Part 17

387 20 0
                                        

Satu minggu telah berlalu, selama itu juga Akio hampir gila gara-gara berdiam diri di ruangan BEM. Jun dan Akio hanya menertawakan saja tanpa berniat membantu, memang sahabat laknat ya begitu.

Akio bersyukur dia belum menjadi gila, dia berharap Seina dan Reina balik hari ini karena dia sudah tidak sanggup lagi. Dia akan sangat bersyukur jika mereka kembali, setidaknya dia bisa kembali berkeliling lagi.

Hari ini Akio patut bersenang karena Seina dan Reina sudah kembali, Jun yang melihat mereka di ruangan sangat senang tapi kesenangan itu tidak berlangsung lama karena Seina menyuruh dia memanggil inti BEM untuk berkumpul dalam waktu 10 menit.

Jun menghela nafas, dia segera menelepon Akio dan Ren untuk memberitahu mereka, biarlah mereka berlari apalagi jarak kampus ke sekolah cukup jauh, hitung-hitung olahraga.

Sedangkan Naomi yang sedari tadi di ruangan bersama Jun menjadi bingung, karena mereka secara tidak langsung menyuruh inti OSIS dan BEM berkumpul.

Sementara Akio dan Ren yang mendapat telepon dadakan dari Jun tentu saja mereka panik, mereka hanya diberi waktu 10 menit. Jalan kaki dari kampus ke sekolah saja butuh waktu 20 menit, 10 menit ke sana membuat mereka mau tidak mau harus berlari.

Dengan kesal, mereka berlari dari kampus ke sekolah. Tidak peduli orang-orang melihat mereka, mereka akan sangat kesal jika Seina tidak mengatakan hal penting saat mereka sampai di ruang OSIS.

Setibanya di ruang OSIS, mereka tepat waktu. Reina melemparkan botol minum ke arah mereka, mereka dengan sigap mengambil dan meminum sampai habis.

"Ada apa Sei?" tanya Ren ke Seina.

"Sebelumnya maaf aku menyuruh Kakak ke sini buru-buru, makasih sudah menggantikan kami selama seminggu dan maaf kami menyusahkan kalian," kata Seina.

"Sebagai gantinya, kami ingin inti OSIS dan BEM mendapat liburan besok. Gimana kalau liburan itu kita pakai untuk acara reuni?" tanya Reina diangguki mereka.

Siapa yang menolak kalau mereka dikasih liburan dan dapat jatah reuni, itu hadiah paling menarik bagi mereka. Sehari liburan sama saja sehari tidak bekerja mengawasi murid-murid, selain itu mereka bisa melakukan seks dengan budak masing-masing saat acara reuni.

Setelah mengatakan hal itu mereka sepakat akan reuni di lantai 5 asrama mereka, selama sehari OSIS maupun BEM tidak diperbolehkan ke sana. Apalagi tempat yang luas dan tertutup bisa membuat mereka asik melakukan reuni tanpa takut diganggu.

Sehabis itu BEM kembali ke kampus karena Seina dan Reina telah kembali, lalu Seina menatap Naomi menanyakan apa saja yang terjadi selama mereka tidak ada.

Naomi menjelaskan semua tanpa dia lewati sedikitpun, karena mereka tahu. Mereka mengangguk saja, mereka bersyukur selama mereka tidak di sekolah, tidak ada masalah apa pun.

"Nao, kamu ke asrama ajak Miyuki keliling dulu. Ada hal penting yang harus Kakak bicarakan dengan Rei di sini," tegas Seina diangguki Naomi.

Naomi pamit meninggalkan mereka berdua, sebenarnya hal penting yang Seina maksud itu bukanlah hal yang benar-benar penting.

"Jadi mau ngapain Sei?" tanya Reina sambil dia duduk.

"Mikirin acara reuni nanti, kamu mau kita ngapain?" tanya Seina balik.

"Gimana kalau kita adain barbeque di lapangan? Bahannya bisa suruh anak buah Papa, hitung-hitung hadiah buat mereka," usul Reina diangguki Seina.

"Boleh juga tuh, kamu kembali ke asrama dan telepon anak buah Papa untuk keperluan besok. Urusan OSIS biar aku saja, aku juga tahu kamu sudah kangen sama Haruna," balas Seina dibalas kekehan.

Reina tidak menyangkal kalau kata Seina memang benar, dia berterima kasih lalu dia kembali ke asrama menyusul Naomi yang sudah ke asrama lebih dulu.

Dia menyusul Naomi dengan berlari, supaya dia dan Naomi bisa sampai di asrama barengan. Sedangkan Seina, dia hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Adik kembarnya itu.

Setidaknya dia ikut bahagia melihat Reina bahagia, dia tidak peduli kalau dirinya lelah saat ini masih banyak urusan OSIS yang harus dia pantau.

Setibanya di asrama, Reina membuka pintu lebih dulu lalu masuk disusul Naomi dari belakang. Haruna dan Miyuki kaget melihat Reina sudah kembali, setelah itu Reina menyuruh Miyuki untuk pergi bersama Naomi.

Miyuki mengangguk saja, dia paham kalau Reina ingin berduaan dengan Haruna apalagi mereka tidak bertemu selama seminggu.

Saat ini Naomi dan Miyuki berjalan-jalan tanpa tujuan, kalau Naomi sudah jelas dia akan berkeliling saja kecuali ada yang membutuhkan bantuan darinya barulah dia stay di tempat.

Sedangkan Miyuki, dia diam mengikuti Naomi. Dia tidak tahu harus ngapain selain mengikuti saja, lagipula dia hanya disuruh ikut Naomi jadi dia tidak salah dong kalau dia hanya diam.

Sejujurnya Naomi tidak suka keheningan jika berjalan berdua, jika anggota OSIS jalan bersamanya pasti ada hal yang dibicarakan bukan diam-diaman seperti ini.

"Kamu mau main?" tanya Naomi membuka suara.

"Tidak, Ketua tidak mengizinkan," tolak Miyuki.

"Kamu main dulu, urusan Ketua itu urusanku," kata Naomi lalu dia menarik Miyuki ke tempat judi tanpa menunggu jawaban Miyuki.

Di tempat judi, Naomi melihat Hana menjadi dealer jadi dia menghampirinya. Setibanya di sana, dia membisikkan sesuatu ke Hana membuat Hana mengangguk.

Kebetulan ada seseorang yang ingin menantang OSIS, jadi tidak ada salahnya jika Miyuki yang turun tangan apalagi Seina selalu melakukan itu.

Lawan dan Miyuki setuju, Hana memberitahu kalau judi kali ini capsa susun. Sebelum mulai sudah pasti Hana menjelaskan peraturan mainnya, setelah menjelaskan barulah Hana menyuruh mereka melakukan bet.

Awal bet 50 juta, Miyuki mana mau bet sekecil itu jadi dia terus memainkan lawannya jadi lawannya mengikuti taruhan karena tidak mau diremahkan.

Naomi dan Hana hanya geleng-geleng kepala, mereka sudah terbiasa melihat Miyuki memancing emosi lawan.

Pertanyaan di benak mereka, kenapa lawan selalu terpancing emosi saat taruhan dengan Miyuki?

Apa lawan malu direndahkan oleh Miyuki yang notabenenya seorang budak?

Saat ini bet sudah mencapai 200 juta dan Miyuki tetap mempermainkan lawan, seolah taruhan segitu belum cukup.

Padahal uang yang Miyuki gunakan dalam judi ini pakai uang Naomi, Naomi tidak masalah dengan taruhan sebesar itu hanya saja jika Miyuki kalah maka Seina akan marah besar.

Itu hal yang Naomi takutkan, namun dia percaya Miyuki akan menang setelah dia mengingat kembali apa yang Seina katakan.

Kalau kemampuan judi Miyuki lebih tinggi dari Hana dan di bawah dia, kalau dia yang melawan Miyuki barulah Miyuki yang kalah kecuali Miyuki beruntung.

"Apa kamu miskin? Masa taruhannya cuma 200 juta," ejek Miyuki.

TBC...

22. Night Academy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang