Naip Rahardi
"Dek Laras, Dang Naip udahan dulu, yo. Sudah malam di siko. Besok nak kerjo."
Putri Larasati"Ya udah, Dang. Selamat istirahat. Kito sambung lagi esok."
Obrolan orang pacaran pun selesai. Naip menekan tulisan logout. Ia keluar dari akunnya, karena laptop ini sering dipinjam juga oleh Natz untuk obrolan daring. Biasanya suka iseng juga mengorek yang terbaru pada akun Facebooknya. Dengan kata lain, anak bau kencur itu belum terlalu pandai menghormati privasi orang lain. Setelah itu, Naip pun lanjut mematikan laptopnya. Rencananya mau langsung naik ke tempat tidur. Tapi ia merasakan ada alam yang memanggil, alias kebelet pipis. Ia segera keluar kamar.Pencahayaan di rumah ini sudah mulai meredup. Yang bertugas mematikan lampu hari itu adalah Natz dan Essy. Mereka menyisakan beberapa lampu tetap menyala, agar tidak benar-benar gelap. Di lantai dua juga begitu. Tersisa lampu neon kuning, tepat di tengah-tengah ruangan.
Naip melangkah cepat ke toilet. Langkah kaki membawanya hampir tiba di tempat buang hajat itu. Agak samar, dia dengar suara air seperti disiram-siramkan. Semakin mendekat, suara air itu terdengar semakin jelas. Naip mengira, itu salah satu temannya. "Siapa di dalem? Buruan, dong!" Suara menyiramnya itu seperti air yang dibuang-buang. Kali ini terdengar suara deheman. Suara laki-laki. "Tian, ya? Atau Andree? Atau Natz?"
Suara lelaki itu menjawab dengan datar, "Gue Natz."
Naip pun berseru. "Ya elah! Buruan, Natz! Kebelet, nih!"
Natz menyahut dari dalam. "Pake yang di lantai bawah, dong!"
"Haduh," keluh Naip. Tetapi dirinya sudah tidak tahan lagi. Mau tidak mau, ia pun buru-buru pergi ke lantai bawah.
Memang ada dua kamar mandi. Tapi Naip baru ingat, hanya satu yang dapat dipakai. Karena yang lain belum dibersihkan. Kok ada suara air juga, ya? Jelas sekali seperti disiram-siramkan. Mirip dengan toilet di lantai atas.
Naip mengeluh lagi. "Siapa lagi sih, di dalem?" Tidak ada jawaban. Tidak ada suara orang. Tetapi air yang terdengar seperti disiram-siramkan itu sangat jelas. Naip sudah tidak tahan lagi. Ia terpaksa menerobos masuk ke dalam toilet. "Sorry ye, gue gak bisa nahan lagi, nih!" Dan... tadaaa!! Tidak ada siapapun di dalam kamar mandi. Selama sesaat, Naip sempat terbengong. Loh! Loh! Airnya juga tenang-tenang saja. Lantai juga kering. Tidak ada kegiatan seperti habis siram-siram. Ah, bodo amat! Naip pun segera buang air.
*
Keesokan paginya.
Gank Sunset sudah bangun semua. Tampak para gadis sibuk di dapur. Membuat sarapan untuk bersama. Andree sudah rapi dengan seragam PNS-nya, berupa batik berwarna hijau. Naip juga rapi berkemeja.
Tian yang tidak jauh beda rapinya, dengan mengenakan setelan jas berkata, "Ngomong-ngomong, kita belum laporan ama RT setempat, ya?"
Andree menjawab, sembari menjelaskan dengan singkat,"Belum." Lalu melanjutkan, "Ntar bar megawe, biar gue yang urus nang kono. Kalian siap no ae E-KTP." Ia bicara dengan bahasa campur-campur antara Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia gaul.
"Untung aja kita punya temen yang kerja di dinas kependudukan," ujar Naip. "Segala urusan jadi terasa mudah."
"Jangan untung doang!" seru Andree. "Ntar abis dari gawe, beliin gue kacang rebus, yaa." Ia memang doyan kacang rebus. Tetapi ini tidak akan disebut menerima gratifikasi.
Naip pun berkata, "Ntar gue beliin."
Andree makin ngelunjak. "Bang Naip doang yang beliin?" Matanya melirik Tian.
Sahabat sebayanya itu pun merasa sedang dipajak gratifikasi. "Dasar lo! Ntar gue beliin yang banyak. Awas kalo gak lo abisin!"
Kemudian datang Natz. Ia masih mengenakan kaos yang dipakai tidur semalam. Dan keliatan banget dia baru bangun tidur. "Sarapaaann...!"
"Buset dah, Natz!!" Tian melihat Natz mencomot sepotong roti, padahal dirinya belum juga cuci muka dan menggosok gigi.
"Lo gak kerja, Natz?" tanya Naip.
"Kerja, lah," jawab Natz. "Tapi hari ini gue shift sore."
Melihat Natz, membuat Naip ingat kejadian semalam, yang ia sebut 'ilusi kamar mandi'. Dasar orang lebay sih, emang. "Eh, ini antara kita para cowok aja ya. Jangan sampe temen-temen cewek pada tahu."
"Mau... ngajakin nonton bokep, ya?" celetuk Natz.
"Ya elah bocah!" tegur Tian. "Bokep aje yang dipikir!"
Natz malah cengengesan.
Lalu Naip bicara dengan suara pelan. Maksimal bisa didengar ketiga sahabatnya ini. Maka, si tetua menceritakan ilusi kamar mandi tersebut.
Ketika Natz berkata, "Semalem aing gak pergi ke toilet, tuh."
Naip ternganga. "Tapi tadi malem yang gue denger itu suara lo, kok."
Tian dan Andree memaksa Natz mengingat-ingat.
Natz tetap bersikuku. "Sumpah, deh! Aing gak ke toilet sama sekali."
Mendadak, Naip merasa merinding. Obrolan mereka terhenti saat para gadis mendekat sambil bawa makanan.
"Lagi ngomongin apa, sih?" tanya Rea.
"Biasa. Urusan laki-laki," jawab Tian sok misterius.
"Ada nobar bokep terbaru, ya?" sahut Essy.
"Halah!" Andree menegur. "Nih cewek satu juga, yang dibahasnya bokep. Serasi amat ama Natz."
Essy membela diri. "Ya kali aja gitu."
Merlyn menyudahi obrolan ngalur-ngidul mereka. "Duh, udahan bahas bokepnya. Sarapan dulu."
Kemudian, gawai Rea bunyi. Ada pesan masuk. "Oh, ya ampun." Ia pun mengatakan pada teman-temannya. "Ardan gak bisa jemput gue hari ini."
Tawaran Andree semalam masih berlaku. Ia berkata, "Kalo gitu bareng gue aja, Re. Oke?"
Meski setengah enggan, Rea menjawabnya, "Ya mau gimana lagi? Ya udahlah."
*
Pagi itu, hanya Merlyn, Essy, dan Natz yang tinggal di rumah.
Merlyn berkata, "Gue belum periksa bagian belakang rumah ini, loh. Gue lihat dulu ke sana, deh."
Sedangkan Essy menyebutkan tugas yang sudah direncanakannya sejak semalam. "Gue mau bersihin toilet lantai satu yang ada di deket dapur. Lumayan 'kan, kita punya tiga kamar mandi di rumah ini."
Sambil menguap, Natz berkata, "Gue mau balik tidur lagi, ah..."
"Eehh! Enak aja!" hardik Merlyn. "Lo beresin ruang tamu ama ruang tengah. Jangan balik tidur lagi!"
"Iye iye." Natz pun setengah enggan melaksanakan tugasnya. Masih ngantuk sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR KUNTILANAK
HorrorRea tahu, ada yang tidak beres di rumah kontrakan baru ini. Bukan yang tampak di mata, namun yang ada di sekeliling dia dan teman-temannya. Satu per satu teman sekontrakan mendapatkan teror menyeramkan dari hantu wanita. Hingga mereka menemukan sebu...