13. Boneka Itu Mengikuti

4 0 0
                                    

Sebelum benar-benar pergi, Pak Tumari berkata pada Essy, "Sebaiknya, kalian tunggu kedatangan Mas Norman, cucunya Mak Lehah. Kalau tidak salah, hari ini mestinya sudah sampai di Jakarta."

Essy meresapi betul informasi kecil dari mereka berdua ini.

Tidak lama kemudian, tampak Merlyn lewat dengan motornya.

Essy memanggil, "Lyn!!"

Merlyn menghentikan motornya. "Baru balik lo?" tanyanya.

"Gue udah dari sejam lalu di sini," kata Essy.

"Lah! Napa gak langsung balik?" tanya Merlyn lagi. "Ada jemuran baju di belakang. Kalo hujan gimana?"

"Ah, bodo amat ama jemuran!" pekik Essy. :Ya kali gitu, gue disuruh sendirian di rumah itu. Kagak! Kagak!"

"Pasti gara-gara boneka itu, kan?" tebak Merlyn.

Essy menganggukkan kepala.

"Udahlah. Yuk balik," ajak Merlyn. "Ada gue ini, kok." Padahal dirinya juga takut.

"Ayo." Essy juga mengambil motornya.

Bersamaan dengan itu, datang juga Rea bersama Ardan. Mereka beriringan menuju ke rumah kontrakan.


Akhirnya, listrik di kantor Naip menyala. Tahu apa? Tadinya Naip dan Alan mengobrol via video call. Ketika listrik menyala, Naip segera menyalakan kembali komputernya, dan konek ke internet. Niatnya melanjutkan obrolan bersama teman forumnya itu.

Video call-nya tersambung, tapi yang dilihat Naip adalah... Alan tergolek di kursinya. Kepalanya menggantung ke belakang. Terdapat luka menganga di lehernya. Dan ironisnya, di belakang Alan, berdiri seorang perempuan bergaun putih polos, dengan rambut hitam panjang menjuntai. Mirip dengan boneka semalam!! Astaga! Alan tewas! Naip buru-buru mengambil screenshot video itu.


Di kantor. Andree sedang melayani seorang ibu yang mau membuat KTP baru karena pindah domisili. Ibu yang cukup tua, dan berpakaian sederhana. Namanya Bu Nima.

"Masnya ganteng, ya," goda Bu Nima. "Pantesan, Mbak yang duduk di sofa itu ngeliatin terus."

Andree tersenyum mendengarnya. Ketika ia melirik perempuan yang dimaksud ibu ini, di sofa tidak ada siapa pun!! "Perempuan yang mana sih, Bu?" tanyanya.

Bu Nima menunjuk ke arah sofa di lobi ruang tunggu. "Itu... yang pakai baju putih polos, rambutnya panjang."

Duh, tidak ada siapa-siapa di sofa, tapi Bu Nima terus menceritakan gerak-geriknya. Lama-lama Andree bergidik sendiri.

"Siska, tolong gantiin bentar." Andree minta tolong pada rekannya. "Maaf ya, Bu, tiba-tiba mau ke toilet." Ia lebih memilih menghindari ibu aneh ini. Lantas ia membayangkan ciri-ciri perempuan yang disebutkan Bu Nima tadi.

Pakai baju putih polos, rambutnya panjang? Kok, Andree serasa familier dengan ciri-ciri itu? Kayak si boneka!!


Natz masih di warnet. Ia jaga shift kedua, durasinya dari jam delapan pagi sampai jam empat sore. Dan ia masih duduk di meja operator. Main gim daring. Ketika Char (sebutan untuk karakter yang dimainkan) sedang fight. Loh... musuhnya.,. kok perempuan pakai gaun putih dan rambut hitam menjuntai panjang. Mirip boneka itu!! Ia langsung keluar dari fight, rela kehilangan banyak sekali token.

"Buseett!! Itu tadi kok..??" Natz sangat ketakutan.


Sampai di rumah, Merlyn lebih dulu masuk. Diikuti Essy, lalu Rea dan Ardan.

"Kamu mau minuman dingin, gak?" Rea menawarkan.

"Iya, boleh," kata Ardan.

Rea segera pergi ke dapur.

Saat akan memasuki areal ruang tengah, Essy menengok ke arah sofa, tempat boneka tadi berada. Boneka itu masih duduk anteng seperti semula, tapi wajahnya ditutupi taplak meja.

Beberapa saat kemudian, Rea, Merlyn, Essy, juga Ardan sama-sama duduk di ruang tamu. Ketiga gadis itu tidak ingin Ardan pergi.

"Paling engga sampe para cowok pulang, deh," kata Essy.

Merlyn setuju. "Iya. Palingan, bentar lagi Andree dateng.."

"Duh, iya iya, Ladies, kata Ardan. "Gue gak ke mana-mana, kok."

Rea sendiri, sejak tadi memilih diam. Berkutat dengan pikirannya sendiri.

"Eh, tapi gue mesti ke toilet, nih," kata Ardan kemudian. "Bentar, ya.." Ia pun buru-buru pergi ke toilet yang ada di dekat ruang tengah.

Di antara empat cowok yang berkegiatan di luar, Andree memang yang paling cepat pulang. Sekitar jam dua lebih. Bayangan perempuan bergaun putih yang mirip boneka itu tidak mau hilang dari pikirannya. Lalu ia menelepon Naip. "Bang, di mana lo?"

"Masih di kantor, Ndree," jawab Naip.

Andree pun bertanya, "Pulang jam berapa?"

Naip kembali menjawab, "Kayak biasanya. Emang napa?"

"Rencananya mau nebeng pulang," ujar Andree.

"Lah, motor lo kenapa?" Ganti Naip yang bertanya.

"Gue gak bisa cerita sekarang," kata Andree.

"Mm... sorry, Ndre. Rencananya, pulang dari kantor, gue masih ada acara ama temen-temen. Mending lo tanya si Tian, deh." Begitu rupanya. Naip sebenarnya sedang bingung juga dengan kejadian hari ini. Ia memilih untuk tidak segera pulang dulu. Ia harus menjernihkan pikiran.

TEROR KUNTILANAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang