Di rumah..
Air kolam berhasil dikuras habis. Dan, apa yang dilihat Merlyn, Essy, dan Natz? Sebuah bangkai mobil yang telah hancur, berkarat ada di dasar kolamnya. Entah sudah berapa lama. Uhh..."Kok bisa ada mobil di dasar kolam renang ini? Masuknya lewat mana?" Merlyn bertanya-tanya.
Mereka tidak melihat adanya pintu belakang di rumah ini. Kemudian, terdengar suara bel rumah berdentang.
"Gue liat dulu siapa yang dateng," kata Essy seraya segera berjalan menuju pintu depan.
Di kampus, usai jam mata kuliah terakhir, ia berniat akan pulang. Ardan sudah menunggunya di depan kelas.
Rea berkata kepada sang pacar, "Hari ini aku langsung pulang aja ya, Say?"
"Gak mau makan siang dulu? Atau ke mana dulu?" Ardan menawari, sekaligus mengingatkan.
"Engga," jawab Rea. "Aku makan siang di rumah aja. Temen-temen pasti udah pada masak. Sayang kalo gak dimakan."
"Ya udah yuk. Kita langsung pulang aja. Aku anterin." Ardan hendak menggandeng tangan Rea.
Namun Rea lebih dulu menghentikannya dengan pertanyaan, "Emang, mobil kamu udah bisa?"
"Bisa," jawab Ardan. "Tadi pagi diperbaiki. Ternyata akinya yang soak. Tapi udah gak papa."
"Ya udah, yuk." Rea pun menerima gandengan tangan Ardan. Mereka berdua berjalan bersama menuju tempat parkir kampus.
Saat hendak masuk ke mobil, tiba-tiba Rea merasakan embusan aneh di tengkuknya. Begitu dingin dan membuat merinding. Padahal, cuaca hari itu cukup panas. Apalagi mataharinya berada tepat di tengah-tengah langit. Serasa tepat di atas kepala. Jadi, angin apa itu?
Ardan sudah di dalam mobil, melihat Rea tidak segera masuk. Ia pun berseru, "Say, ayo! Malah bengong."
Rea gelagapan karena terkejut. "Oh iya, ayo!"
Seorang laki-laki paruh baya berdiri di depan pintu rumah. Sebagai orang baru di kompleks sini, tentu saja Essy tidak kenal. "Cari siapa, Pak?"
Pria itu memperkenalkan dirinya. "Saya Tumari. Saya tetangganya Mak Lehah."
Essy tahu, Mak Lehah adalah pemilik rumah kontrakan ini. "Oh, tetangganya Mak Lehah? Ada yang bisa saya bantu?"
Tumari pun menjelaskan kedatangannya. "Saya ingin mengabari penghuni rumah ini, kalau pagi tadi Mak Lehah ditemukan meninggal dunia di rumahnya."
Essy pun terkejut bukan kepalang. "Apa?! Meninggal dunia?" Ia segera memanggil Merlyn dan Natz.
Sorenya, Genk Sunset sama-sama pergi melayat ke rumah Mak Lehah yang letaknya agak jauh dari rumah kontrakan. Dari para warga komplek yang melayat, mereka pun tahu bahwa di Jakarta ini, Mak Lehah tinggal sendiri. Dan sudah ada tetangga yang mencoba mengabari cucu Mak Lehah.
"Padahal, Mak Lehah masih pengen kenal sama kita-kita," ujar Merlyn yang turut berduka.
Kemudian Pak Tumari menemui para muda itu. "Saat tadi ibu-ibu membersihkan kamar Mak Lehah, ada surat ini. Sepertinya ini ditujukan untuk kalian, karena ada nomor rumah kalian."
Naip menerima surat tersebut. Membacanya dengan seksama. Lalu menyampaikan isinya pada keenam sahabatnya.
Rea jadi salah satu yang tidak mengira. "Jadi Mak Lehah nitipin rumah itu sama kita?"
Tian pun terkesiap. "Kita juga dibebasin bayar kontrakan?"
Rasanya Andree hampir tidak percaya. "Kita boleh menempati rumah itu sampai kapan pun?"
Natz yang agak selenge'an juga bisa terkejut, tetapi jatuhnya malah terdengar konyol. "Mak Lehah baik, ya?"
"Apa yang bikin Mak Lehah sampai begitu percaya ama kita?" Merlyn diliputi rasa penasaran.
Essy mengangkat kedua bahunya. "Gak tahu deh, harus gimana. Gue bingung."
Usai pemakaman, ketujuh muda-mudi itu pulang ke kontrakan. Langkah mereka agak berat. Sesampainya di rumah, hari sudah beranjak maghrib. Setelah makan malam, mereka bertujuh duduk bersama di ruang makan.
"Terus terang, gue suka rumah ini, dan butuh," kata Andree mengawali diskusi. "Tapi kalo untuk tinggal lama, kayaknya engga, deh. Soalnya, kan kalian tahu sendiri. Kerjaan gue bergantung ama penempatan. Kalo mesti ninggalin Jakarta gimana?"
Essy sependapat. "Apalagi gue. Rumah orang tua gue 'kan deket. Cuma di Depok ini. Gue ikut kalian ngontrak, 'kan karena kampus gue di sekitar sini."
Naip yang dituakan dalam genk ini berusaha bijak menanggapinya. "Untuk sementara, kita memang harus tinggal di rumah ini. Kita bantu jaga dan merawat rumah ini. Sampai cucu Mak Lehah datang. Setuju?"
Mereka pun sepakat.
Lalu Andree berkata, "Malam ini juga, kita mesti ke rumah RT setempat. Menjelaskan kependudukan kita di wilayahnya. Apalagi kita bertujuh cowok-cewek bukan muhrim tinggal serumah. Itu perlu dijelasin super detail, supaya gak menimbulkan salah paham."
Tian setuju. "Pergi sekarang aja, biar gak kemalaman."
"Gue diajak, kan?" tanya Natz yang sekali lagi konyol.
"Ya iyalah, Natz," jawab Merlyn.
"Bentar, gue ambil hp dulu," kata Rea, kemudian ia berdiri dan pergi ke lantai dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR KUNTILANAK
HorrorRea tahu, ada yang tidak beres di rumah kontrakan baru ini. Bukan yang tampak di mata, namun yang ada di sekeliling dia dan teman-temannya. Satu per satu teman sekontrakan mendapatkan teror menyeramkan dari hantu wanita. Hingga mereka menemukan sebu...