Keesokan harinya, pas banget hari Minggu. Mereka bertujuh siap melakukan kerja bakti. Sejujurnya, mereka senang, karena dibebaskan biaya sewa rumah, juga kini punya kolam renang. Tapi juga diliputi misteri. Bagaimana bisa ada mobil di kolam renang? Kenapa Mak Lehah begitu percaya pada mereka? Semua itu butuh jawaban. Namun tidak tahu harus tanya ke siapa, setidaknya saat ini.
Tian, Naip, dan Andre turun ke kolam yang sudah surut airnya. Mereka bertiga sama-sama memeriksa mobil yang telah berkarat dan menjadi sandaran lumut. Binatang-binatang lainnya juga tampak. Dan mereka sungguh waspada, barangkali ada ular. Jika diperhatikan lebih detail, mobil ini berbentuk sedan. Warna aslinya memang sulit dikenali. Juga plat nomor mobilnya. Berkarat semua. Kaca mobilnya hancur. Mungkin, rusak sebelum tenggelam.
Tangan Naip dapat mencapai laci dashboard. Dibukanya laci itu. Awalnya macet, tapi dipaksa juga, akhirnya terbuka. Wuih.. isinya banyak air dan lumut. Juga sesuatu yang dibalut plastik.
Rupanya ada semacam dokumen yang dibungkus plastik kedap air. Hanya saja mungkin suhu air menciptakan kelembaban di dalam plastik, sehingga tumbuh semacam jamur kertas pada bagian luar dokumen."Apaan tuh, Bang?" tanya Andree. Ia menangkap apa yang didapat Naip.
"Kayak dokumen," jawab Naip. "Ntar aja kita buka. Yang penting, ini mobil kita angkat dulu."
"Gue teleponin tukang katrol atau tukang derek aja ya?" Sumpah, gue gak tahu gimana cara ngeluarin mobil ini dari kolam."
"Abis ini Ardan dateng," kata Rea. "Dia kan lebih paham soal mobil."
Tian setuju. Begitu juga Merlyn, Essy, Naip, dan Natz. Sedangkan Andree tidak mengutarakan apa-apa. Ia diam saja.
Sebelum kerja bakti tadi, Rea memang menelepon Ardan. Menceritakan yang terjadi sepanjang hari kemarin, juga penemuan mobil di kolam renang.Tidak lama setelah kerja bakti dimulai, kira-kira satu jaman, Ardan datang. "Wow.. Ini mobil bagus, loh!" celetuknya setelah turun ke kolam dan memeriksa mobil tersebut dengan lebih detail.
"Udah karatan begini, kok dibilang bagus." Andree menanggapinya dengan sinis.
"Memang bagus," kata Ardan, mempertahankan pendapatnya. "Kalo dia masih dalam kondisi normal," jelasnya kemudian. "Kan Jaguar."
"Hah?! Jaguar?" Naip juga paham kalau merek tersebut bagus.
"Tuh, logonya masih ada." Ardan menunjukkan logo di bagian depan mobil. Berkarat, tapi ukiran dan bentuknya masih bertahan. "Jadi mau dikeluarin, nih?"
"Ya iyalah. Kalo gak dikeluarin, gimana cara kami berenang?" Lagi-lagi Andree menanggapinya dengan sinis.
Ardan sih, memaklumi. Dari dulu, Andre tidak suka padanya. Entah kenapa.
Hanya Tian seorang yang menangkap gelagat aneh Andre. Tapi, ntar aja dibahasnya.
Ardan melucuti mobil itu. Melepas pintu-pintunya, membongkar badan mobil, sehingga mudah dipindahkan.
Naip mengusulkan, kerangka mobil disimpan di gudang saja. "Ntar, kalo cucu Mak Lehah dateng, kita kasih liat, deh."
Teman-temannya pun setuju.
Dalam dua jam, kolam renang kecil itu pun tampak lebih luas, karena bangkai mobil sudah dikeluarkan. Para cowok--termasuk Ardan, bahu-membahu membersihkan kolam renang. Menyikat dan menggosok dengan cairan khusus, menyiram, sampai bersih. Sampai keraknya juga berkurang. Natz bertugas menyalakan dan mematikan air. Sedangkan para gadis yang tadinya bebersih di bagian lain rumah, kini tengah sibuk membuat makan siang.
"Re.. Lo sama Ardan makin lengket aja kayaknya," goda Merlyn pada Rea.
"Ah, masa sih? Biasa aja, kok." Tampak Rea malu-malu menanggapinya. Wajahnya merona.
Essy pun sependapat dengan Merlyn. "Ardan tuh orangnya baik. Lo beruntung tuh, punya dia."
Rea hanya tersenyum.
Essy memanggil para cowok supaya rehat dari kesibukan mereka. "Makan siang udah ready, nih. Yuk, ngaso dulu."
"Akhirnya..." Tian lebih dulu naik dari kolam sedalam dua meter itu. Disusul Andre, Naip, lalu Ardan. Sedangkan Natz, ia lebih dulu mematikan air, baru menyusul teman-temannya.
Suasana makan siang yang ramai.
"Gue gak nyangka loh, para cewek ini makin pinter masaknya," goda Tian. "Padahal, dulu, kalo liat foto kalian di Friendster, trus cara kalian chatting di MIRC, gue pikir kalian tuh cewek-cewek manja."
Merlyn tidak terima dibilang begitu. "Manja? Enak aja. Gini-gini, gue udah bisa masak sejak SMA."
Essy pun seiya-sekata. "Gue juga suka bantuin Ibu di dapur."
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR KUNTILANAK
HorrorRea tahu, ada yang tidak beres di rumah kontrakan baru ini. Bukan yang tampak di mata, namun yang ada di sekeliling dia dan teman-temannya. Satu per satu teman sekontrakan mendapatkan teror menyeramkan dari hantu wanita. Hingga mereka menemukan sebu...