20 [ cintaku dan cintamu ]

1.6K 121 31
                                    

Bagai sebuah awal baru. Jihoon menjalani hari-harinya dengan hati berseri setiap detiknya. Putrinya membawa kabahagiaan kembali ke dalam hidupnya yang sebelumnya sudah mulai redup. Jihoon menikmati setiap detik momen yang ia jalani bersama sang putri. Namun tentu tetap ada sosok Junkyu di sana yang senantiasa membersamai kebahagiaannya.

Tiga bulan berlalu begitu saja sejak kelahiran putrinya. Jihoon hampir tak pernah lagi mendengat kabar mengenai Yoshi. Bahkan saat pernah sekali ia mengunjungi panti untuk memenuhi janjinya pada Mashiho dan menemui Asahi, Asahi bilang dia juga tidak lagi mendapat kabar dari Yoshi. Asahi mengatakan bahwa memang Yoshi terkadang berkunjung untuk menemuinya namun tak pernah bicara banyak.

Dan hari ini, dengan hati dongkol Junkyu mengendarai mobilnya menuju rumah Jihoon. Semalam Jihoon meneleponnya dan meminta Junkyu untuk datang ke rumah lebih awal karena Jihoon berencana untuk pergi dan menitipkan Jieun padanya. Sebenarnya tak masalah jika Jihoon memang ingin pergi karena ada kepentingan atau apa, tetapi ini Jihoon pergi untuk menemui Yoshi.

YOSHI

Junkyu jelas kesal. Ia kira Jihoon sudah sepenuhnya melupakan Yoshi dan akan bersikap masa bodoh dengan apa pun yang terjadi pada Yoshi. Tapi kini? Ia justru harus membiarkan Jihoon kembali menemui Yoshi untuk entah apa lagi yang Jihoon akan katakan atau lakukan pada Yoshi.

"Kenapa mukamu ditekuk begitu?" Jihoon berkomentar setelah Junkyu tiba disertai wajah sebalnya yang tidak sedikit pun disembunyikannya.

"Mana Jieun?" Junkyu mengabaikan pertanyaan Jihoon dan langsung menanyakan keberadaan bayi tiga bulan tersebut.

"Tidur. Nanti beri Jieun makan kalau dia udah bangun ya." Jihoon berjalan melewati Junkyu, mengambil tasnya yang tadi diletakkan di atas sofa.

"Kamu berangkat sekarang?" Terkejut Junkyu melihat Jihoon yang tiba-tiba saja sudah bersiap untuk pergi.

"Iya. Kamu datang kelamaan, aku jadi telat."

Junkyu diam memandangi Jihoon yang kini kembali berjalan ke depan untuk memakai sepatunya. Junkyu memperhatikan dari belakang. Matanya menelisik penampilan Jihoon yang terlihat sangat, sangat-sangat, sangat rapi.

"Kamu wangi banget. Emang harus ya sewangi ini buat ketemu sama Yoshi aja?"

"Hah? Iya?" Jihoon berdiri dan berbalik menatap Junkyu, lantas menciumi aroma tubuhnya sendiri untuk melihat apa benar ia memakai terlalu banyak parfum. "Enggak kok, biasa aja."

Junkyu mendengus. Ia bahkan bisa mencium aroma manis parfum Jihoon dari jarak 5 meter. "Wajahmu juga, ada sesuatu di wajahmu."

Jihoon mengernyitkan kening. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan menggunakannya sebagai cermin untuk melihat apa yang salah dengan wajahnya.

"Ada apa? Tidak ada apa-apa deh." Jihoon masih terus menelisik wajahnya sampai tiba-tiba Junkyu menyentuh pipi kirinya dan membuatnya terpaku balas menatap Junkyu.

"Di sini. Sama ini. Ini juga. Dan ini." Junkyu menunjuk secara bergantian pipi, hidung, mata, serata bibir Jihoon. "Semuanya. Mending kamu cuci muka aja, baru deh abis itu kamu pergi."

Jihoon mendelik. Ternyata ada makhluk cemburu yang kini coba melarangnya pergi, atau pergi dengan tanpa riasan di wajahnya.

"Apa sih. Udahlah, aku harus pergi sekarang." Jihoon segera melangkah keluar dan menutup kembali pintu dengan rapat. Mengabaikan Junkyu kekesalannya sendiri.

"Ish! Apa iya aku harus bilang langsung, 'Jihoon! Kamu tuh dandan terlalu cakep cuman buat ketemu sama Yoshi!' ya Jihoon memang selalu cantik sih... Tapikan ini dia mau ketemu sama Yoshi, kalau tiba-tiba Yoshi jadi balik makin suka sama Jihoon gimana?! Atau jangan-jangan Jihoon memang mau ngajak Yoshi balikan?" Junkyu terus menggerutu dan berdebat dengan pikirannya sendiri.

Hope In Tears [ yoshihoon/kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang