Part 5

730 28 0
                                        

Kalau Seina dan Reina walau mereka kembar dan jago judi, urusan emosi tentu saja Seina kalah dari Reina. Reina bisa mengontrol emosinya dengan baik, tapi sekalinya Reina marah akan melebihi Seina.

Makanya OSIS tidak pernah membuat keduanya marah, melihat Seina marah saja membuat mereka ketakutan apalagi melihat Reina marah.

Sejauh ini murid-murid pun tidak ada yang berani membuat Seina dan Reina marah, jika ada yang berani maka orang tersebut menggali kuburnya sendiri. 

"Dengan cara apa Miyuki! Lihat dirimu sekarang, kamu saja budak Kakak. Utang kamu ke Kakak banyak, kamu mau bayar pakai apa? Tubuhmu?" tanya Seina dengan nada lebih tinggi.

"Jika Kakak mau tubuh aku, aku bersedia," balas Miyuki lirih.

Sungguh Seina tidak mengerti dengan jalan pikiran Miyuki, apa sebegitu tidak berhargakah tubuhnya hingga dia mau memberikan tubuhnya untuk Seina?

"Kau sungguh ingin memberikan tubuhmu?" tanya Seina menatap tajam Miyuki.

Miyuki yang melihat tatapan tajam Seina menjadi takut dan gugup, dia hanya bisa mengangguk daripada dia membalas tapi mengeluarkan kata dengan gagap saking takutnya.

Tiba-tiba pintu terbuka tanpa diketuk terlebih dulu, Seina sudah tahu siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan saudara kembarnya, hanya Reina yang berani masuk ke ruang OSIS tanpa diketuk dulu.

Apalagi semua anggota OSIS tahu kalau Seina selalu di ruangan ini kecuali dia ada urusan, alasan mereka mengetuk pintu supaya Seina atau Reina sedang ngobrol serius maka bisa dilanjutkan nanti.

Intinya supaya OSIS atau murid lain tidak tahu apa yang dibicarakan di dalam ruangan ini, bahaya kalau orang lain sampai tahu dan menyebarkan gosip yang tidak-tidak.

"Ada apa, Rei?" tanya Seina menatap Reina yang baru saja masuk.

Walau mereka kembar, mereka tidak mau dipanggil Kakak atau Adik. Jadi mereka memanggil nama saja, orang tua mereka juga tidak mempermasalahkan hal tersebut asal mereka nyaman.

Reina memilih duduk di tempatnya tanpa menjawab pertanyaan Seina, dia pun butuh istirahat. Ya kali, dia sudah jalan-jalan sekitar sekolah dan ke sini untuk menemui Seina tanpa duduk.

"Ingat kita ini kembar, jadi aku tahu kondisimu saat ini. Aku hanya minta kendalikan emosimu, Sei," balas Reina menatap balik Seina.

"Ya, aku tahu. Kamu ngapain ke sini?" tanya Seina kembali.

Mereka saling bertatapan, melupakan Miyuki di sini dan Miyuki juga tidak masalah diabaikan setidaknya bukan dia yang menjadi bahan pembicaraan.

"Cuma memastikan kamu baik-baik saja, habis ini aku pergi ada yang nantangin siapa tahu dapat budak juga," balas Reina santai.

Walau Reina Adik kembar Seina, dia selalu memastikan Seina baik-baik saja dengan langsung menemuinya. Berbeda dengan Seina, dia bisa memastikan Reina tanpa menemuinya.

Kalau dibilang peka, Seina lebih peka. Apa pun yang berhubungan dengan Reina, dia menjadi nomor 1 untuk maju. Dia tidak tinggal diam, jika saudara kembarnya tersakiti.

"Kamu masih mau di sini, Rei? Aku mau balik ke asrama," tanya Seina sekaligus memberitahu tujuannya.

"Ingat jangan kasar ke budakmu, apalagi dia teman kecilmu," balas Reina seolah tahu apa yang akan Seina lakukan ke Miyuki.

Kenapa Reina bisa tahu kalau Miyuki teman kecil Seina? Sejak mereka kecil, mereka diajarkan untuk saling terbuka satu sama lain jadi masalah sekecil apa pun mereka akan tahu.

Jadi, masalah ini bukan hal asing lagi buat Reina. Tanpa diceritakan ulang, dia masih mengingat semua penjelasan Seina dulu. Walau mereka saling terbuka dan memberikan pendapat, keputusan tetap di tangan masing-masing.

"Aku tidak janji," kata Seina, Reina hanya menghela nafas.

Reina tidak akan memaksa Seina untuk berjanji, apalagi dia tahu kalau Seina bisa memutuskan apa yang baik maupun buruk tanpa dia beritahu lagi.

"Serah kamu lah, Sei. Aku pergi dulu," kata Reina lalu pergi tanpa menunggu jawaban dari Seina.

Setelah Reina pergi, Seina berjalan dengan rantai tetap dia pegang otomatis Miyuki mau tidak mau harus mengikuti dia tanpa dia suruh kembali.

Tujuan dia kali ini ke asrama, dia akan tinggal bersama Miyuki dalam satu kamar. Itu peraturan yang dibuat Ketua BEM & OSIS terdahulu, hanya budak inti saja yang diizinkan masuk ke asrama BEM & OSIS.

Cukup tidak adil bukan? Ya, tapi siapa yang berani melawan posisi inti? Tidak ada, kalau pun ada jabatan mereka jadi taruhannya. Jabatan hilang, mereka tidak ada bedanya dengan murid biasa bahkan bisa saja mereka jadi bahan ejekan.

Selama perjalanan, murid yang berlalu lalang hanya memperhatikan saja tanpa mencegah perjalanan Seina atau membully Miyuki terlebih murid di sini sudah tahu Miyuki budak dia.

Di asrama, Seina masuk ke lift disusul Miyuki. Hanya asrama guru dan asrama OSIS & BEM yang memiliki lift selebihnya hanya tangga saja, walau naik satu lantai tetap saja Seina malas naik tangga.

Seina masuk ke kamar 202 karena kamar yang angkanya ganjil khusus BEM, sedangkan angka genap khusus OSIS dan pintu asrama mereka juga saling berhadapan.

Setibanya di kamar, Seina melepaskan rantai yang berada di kalung Miyuki. Miyuki hanya diam dan menunggu perintah dia, dia yang melihat itu sejujurnya tidak mau melakukan ini tapi Miyuki sendiri yang membuat dia emosi.

"Buruan naked, katanya tubuhmu milikku. Jangan sampai Kakak yang paksa kamu naked," tegas Seina membuat Miyuki kaget.

Miyuki tidak bisa lari, dia sudah mengatakan kalau dia membayar dengan tubuhnya. Jadi, Seina meminta dia naked itu hal wajar terlebih tubuh dia milik Seina begitu juga dengan hidupnya.

Miyuki dengan malu melepaskan satu per satu pakaian yang dia gunakan hingga dia benar-benar naked di depan Seina, Seina yang melihat itu hanya diam saja.

Seina sangat menikmati pemandangan ini, apalagi tubuh Miyuki membuatnya ingin menerjangnya. Berbeda dengan Miyuki, Miyuki sungguh malu ditatap seperti itu sama dia.

Miyuki juga tidak bisa menutupi tubuh dia, karena tubuhnya milik Seina jadi yang berhak atas dirinya Seina bukan dia lagi. Kalau Seina menyuruh dia tutupi barulah dia menutupi diri walau saat ini dia hanya bisa menahan malu.

"Istirahat di kasur dan siapkan dirimu nanti malam, ingat tidur telentang jangan tutup pakai selimut atau kamu terima hukuman," tegas Seina sekaligus menyuruh, Miyuki mengangguk.

Miyuki langsung ke kasur tanpa Seina suruh dua kali, dia takut Seina malah menghukum dia kalau dia tidak mau mendengar perintah Seina.

Di kasur, dia beneran tidur telentang dengan menyingkirkan selimut lebih dulu supaya Seina bisa melihat tubuh indahnya tanpa ditutupi.

Sedangkan dia harus berusaha tidur tanpa memikirkan rasa malu, karena dia yakin kalau Seina saat ini masih menatap tubuhnya.

TBC...

22. Night Academy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang