Part 10

467 18 0
                                    

Miyuki lebih memilih melayani Seina daripada dia harus melayani inti BEM yang membuat dia merasa lebih lelah dan bisa-bisa dia pingsan saat melayani mereka, dia tidak mau hal itu terjadi.

Setelah Miyuki menghabiskan pisangnya, Seina mengelap vagina Miyuki hingga bersih lalu menurunkan Miyuki dari meja.

Hari ini dia sangat malas ngapa-ngapain jadi dia menyuruh Miyuki untuk beres-beres kamarnya sedangkan dia memilih ke kamar sambil membaca novel.

Miyuki tidak menolak, dia membersihkan kamar Seina dan dia bersyukur sebelum Seina ke kamar, dia diizinkan memakai handuk kimononya kembali.

Jadi dia memakai handuk kimononya dulu barulah dia membersihkan kamar Seina, tanpa mengeluh sedikitpun.

Begitulah aktivitas Miyuki dan Seina, setiap malam Miyuki akan melayani dia, setiap siang Miyuki harus membersihkan kamar dia, sedangkan setiap jam makan tentu saja Miyuki yang membuat makanan.

Dia akan meminta Miyuki melayaninya kapan saja jika dia menginginkan seks, setidaknya selama seminggu dia menikmati tubuh Miyuki bahkan sesekali dalam sehari Miyuki harus melayani dia berkali-kali.

Intinya kapan pun dia mau, Miyuki harus siap, dia tidak peduli Miyuki lelah atau segala macam, terpenting kebutuhan dia terpenuhi.

Seminggu telah berlalu, saat ini Seina dan Miyuki sudah kembali ke sekolah. Di sekolah, Miyuki tetap berpakaian normal berbeda jika dia berada di kamar Seina, dia harus dan tidak naked.

Hari ini juga entah kesialan atau keberuntungan, saat mereka datang langsung ada 2 tantangan sekaligus.

Tentu saja judi akan Seina serahkan ke Miyuki karena dia tahu bagaimana keahlian Miyuki, kecuali lawanmya di atas Miyuki barulah dia turun tangan.

Sejujurnya Miyuki kaget saat tahu judi dia hari ini mengandalkan keberuntungan, ingin memohon ke Seina juga percuma karena dia tahu Seina tidak akan membiarkan dia lari.

Mau tidak mau, dia harus menang supaya dia terhindar dari hukuman. Jadi judi dia hari ini yang pertama menggunakan dadu dan kedua menggunakan macaron pedas.

Sungguh dia sedikit kesal, kenapa yang menantang judi malah menggunakan makanan dan disuruh menebak 1 macaron pedas dari 3 macaron yang ada. Untung saja, dia kuat makan pedas kalau tidak bahaya bagi perutnya.

Untuk judi yang pertama, dealernya Hana. Judi kali ini menggunakan satu dadu, siapa pun berhak menentukan mau lanjut atau stop hanya saja mereka tidak boleh mendapatkan angka 6 atau hasil yang mereka kumpulkan sia-sia.

Walau begitu, mereka masih diizinkan untuk bermain sesuka hati jika semisalnya mereka mengeluarkan angka enam. Jadi Miyuki harus bisa membaca ekspresi lawannya, untungnya dia pernah diajarkan Papa Seina dan Reina.

Masalah ekspresi dia tidak akan bermasalah, di sini Seina hanya melihat tanpa ikut campur bermain. Bahkan di saat dia tahu dadu Miyuki dan lawan tetap saja dia diam, dia ingin tahu seberapa kuat Miyuki melihat ekspresi orang lain.

Saat bermain, Miyuki memasang ekspresi biasa membuat lawan bingung hingga di putaran ke lima tiba-tiba Miyuki menghentikan permainan karena dia sudah melihat ekspresi lawannya yang berbeda.

Hana tersenyum, dia tidak menyangka seorang budak bisa berjudi dengan baik. Dia mengumumkan kalau Miyuki pemenangnya, hal ini membuat Miyuki senang walau dia harus menahan kegirangan dia.

Urusan taruhan, itu urusan Hana karena Seina mempercayakan hal itu ke Hana. Setelah itu Seina menarik pelan rantai yang terhubung ke kalung Miyuki dan mengajak Miyuki ke tempat judi berikutnya.

Untuk judi kedua, Naomi yang menjadi dealernya. Di meja judi sudah ada 3 piring yang berisi macaron dan salah satunya macaron pedas, baik Miyuki maupun lawan harus menghabiskan semua macaron yang ada tanpa tersisa.

Permainan dimulai, mereka makan macaron satu per satu sambil menatap ekspresi lawan. Seina yang melihat itu tentu saja dia tahu, mana macaron pedas di keduanya karena dia pandai membaca ekspresi walau lawan hanya berekspresi biasa saja.

Seina menebak macaron pedas milik Miyuki ada di tempat nomor 2 sedangkan lawan di tempat nomor 1, dan benar saja kalau Miyuki menebak nomor 1 sedangkan lawan malah memilih nomor 3 yang artinya pihak lawan kalah.

Setelah Miyuki memenangkan judi dua kali, Seina menyuruh Naomi mengurus semuanya lalu dia menuju ruang OSIS dan Miyuki tentu saja mengikuti dia dari belakang.

Jika bertanya di mana budak Naomi sedangkan Naomi hanya sendiri? Karena budak tidak selalu harus dibawa tuannya ke sekolah atau ke mana pun, jika tuannya tidak mau mengajak maka budak tinggal di asrama.

Terlebih sekolah membebaskan hal itu, jadi sah sah saja kalau budak tidak dibawa ke mana-mana dan budak harus patuh di asrama atau budak akan dihukum jika berkeliaran.

Di ruang OSIS tentu saja sepi, OSIS santai saja tanpa takut murid lain masuk. Alasannya? Ada beberapa penjaga yang berjaga di depan ruang OSIS 24 jam, hal ini kepala sekolah lakukan untuk keamanan OSIS.

Seina tidak peduli kalau ruang OSIS sepi, dia sudah biasa. Apalagi Reina tidak suka diam di sebuah ruangan, dia lebih suka berjalan-jalan walau tidak berjudi.

Berbeda dengan Seina yang lebih memilih diam di ruangan daripada membuang waktu jalan-jalan tanpa arah.

"Apa kamu sudah puas berjudi?" tanya Seina menatap Miyuki.

Miyuki hanya diam saja, dia tidak tahu harus menjawab apa. Seina yang tahu dia kebingungan, dia tidak marah karena salah dia juga yang bertanya seperti itu secara tiba-tiba, akhirnya dia membuka suara lagi.

"Kakak butuh jawaban jujur," kata Seina.

"Belum, Kak," balas Miyuki jujur.

Seina mengambil satu koper dalam brangkasnya, jadi dalam brankas ini 1 koper berisi 100 juta dan dia memiliki lebih dari 10 koper. Tentu saja keluarga dia dan Reina sangat kaya, terlebih mereka ahli berjudi.

"Ini ada 100 juta, berjudilah selama 2 jam dan kembali lagi ke sini dengan hasil yang memuaskan," jelas Seina sambil memberikan koper dan melepaskan rantainya.

"Kakak tidak takut aku kabur?" tanya Miyuki bingung.

"Tidak, menemukan kamu yang kabur hal mudah buat Kakak tapi kamu akan mendapatkan hukuman berat jika kamu kabur," balas Seina santai.

Miyuki takut walau hanya mendengarnya saja, dia tidak bisa membayangkan hukuman berat dari Seina.

"Pergilah, Kakak tunggu kamu di sini," suruh Seina.

"Kalung ini boleh dilepas?" tanya Miyuki sambil menunjuk kalung di lehernya.

"Tetap di lehermu," tegas Seina tanpa menerima penolakan.

"Baiklah, aku permisi," balas Miyuki lalu dia mengambil koper dan pergi.

Baru saja Miyuki membuka pintu, Naomi tiba-tiba masuk lalu dia pergi meninggalkan Naomi yang menatap kepergian dia dan Naomi masuk ke dalam setelah dia sudah menjauh.

TBC...

22. Night Academy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang