Siang itu Junkyu memilih berjalan kaki menyusuri trotoar jalanan untuk menikmati sengatakan hangat mentari. Musim semi hampir usai dan udara mulai terasa lebih dingin. Bunga banyak bermekaran di mana-mana, berbeda dengan hatinya yang kini sepertinya sedang dilanda musim dingin.
Nafasnya kembali dihela dengan berat. Musim demi musim berganti dengan teratur, namun hatinya tetap saja kosong menantikan pemilik sesungguhnya untuk datang menghuni. Junkyu menghentikan langkah ketika panca indranya melihat seseorang di ujung jalan tengah melihat-lihat beberapa bunga di toko bunga yang buka di ujung sana.
Langkahnya dipercepat. Dengan riang suaranya kemudian mengudara menyapa si manis yang masih fokus pada bunga di depannya.
"Siang, Jihoon."
Jihoon menoleh, lantas tersenyum manis mendapati Junkyu yang masih setia tersenyum. Tanpa diketahuinya senyumnya telah berhasil menaburkan bunga yang menghangatkan di hati dingin Junkyu.
"Sedang apa?"
"Cari bunga, untuk klien."
Junkyu mengangguk. Paham mengapa Jihoon tampak begitu serius memandangi beberapa bunga cantik di hadapannya tersebut.
"Baby breath?" Gumam Junkyu pelan, menyebutkan nama jenis bunga yang kini berada di tangan Jihoon.
"Cantikkan? Seperti calon mempelainya, mereka mau memakai bunga ini." Ucap Jihoon dengan masih fokus pada setangkai bunga ditangannya.
"Kamu lebih cantik sih."
"Hem? Kamu bilang sesuatu?" Jihoon menoleh, menatap Junkyu dengan alis bertaut. Yakin ia tadi mendengar Junkyu mengatakan sesuatu namun tidak begitu jelas terdengar oleh telinganya.
Junkyu menggeleng. "Bukan apa-apa, kubilang, iya, bunganya cantik. Tapi kurasa kamu terlalu sering bilang bahwa bunganya secantik calon mempelainya."
Jihoon terkekeh pelan. "Memang sih. Ngomong-ngomong, kamu mau kemana?"
Junkyu mengangkat bahunya tak acuh. "Gak tahu, cuman pengen jalan-jalan aja sih."
Jihoon mengangguk paham. "Tunggu sebentar." Ia kemudian kembali masuk dan bicara beberapa hal dengan pemilik toko bunga tersebut sebelum kemudian kembali keluar menemui Junkyu dengan bunga yang masih setia dibawanya.
"Itu untuk apa?" Junkyu bertanya merujuk pada bunga di tangan Jihoon.
Jihoon ikut menatap bunganya, lalu memberikannya pada Junkyu. "Anggap saja dari Haneul, untukmu. Semoga kamu segera bertemu dengan cintamu."
Junkyu menerima bunga tersebut dengan kening mengerut. Jika bicara mengenai cintanya, maka sudah sejak lama ia bertemu dengan cintanya namun sayang cintanya tidak memberikan balasan cinta yang sama padanya.
"Kalau begitu tolong sampaikan terima kasihku padanya, berkatnya aku bisa bertemu dengan cintaku."
Jihoon mengangguk tanpa tahu apa maksud tersirat dalam kalimat Junkyu barusan.
"Junkyu, coba sini."
Junkyu menaikkan alis heran, namun tetap menurut ketika Jihoon menariknya dan memintanya untuk berdiri di depannya. Junkyu masih berusaha mencerna sampai ketika dengan tiba-tiba punggungnya menerima sebuah beban yang menghantam. Junkyu dengan cekatan menahan tubuh Jihoon yang tadi melompat naik ke atas punggungnya.
"Hey! Itu berbahaya tahu! Kamu ini."
Jihoon hanya terkikik kecil. Tangannya kemudian melingkari area sekitar leher Junkyu dan meletakkan dagunya pada bahu Junkyu. Tangannya terulur dengan telunjuk yang menunjuk pada salah satu stand penjual di seberang jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope In Tears [ yoshihoon/kyuhoon ]
RandomB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Terjebak. Jihoon ditarik masuk ke dalam sebuah pernikahan yang seharusnya bukan miliknya. Kembali bersatu dengan sang mantan kekasih dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Hidupnya bagai dipermainkan semesta. Jihoon harus...