14. Rea Sampai Pingsan

4 0 0
                                    

Hari ini, Tian tidak punya kegiatan persidangan. Jadwalnya juga tidak terlalu padat. Ia pun menelepon Andree. Saat akan menekan nomornya, sahabatnya itu menelepon lebih dulu.

"Sibuk gak, Tian?" tanya Andree.

"Baru aja gue mau nelepon lo," kata Tian. "Mo ngajakin pulang bareng."

Andree merasa lega karena ada teman pulang bareng. "Astaga! Kita jodoh, nih."

Candaannya pun disambut cibiran oleh Tian. Setelah dibicarakan, mereka sepakat pulang bareng. Janjian di halte dekat kantor pengacara yang paling dekat arah ke rumah.


Tidak banyak pengguna warnet hari itu. Natz mengisi waktunya dengan chatting saja di MIRC. Aplikasi yang mempertemukan dirinya dengan sahabat-sahabatnya. Di aplikasi itu, dia menyapa beberapa nickname perempuan. Sesekali juga ngobrol di channel. Oh, ternyata Naip juga sedang online.

"Natz!" sapa Naip.

"Ada apa, Uda?" tanya Natz.

"Nih, liat.." Naip mengirimkan sebuah link gambar.

Natz mengklik link tersebut. Melihat gambar menyeramkan itu, tentu saja Natz kaget bercampur takut. "Si, siapa tuh, Da? Kok yang cewek mirip ama boneka yang di rumah?"

"Itu dia," kata Naip. "Makanya, gue juga gak tahu maksud ini semua."

Natz pun menceritakan yang dialaminya. "Tadi waktu main gim, gue juga ngeliat sesuatu yang aneh."

Mereka saling menceritakan yang terjadi.


Di rumah.

Ardan tidak juga kembali dari toilet. Rea segera menyusul. "Aku lagi B-A-B, nih. Bentar lagi, ya..."

Ketika Rea berbalik, hendak kembali ke ruang tamu, mendadak ia dikejutkan dengan sesuatu yang ia lihat. Boneka perempuan itu berdiri!! Kontan saja, Rea berteriak. Saking kagetnya, ia sampai jatuh pingsan.


Andre dan Tian saling bertemu, dan menceritakan apa yang dialami masing-masing.

"Kita mesti cari tahu, nih," kata Tian. "Gak bisa didiemin terus."

Andree pun punya saran, "Ya. Kita mesti ketemu dengan Pak RT setempat. Siapa tahu dia bisa bantu kita."

Mereka naik ke motor masing-masing. Berkendara beriringan, menuju rumah Pak RT.


Sebenarnya, saat di rumah kontrakan tadi, Norman memang tidak lama-lama. Walau sebenarnya ingin. Ia buru-buru pergi, bukan karena takut ketahuan oleh penghuni kontrakan ini, tetapi ia terkejut melihat sesosok perempuan bergaun putih, tiba-tiba sudah berdiri di ambang tangga menuju ke lantai atas. Raut wajahnya yang cantik, diliputi kemarahan. Kemunculannya membuat Norman mulai merasa takut. "Aish..." Ia menyebut nama wanita itu dengan perasaan pilu. Seperti tertimbun oleh aneka perasaan yang tidak terjelaskan. Norman buru-buru keluar dari rumah itu.


Rea dibaringkan di sofa ruang tamu. Merlyn menggosok-gosok hidung sahabatnya dengan minyak aroma terapi. Essy mengipasi wajah Rea dengan kertas kardus.

Setelah mendengar teriakan Rea, Ardan buru-buru menyelesaikan acara buang hajatnya. "Beb.. sadar, dong... Beb..."

Rea tidak mau bangun juga.

Merlyn pun menyarakan, "Bawa dia ke rumah sakit yuk, Dan.."

Ardan setuju. "Iya. Ayo." Sewaktu ia baru menggendong tubuh Rea, terdengar suara Essy memekik.

"Eh, Rea udah siuman, tuh!" tunjuk Essy.

Benar. Rea sudah membuka matanya.

Maka, Ardan pun kembali membaringkannya di sofa. "Beb, apa yang kamu rasakan?"

Rea menggeliat. Mengerjap-ngerjapkan matanya. Lalu ia duduk. Wajahnya menampakkan ketakutan luar biasa. "Beb, Merlyn, Essy... Tadi bonekanya berdiri!! Berdiri!! Boneka itu hidup!!"

Essy tidak kuasa menahan ketakutannya sendiri. Ia memeluk lengan Merlyn.

Merlyn sebenarnya takut juga. "Masa sih, Re?"

Lalu Ardan pergi ke ruang tengah. Memeriksa boneka perempuan yang tertutup taplak meja itu. Ia sentuh rambutnya, permukaan kulit tubuhnya yang kenyal, menguak bibirnya yang menyembulkan tatanan geligi putih bersih, bahkan sampai meniupkan udara ke sepasang matanya, tapi mata itu tidak berkedip. Semua yang ada di tubuh boneka ini memang mirip manusia. Sekilas tampak hidup. Tapi menurut Ardan tidak. Maka, Ardan kembali ke ruang tamu. Pada ketiga gadis itu. "Boneka itu gak hidup, Beb. Kamu pasti salah lihat. Kamu kecapean abis syuting tadi."

Rea masih ngotot dengan apa yang ia lihat tadi. "Engga!! Aku gak salah liat, Beb! Merlyn, Essy, Gue gak bermaksud bikin kalian takut. Tapi gue udah gak bisa menutupi ini lagi. Gue pernah lihat hantu perempuan mirip ama boneka perempuan itu di kamarnya Natz. Pas kita mau pergi laporan ke rumah Pak RT. Kalian inget kan, gue sempet mau ambil HP di kamar?"

Merlyn dan Essy mengangguk.

"Ada yang gak beres dengan rumah ini," ujar Essy, sembari gemetaran karena takut.

Rea, Merlyn, dan Ardan pun menyimak yang hendak Essy ceritakan.

TEROR KUNTILANAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang