Dengan berat hati Jihoon tetap ikut serta secara aktif mempersiapkan pernikahan Asahi. Jihoon juga sempat bicara dengan Jihyo, meminta izin agar ia diberi cuti sementara sampai mereka selesai dengan persiapan pernikahan Asahi. Namun Jihyo enggan memberikan izin karena sebenarnya mereka juga sudah sering keteteran karena kekurangan tenaga manusia. Kehadiran Jihoon sangat dibutuhkan walau hanya untuk mengawasi para pendekor.
Untuk sesaat Jihoon sempat membenci pekerjaan yang sudah banyak menghidupinya ini. Padahal ia yakin dirinya sudah begitu mencintai bidang pekerjaannya ini, tetapi kenyataan bahwa ia harus mempersiapkan pernikahan mantan kekasihnya dengan orang lain sering kali membuatnya tak habis pikir mengenai seberapa kejam takdir dunia terhadapnya.
Hatinya tak pernah dibiarkan meninggalkan rumah lamanya walau dia sudah lama ditinggalkan sendirian.
Dalam segala persiapan itu Jihoon selalu mempersempit kemungkinan dirinya harus bercengkrama dengan Yoshi. Ia hanya akan menemui Asahi untuk menanyakan sesuatu atau untuk memberi kabar perkembangan persiapan. Selalu mencari alasan apa pun untuk pergi ketika Yoshi datang padanya untuk bicara dengannya.
"Jihoon."
Jihoon segera menoleh pada Asahi yang kini datang menghampiri. Menghentikan sesaat obrolannya dengan Jihyo yang tadinya sedang membicarakan tentang fotografer yang diinginkan oleh calon mempelai.
"Kalau begitu aku pergi dulu ya, hubungi aku jika ada apa-apa." Jihyo segera berpamitan dan pergi dari sana setelah Jihoon mengangguk mengerti akan beberapa perintah yang ia jelaskan barusan.
"Jihoon, kamu kenal sama Kak Yoshi ya?"
"Hem?"
Jihoon jelas terkejut mendengar pertanyaan Asahi yang tiba-tiba menanyakan mengenai Yoshi padanya.
"Kenapa, bertanya begitu?"
"Itu, kemarin kan waktu kita ketemu di restoran, Kak Yoshi bilang ingin bicara denganmu sebentar karena ingin memastikan apa dia salah mengenali orang atau tidak. Berarti kalian sudah saling kenal sebelum ini kan?"
"Aaah.. Itu..."
Jihoon mengangguk pelan. Ia sempat berpikir bahwa Asahi mengetahui sesuatu yang lebih jauh dari itu, tetapi sepertinya Yoshi tidak mengatakan apa pun mengenai hubungan mereka di masa lalu pada Asahi jika melihat Asahi yang hanya berpikir bahwa ia berteman dengan Yoshi.
"Kalau begitu kamu harus datang saat pernikahan kami nanti. Aku akan memberimu undangannya juga."
"Kurasa aku akan tetap berada di sana untuk memastikan pernikahan kalian berjalan lancar, kamu tidak perlu memberiku undangan."
"Gak gak gak, kamu juga harus dapat. Kamu kan teman Kak Yoshi juga. Besok aku bawakan ya, datanglah sebagai teman Kak Yoshi, jangan cuman sebagai penanggung jawab acara. Oke?"
Tak dapat lagi menjawab atau menolak, Jihoon akhirnya hanya mengangguk samar sebagai persetujuan.
Untuk beberapa alasan ia tak bisa menyalahkan Asahi karena hatinya yang kembali terluka karena keinginan lelaki manis itu. Sebenarnya Jihoon sudah berencana untuk menghilang di tengah acara nanti dan membiarkan Soobin beserta Jihyo sendiri yang meng-handle selama acara pemberkatan. Tapi sepertinya sekarang ia tak bisa karena tak enak dengan Asahi.
"Sayang, ayo, kita harus pergi sekarang."
Yoshi datang untuk memanggil Asahi. Tidak menyadari kehadiran Jihoon yang juga berada di sana tengah bicara dengan Asahi. Untuk sesaat Yoshi terkejut mendapati Jihoon yang juga ikut menoleh padanya, namun ia segera tersadar ketika merasakan Asahi yang merangkul mesra lengannya.
"Ayo. Mama sama yang lain udah di sana?"
Yoshi tersenyum menatap Asahi yang penuh dengan binar kebahagiaan. Diusapnya rambut panjang Asahi. Kemudian menyingkapnya ke belakang untuk kemudian memberikan satu kecupan ringan di kening Asahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope In Tears [ yoshihoon/kyuhoon ]
RandomB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Terjebak. Jihoon ditarik masuk ke dalam sebuah pernikahan yang seharusnya bukan miliknya. Kembali bersatu dengan sang mantan kekasih dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Hidupnya bagai dipermainkan semesta. Jihoon harus...