Semalaman Junkyu terjaga tanpa bisa memejamkan matanya walau lima menit. Ia benar-benar tak bisa tidur bukan karena tempatnya tak nyaman, tetapi tidur di satu ruangan yang sama dengan Jihoon ternyata tidak baik untuk hatinya.
"Junkyu."
Jihoon yang tadinya melihat keluar jendela segera memanggil begitu melihat ternyata Junkyu sudah berada di luar rumah sendirian. Padahal ini masih terlalu pagi untuk Junkyu yang biasa bangun setelah matahari panas menyengat jika tidak akan pergi bekerja begini.
"Kamu pagi-pagi kok udah bangun aja? Tumben. Atau kamu emang gak nyaman ya di sini?" Tanya diajukan setelah Jihoon keluar menghampiri Junkyu.
"Hah?! Enggak, bukan gitu. Udara pagi di sini menyegarkan, jadi, sepertinya pemandangannya juga akan bagus di pagi hari." Kilahnya agar Jihoon tidak perlu merasa bersalah.
"Iya ya? Aku juga suka suasana di sini, Ayah pintar mencari tempat yang bagus. Oh, bagaimana kalau jalan-jalan di sekitar sini? Kamu biasanya juga cukup sering kan pergi joging, mau?"
Binar di kedua mata Jihoon membuat Junkyu tidak bisa menolak ajakan Jihoon. Walaupun sebenarnya ia tidak berniat berolahraga, namun berjalan-jalan sebentar sebelum pulang sepertinya akan menyenangkan jadi Junkyu mengangguk saja menyetujui ajakan tersebut.
"Oke! Tunggu sebentar ya."
Jihoon segera kembali masuk ke dalam rumah. Cukup lama sampai Jihoon kembali keluar, sudah dengan satu totebag disampirkan di bahunya.
"Kenapa bawa tas?"
Jihoon menunjukkan sebotol air minum dari dalam tasnya. Kemudian segera menarik lengan Junkyu agar cepat melangkah sebelum matahari semakin naik dan jadi lebih panas. Junkyu hanya menurut karena ia juga tidak tahu mengenai rute di daerah sini. Tangannya yang tadi ditarik Jihoon dipandangnya dengan sebuah senyum terukir di ranumnya. Pegangannya dipererat. Langkah kakinya disamakan dengan Jihoon.
Pagi hari di pedesaan. Semua orang nampak lebih sibuk dengan beberapa anak kecil yang bermain di tanah lapang tanpa perlu khawatir banyak kendaraan berlalu-lalang membahayakan. Jihoon tampak lebih bersemangat dengan kedua tangannya terus bergantian mengayun.
"Ah, Junkyu, kamu duluan aja ya, aku mau beli sebentar." Jihoon melepas tautan tangannya dengan Junkyu dan langsung melesat menghampiri seorang penjual makanan tanpa memperdulikan Junkyu.
"Mau apa? Katanya tadi mau joging, kok malah jajan?" Junkyu ikut menghampiri.
Jihoon mendelik pada Junkyu. "Apaan?! Kan yang mau joging itu kamu, aku cuman nganter aja. Lagian nanti aku dimarahin Ibuku kalau lari-larian, udah sana kamu muter-muter di sini aja dulu, aku mau beli sarapan."
Junkyu menatap Jihoon tak percaya. Sudah pasti mengajaknya jalan-jalan dengan kedok joging juga hanya alasan semata agar Jihoon bisa diizinkan keluar dan bisa membeli semua jajanan yang dia mau.
Karena Junkyu juga malas olahraga, dan dia mau pergi tadi juga karena Jihoon yang terlihat seperti menginginkannya jadi karena sekarang Jihoon lebih mementingkan makanan, mau tidak mau Junkyu juga ikut menunggu di sana dan membeli makanan yang sama untuk dimakan bersama Jihoon sebagai sarapan.
Bukan hanya satu atau dua. Jihoon terus membeli setiap makanan yang dilewatinya dengan jenis yang berbeda. Sebenarnya tidak ada begitu banyak penjual di sana, namun Jihoon berjalan terlalu jauh dan dengan sengaja melewati tempat-tempat yang menjual makanan.
Junkyu tak mampu lagi mengiringi. Perutnya terasa penuh karena Jihoon membuatnya memakan jajanan yang ternyata rasanya tidak sesuai dengan seleranya dan dengan dalih tidak baik membuang makanan Junkyu terpaksa menghabiskan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope In Tears [ yoshihoon/kyuhoon ]
RandomB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Terjebak. Jihoon ditarik masuk ke dalam sebuah pernikahan yang seharusnya bukan miliknya. Kembali bersatu dengan sang mantan kekasih dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Hidupnya bagai dipermainkan semesta. Jihoon harus...