Part 14

386 18 0
                                    

Di kamus kehidupan Miyuki saat ini, walau masa depan dia hilang setidaknya keluarga Aoi masih memperlakukan dia dengan baik. Jadi dia sangat-sangat menolak uang itu, walau Hoshi memaksa sekalipun.

"Terima saja, ubah statusmu di sini dari budak menjadi penjudi handal. Papa yakin Sei tidak keberatan," kata Hoshi berusaha membujuk Miyuki.

Miyuki tidak butuh uang, walau uang bisa mengubah status dia dari budak menjadi murid normal, tetap saja status budak abadi melekat dalam dirinya jadi menolak hal yang benar untuk dia lakukan saat ini.

"Tidak Pa, begini saja sudah cukup," tolak Miyuki.

"Baiklah, Papa hargai keputusan kamu. Kamu balik gih ke Seina, tanpa rantai begitu saja soalnya Papa harus ketemu Rei juga," kata Hoshi membuat Miyuki kaget.

"Papa tidak takut aku kabur?" tanya Miyuki.

"Tidak, menemukan kamu yang kabur sangat mudah," balas Hoshi santai.

Miyuki lupa kalau kekuasaan Hoshi sangat luas, jadi tidak salah kalau Seina dan Hoshi mengatakan hal itu karena faktanya mereka bisa membawa dia balik hari itu juga walau dia kabur.

Mereka keluar bersama-sama, Hoshi mengembalikan kunci cadangan milik Seina kw petugas setelah itu mereka berpencar. Miyuki ke ruang OSIS, sedangkan Hoshi mencari Reina.

Setibanya di ruang OSIS, Miyuki sudah mengetuk pintu dulu sebelumnya jadi dia aman saja kalau masuk. Di sini hanya ada Seina, Seina yang melihat kehadiran dia hanya diam saja.

Miyuki memberanikan diri untuk meminta ponselnya ke Seina, dia berharap Seina memberikan ponselnya. Dan Seina lagi berbaik hati, dia memberikan ponsel itu ke Miyuki.

Miyuki senang, dia segera mengambil dan dia meminta izin untuk menyendiri sebentar dan balik secepatnya. Seina menatap dia sebentar, membuat dia takut kalau Seina tidak mengizinkan dia.

Akhirnya, Seina mengizinkan lalu dia segera pergi setelah berterima kasih. Seina mengizinkan karena dia jarang meminta sesuatu padanya, jadi sesekali menyenangkan dia sebagai budaknya tidak ada salahnya.

Setelah Seina mengizinkan dia menyendiri dan memberikan ponsel miliknya, dia pergi ke tangga dekat gudang sekolah karena tempat itu jarang di datangi para murid.

Di sana, dia mengaktifkan ponsel miliknya. Dia mulai membaca pesan yang bermunculan karena dia sudah tidak memegang ponsel selama seminggu, artinya banyak pesan yang menumpuk.

Dia memilih membaca pesan yang penting, walau penting tetap saja isinya tidak sepenting yang dia bayangkan.

Dia menyesal membaca pesan itu, pesan yang isinya hanya peminjaman uang tanpa memikirkan keadaan dirinya.

Dia menyandarkan dirinya ke tembok dan perlahan dia jatuh ke lantai, dia tidak peduli seberapa kotor lantai yang dia duduki. Sekotor-kotornya lantai, lebih sakit hatinya.

Perlahan air matanya mengalir tanpa dia inginkan, dia menekuk kedua kakinya dan melipat kedua tangan lalu menenggelamkan wajahnya.

Dia membiarkan air matanya mengalir, jadi dia menangis dalam diam. Dia bukan menangis karena dia menjadi budak keluarga Aoi tapi dia menangisi kehidupannya yang menyedihkan ini.

Ditambah tidak ada kebahagiaan dalam hidupnya, masa lalu yang dia kenang hanya luka yang mendalam. Tidak pernah diperhatikan, disayang apalagi dilindungi sama keluarga sendiri.

Apakah dia salah dilahirkan ke dunia ini? Apa dia tidak berhak untuk bahagia? Apakah dia tidak bisa merasakan kebebasan sebentar saja?

Sakit hiks, batin Miyuki.

Cukup lama Miyuki menangis, akhirnya dia menghapus air matanya dan ke kamar mandi. Dia hanya izin sebentar sama Seina, dia tidak mau kalau Seina berpikir dia kabur.

Di kamar mandi, dia mencuci mukanya. Walau tetap saja matanya bengkak sehabis menangis, dia tidak peduli. Dia segera ke ruang OSIS menemui Seina, sebelum masuk tentu saja dia sudah mengetuk pintu dulu.

Di sana hanya ada Seina dan Hana, dia tidak tahu apa tujuan Hana di sini. Akhirnya dia tahu alasannya saat Seina meminta dia berjudi, jadi dia mau tidak mau harus mengikuti mereka.

Dia tidak menolak berjudi walau rasanya dia tidak ingin berjudi hari ini, hingga mereka tiba di tempat judi tentu saja lawan sudah menunggu.

Karena lawan lemah, maka judi kali ini memakai dadu jadi lawan mencoba keberuntungan. Pilihan ada dua, mereka tinggal pilih ganjil atau genap.

Jadi ada 2 dadu yang di kocok, jika jumlahnya genap yang pilih genap maka menang, sebaliknya jika jumlahnya ganjil maka yang memilih ganjil pemenangnya.

Judi kali ini dimainkan sampai 5 ronde, jika hasil seri maka ronde selanjutnya dimulai lagi sampai salah satu dinyatakan menang.

Saat judi dimulai, Seina selalu memperhatikan gerak gerik Miyuki. Dia tidak bodoh, sejak Miyuki balik, dia tahu ada sesuatu yang tidak beres dengan Miyuki.

Balik lagi, dia dengan mudah membaca raut wajah seseorang. Mau sedatar apa pun, dia bisa membacanya.

Makanya dia hanya diam saja, dia ingin Miyuki sendiri yang menolak berjudi jika Miyuki sendiri tidak dalam kondisi baik-baik saja.

Sayangnya Miyuki tetap menerima, alhasil membuat dia emosi. Dia hanya mau kejujuran saja, kalau dia tidak mau bermain bisa dia ambil alih.

"Tolak jika kamu tidak mau bermain!" bentak Seina di hadapan semua orang.

Cukup sudah kesabaran Seina habis, dia tidak mau melihat permainan kacau dari Miyuki dan lawan yang lemah itu membosankan baginya.

Mereka di sini sangat kaget melihat Seina membentak sekaligus menahan emosi, Miyuki hanya menunduk, dia tidak berani menatap Seina.

Miyuki tahu dia salah, tapi dia hanya budak mana mungkin dia berani menolak keinginan Seina untuk bermain. Dia juga tidak tahu, kalau Seina memperhatikan cara bermain dia yang kacau.

"Han, panggil Naomi suruh dia gantikan Yuki bermain," tegas Seina diangguki Hana dengan cepat.

Siapa juga yang mau membuat Seina dari emosi bertambah emosi? Tidak ada, jadi Hana buru-buru memanggil Naomi melalui telepon karena dia seorang dealer dan dia tidak boleh meninggalkan tempat.

Setelah Hana menelepon, Seina menarik rantainya dan pergi ke ruang OSIS. Miyuki mau tidak mau harus mengikuti Seina pergi, jika dia diam saja Seina akan bertambah marah dengannya.

Setibanya di ruang OSIS, Seina duduk menatap Miyuki yang berdiri di depannya. Sedangkan di ruang OSIS hanya ada mereka saja, ditambah OSIS lain kecuali Seina mana betah di ruangan saja.

"Katakan apa yang terjadi hingga kamu bermain seperti tadi?" tanya Seina dengan nada datar.

"A-aku, a-ku," balas Miyuki terbata-bata.

Tiba-tiba pintu ruang OSIS terbuka tanpa diketuk, Seina tidak peduli siapa yang masuk. Buat apa dia peduli atau kuatir karena Reina yang masuk, kalau orang lain sudah dia hajar detik itu juga masuk tanpa ketuk pintu.

"Sei, kontrol emosi kamu," kata Reina menatap Seina.

TBC...

22. Night Academy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang