Enervate

876 88 6
                                    

Awan kelabu menjatuhkan

Rintik rindu di pipiku

Lara dihati ini

Bagai tak ada obatnya

Lembayung menyapa begitu lunglai

Seakan tahu sendu hatiku

Ku dekap erat cakrawala

Menceritakan semua rindu

Akara mulai hilang

Di tengah-tengah kegelapan

Tapi derai kerinduan

Masih terbelenggu hingga fajar

- Bagus Satria -

~~~~~

Sayup sapa udara siang menuju sore kali ini begitu terasa membawa hawa panas.

Wendy yang tadi tersungkur langsung berdiri dan kembali memaksa untuk masuk.

"Pak tolong biarin saya masuk". Pintanya pada satpam.

"Maaf mbak, silahkan pergi".

"Enggak saya gak mau, om tolong kasih saya kesempatan". Teriak Wendy pada ayah Irene yang masih berdiri di teras depan lalu memilih masuk tanpa berucap sepatah kata pun.

~~~~~

Di waktu yang bersamaan Irene menangis terisak didalam kamar sambil memeluk boneka panda pemberian Wendy yang selalu ia bawa kemanapun.

"Gak ada gunanya kamu nangis gitu". Ucap ayahnya dengan nada yang begitu dingin.

"Sampai kapanpun ayah gak akan mengizinkan kamu berhubungan sama dia!".

"Ayah egois". Cerca Irene di sela tangisannya.

"Apa? Egois katamu? ayah egois kalau membiarkanmu hidup dengan aib. Sadar Irene, kamu dilecehkan terus kamu berpindah jadi lesbian, mau ditaruh dimana muka ayah?!".

"Setidaknya pikirkan martabat keluarga kita, ayah gak mau punya anak yang hidup dengan aib seperti itu!".

Irene terdiam mendengar perkataan ayahnya.

Baginya segala kalimat yang terlontar barusan jauh lebih menyakitkan dibanding apa yang pernah terjadi pada dirinya.

Seorang ayah lebih memikirkan martabat dibanding memahami kesulitan putrinya dalam melewati masa itu.

"Jadi ayah anggap Irene hanya aib dikeluarga ini?". Tangisannya mereda, tersisa kilatan amarah yang tampak pada kedua matanya.

"Kalau begitu bunuh saja Irene, tidak ada gunanya aku hidup dengan orang tua yang hanya memikirkan martabat, ayah gak tau gimana sulitnya aku berusaha bertahan hidup setelah kejadian itu, ayah gak tau sudah berapa kali aku nyoba buat bunuh diri, ayah pikir jadi aku gampang? Cuma Wendy yang bisa narik aku dari masa kelam itu dan sekarang ayah mau pisahin aku dari dia? Lebih baik aku ma...".

Plakk....

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus milik Irene.

"Cukup!, Sejak kapan kamu berani melawan ayah?! Anak itu hanya membawa pengaruh buruk buat kamu!".

"Minggu depan kamu akan menikah dengan anak dari kolega ayah, hanya dengan cara ini kamu bisa menjaga nama baik keluarga".

Suara keras dari pintu kamar yang tertutup tidak lebih keras dari hati yang dimiliki oleh ayah Irene.

Sepeninggal ayahnya Irene benar-benar menangis seperti orang yang kehilangan akal warasnya.

~~~~~~

"Gue harus gimana? Gue gak mau lepasin Irene, gimanapun caranya gue harus kesana lagi". Tekad Wendy setelah merebahkan tubuhnya disalah satu kamar hotel yang ia pesan selama berada disana.

"MELLIFLUOUS" [GxG COMPELETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang