta Aras, maaf kk" Jelas ara panjang lebar,
Lalu dengan pasrah Denis melepaskan genggaman tangannya pada Aras,
Aras pun dengan kencang berlari menuju bawah,
Lalu diikuti oleh deen,
" Tuann zee hikkss " Panggil Aras terus menerus sambil meneteskan air mata,
Ia seperti orang linglung, Aras terus berlari berusaha mengejar zee,
" Arassss" Panggil deen, deen menghampiri aras
" Deen Tuan zee dimana hikkss " Tanya Aras,
" Ayo cepet ras kita kejar zee " Ujar deen,
Lalu mereka dengan tergesa-gesa berlari menuju parkiran,

Sesampainya di mobil, Aras dan deen  memsuki mobil milik deen lalu deen dengan cepat menginjak gas mobil,
Deen melajukan mobilnya sangat kencang,
" Tuan zee hikkkss " Ujar Aras
Sejak tadi Aras terus menangis memanggil nama zee, jika ia tau Denis tadi berniat untuk menembaknya makan sudah dari awal ia akan menolak,
" Lo sabar ya ras " Ujar deen sembari menenangkan Aras,
Sebenarnya deen juga sangat khawatir dengan zee, pasalnya sejak tadi mobil yang di kendarai oleh zee tak kunjung terlihat seharusnya dengan kecepatan ini deen bisa mengejar mobil milik zee,
" Aelahhh lo dimana zee, "  Batin deen
Sedangkan Aras terlihat tengah sibuk menelfon zee, sembari menggigir kuku jarinya,
" Kenapa tidak di angkat, apa Tuan zee semarah ini sama aras? " Ujar Aras mulai putus asa,
" Lo jangan berfikiran negatif ras, mungkin zee lagi nyetir makanya gak di angkat" Ujar deen,

Sampai tak lama akhirnya mereka pun sampai di depan gedung apartemen aras,
Dengan cepat Aras turun dari mobil deen lalu berlari ke apartemennya sendiri, dengan sekuat tenaga Aras berlari sambil berharap zee akan ada di sana ,
Berada di lift pun Aras terus menangis khawatir zee akan pergi darinya,
Setelah melalui lift Aras dengan cepat menuju apartemennya ia membuka kunci dengan tergesa-gesa, lalu apa yang ia lihat?
Tentu saja hasil dari dekorasi zee dan deen, dekorasi itu sangat indah dengan bernuansa warna mas dan hitam yang sangat elegan, Aras menangis dengan kencang melihat itu, namun tiba-tiba ia tersadar ia harus mencari zee saat ini,
Dengan cepat Aras berlari menuju kamarnya dan membukanya,
" Tuan zee " Panggil Aras, namun hasilnya nihil zee sudah tidak ada disana ya aras temukan hanyalah sebuah kotak kalung berwarna dongker di atas meja sebelah ranjang Aras,
Aras mengambilnya lalu membukanya yang ternyata berisi sebuah kalung dengan inisial A dan Z dan sebuah surat disana,
Seketika Aras memeluk kalung itu lalu menangis se jadinya,
Tak lama deen datang menghampiri Aras,
" Rasss "  Panggil deen, namun Aras hanya menangis terduduk di lantai dengan kalung itu,
Deen tidak tau harus bagaimana saat ini, ia lebih memilih diam dan menemani Aras sampai hatinya tenang saja,
Aras mulai membuka isi surat itu,
_________________________________________

ARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang