Part 15

380 21 0
                                    

Bukannya Reina tidak tahu apa yang terjadi, kalau dia tidak tahu ngapain dia buru-buru ke ruang OSIS untuk memastikan Seina baik-baik saja dan bisa mengontrol emosinya.

"Aku tidak janji, Rei," balas Seina dengan nada biasa.

Reina diam saja, dia tidak pergi meninggalkan Seina yang emosi jadi dia duduk di kursinya dan mencegah jika sewaktu-waktu Seina terlalu emosi.

Seina tidak mempermasalahkan Reina di sini, dia malah bersyukur memiliki saudara kembar yang perhatiannya kelewat batas. Setidaknya, dia sudah keterlaluan bisa Reina cegah.

"Katakan kenapa kamu bermain tidak baik tadi? Apa yang kamu pikirkan? Kamu tidak mau 'kan Kakak melakukan kekerasan dulu baru kamu jawab," tanya Seina bertubi-tubi hanya dibalas gelengan.

Bukankah Miyuki seolah mencari kematiannya sendiri, bahkan Reina saja geleng-geleng kepala melihatnya. Bagaimana bisa Miyuki hanya menjawab dengan gelengan, di saat Seina menahan emosinya yang sebentar lagi memuncak.

"Jadi katakan!" tegas Seina dengan nada tinggi.

"Tenang, Sei. Redakan dulu emosimu," kata Reina diangguki Seina.

Seina menghembuskan nafas lalu membuangnya perlahan, dia mencoba mengatur emosinya yang sudah memuncak lalu menatap Miyuki.

Miyuki masih menunduk tapi percayalah air matanya sudah mengalir, dia sangat ketakutan. Dia jarang melihat Seina marah, jika dia melihat maka dia membuat kesalahan fatal.

Dia mengeluarkan ponselnya dengan tangan bergetar, lalu dia memberikan ke Seina. Seina mengambil ponsel itu, lalu dia membaca.

Dia sangat geram dengan isi pesan tersebut lalu dia membanting ponsel Miyuki hingga hancur berkeping-keping, keadaan menjadi hening.

Jujur dia sangat menyesal membiarkan Miyuki mengambil ponselnya, lebih baik dia menyimpan ponsel milik Miyuki selamanya.

"Kali ini Kakak serius akan membunuh mereka," kata Seina tidak bisa dibantah.

"A-aku mo-hon jan-gan bu-nuh me-re-ka Kak," balas Miyuki terbata-bata.

Miyuki berlutut memegang kaki Seina, seburuk apa pun orang tua dia tetap saja dia tidak bisa kehilangan mereka walau dia sendiri yang menjadi jaminan.

Jujur dia lelah, dia tidak mau dilahirkan jika dia hanya dijadikan jaminan untuk pinjaman yang dia sendiri tidak memakainya.

"Rei, kamu seret dia ke ruang hukuman, jangan beri makan sebelum aku suruh. Aku pergi, suruh Naomi menjaga dia dengan benar," perintah Seina hanya diangguki Reina.

Reina tidak peduli jika Seina menyuruhnya, jarang-jarang dia disuruh Seina kecuali hal penting dan mendesak.

Terlebih dia tahu kalau Seina benar-benar serius akan membunuh orang tua Miyuki, dia juga tidak peduli mereka mau mati atau hidup.

Di kamus dia, kebahagiaan keluarga nomor 1. Jika Seina membunuh bisa membuatnya senang, dia diam saja.

Toh Seina tidak akan membunuh orang tanpa alasan yang kuat, jadi dia santai saja apalagi Hoshi tidak akan tinggal diam.

Hoshi selalu melindungi anak-anaknya, jadi apa pun yang anak-anaknya lakukan pasti dia dukung karena anak-anaknya selalu bisa memberikan alasan yang diterimanya.

Seina langsung keluar, tiba-tiba Miyuki mengejarnya. Sayangnya hal itu digagalkan Reina, Reina dengan sigap menarik tangan dia dan menahannya apalagi tenaga Reina lebih besar daripada tenaganya.

"Aku mohon lepas Kak hiks," mohon Miyuki ke Reina hanya dibalas gelengan.

Tiba-tiba pintu ruangan OSIS diketuk dan masuklah Naomi dan Hana yang pasti ingin melapor hasil judi Naomi tadi, Reina yang melihat mereka berdua masuk tentu saja senang.

"Kebetulan kalian di sini, bantu Kakak bawa dia ke ruang hukuman," kata Reina diangguki mereka.

Naomi dan Hana memegang tangan Miyuki, lalu mereka pergi ke ruang hukuman dengan Reina yang memimpin jalan.

Jadi ruang hukuman itu semacam sel, lalu mereka masuk ke sel itu dan Reina memborgol salah satu kaki Miyuki dan melepaskan rantai yang ada di kalung Miyuki.

Jadi borgol di kaki Miyuki itu sangat kuat dan rantai yang terhubung dengan borgol tertanam di tembok, untuk menarik atau memutuskan borgol itu sangat susah.

"Kalian jaga dia dan kasih dia makan kalau Seina yang suruh," kata Reina lalu pergi tanpa menunggu jawaban dari mereka.

Alasannya? Reina harus menyusul Seina, enak saja Seina membunuh sendiri, dia juga mau terlebih sudah lama mereka tidak membunuh orang.

Sedangkan Naomi dan Hana, mereka langsung melepaskan tangan Miyuki lalu mengunci pintu sel dan mereka menjaga di kursi mereka masing-masing.

Terlebih mereka tetap bisa memantau Miyuki dari tempat mereka berada daripada mereka berdiri tanpa tahu kapan Seina dan Reina kembali.

Sedangkan Miyuki, dia hanya pasrah. Mencoba kabur untuk menyelamatkan orang tuanya, dia tidak bisa. Akhirnya dia merebahkan dirinya di tikar yang ada di ruang hukuman ini, jujur dia sangat lelah.

Hari ini Naomi dan Hana tidak ke mana-mana, mereka tetap di ruang OSIS. Mereka keluar untuk membeli makan saja, selebihnya mereka menjaga Miyuki.

Jika ada yang menantang mereka, mereka akan menolak. Karena menjaga pesan Seina dan Reina lebih penting daripada judi, toh uang mereka masih banyak.

Waktu terus berlalu, baik Naomi dan Hana menjaga Miyuki sampai sore sebelum jam 5. Intinya malam ini Miyuki tidur di ruang hukuman yang berarti dia masih di sekolah, apalagi Seina dan Reina belum kembali ke asrama.

Naomi dan Hana mana berani membebaskan Miyuki tanpa seizin keduanya, yang ada mereka kena hukuman juga.

Terpenting Reina sudah memberitahu mereka, kalau Seina menyuruh mereka untuk memberikan makan Miyuki sebelum mereka kembali ke asrama.

Dengan begitu, Miyuki tidak akan kelaparan di ruang hukuman. Dan mereka bisa kembali ke asrama dengan tenang, tanpa memikirkan Miyuki yang kelaparan.

Keesokan harinya, belum ada tanda-tanda Seina dan Reina ke sekolah, Naomi maupun Hana tidak tahu kapan mereka kembali. Pagi ini Naomi hanya mendapat pesan dari Reina, supaya Naomi memberikan makan Miyuki.

Sesuai pesan Reina, Naomi membawa makanan yang sudah budaknya masak untuk sarapan. Jadi, Naomi membawa bekal untuk Miyuki.

Tugas Naomi membawa makanan, saat di ruang OSIS Naomi menyuruh Hana memberikan makanan itu ke Miyuki dan memastikan kalau Miyuki memakan semua yang Naomi bawa.

Pukul 9 tiba-tiba pintu OSIS terbuka membuat Naomi kaget melihat Jun ke ruangan ini dengan budaknya.

"Ada apa Kak?" tanya Naomi ke Jun.

Berbeda dengan Naomi, Hana malah bingung kenapa Jun berada di sini padahal Jun seorang Ketua BEM dan jarang dia melihat Jun ke ruang OSIS.

"Si kembar izin seminggu, jadi Kakak ditugaskan mengawasi OSIS. Ketua dan Wakil kalian benar-benar menyusahkan ya," balas Jun kesal.

Bagaimana Jun tidak kesal, semalam dia asik-asikan melakukan seks dengan budaknya sampai pagi karena hari ini dia libur.

TBC...

22. Night Academy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang