"ah dia memang gitu"
Hal ini menyakitkan sekali. Tidak perduli sekuat apa aku mencoba untuk tidak memikirkannya. Telingaku sudah biasa mendengar perkataan itu, tapi tidak dengan hatiku. Dengan malu aku mengaku, hatiku terlalu rapuh.
Aku selalu mengambil cermin, melihat dengan cermat. Pada akhirnya aku kembali menyalahkan diri sendiri.
Tapi sampai kapan?
Aku terlalu malas meluruskan opini-opini salah itu. Dan aku tidak tau bagaimana caranya. Karena tetap saja, orang-orang akan hanya menilai saja tanpa mau repot-repot memberikan pertimbangan.