IV [ kembali hancur ]

1K 145 25
                                    

Kepalanya bagai kosong ketika tubuhnya ditarik dan jas hitam yang ia kenakan diganti menggunakan setelan jas pengantin. Jihoon bahkan tak bisa berpikir mengenai bagaimana pakaian Asahi bisa muat di tubuhnya yang jelas lebih besar jika dibandingkan dengan Asahi.

Pernikahan yang suci. Seharusnya ayahnya di sana mengantarkan dirinya untuk menempuh sisi baru kehidupan. Namun bukan ayahnya, melainkan ayah Asahi lah yang siang itu membimbingnya menuju altar. Bertingkah seolah dirinya adalah putra kandungnya.

Bukan hanya dirinya, Yoshi juga ikut terkejut ketika mendapati justru Jihoon lah yang kala itu berdiri di hadapannya sebagai pengantinnya. Soobin serta Jihyo yang melihat Jihoon yang kini berdiri di altar pernikahan dan melancarkan acara siang itu jelas terkejut bukan main. Mereka bahkan tidak pernah tahu bahwa Jihoon dan Yoshi saling mengenal, dan kini justru melihat keduanya bersanding di altar jelas merupakan sesuatu yang mengejutkan.

Jihoon baru benar-benar sadar dari lamunannya ketika sebuah cincin kini tersemat di jari manisnya. Jihoon segera menarik diri. Melangkah mundur. Jihoon menatap kosong pada jari manisnya dan juga Yoshi secara bergantian.

"Jihoon."

Sebelum tangannya sempat meraih lengan Jihoon, Jihoon sudah lebih dulu melarikan diri dari sana. Yoshi segera mengikuti dari belakang.

Melarikan diri sekarang pun akan percuma. Ikatannya sudah terjalin. Pernikahannya sudah selesai dan sah sebelum Jihoon sadar. Status lajangnya telah terlepas. Kini ia menjadi bagian dari keluarga Kanemoto. Sebagai istri Yoshi.

"Jihoon, tunggu dulu."

Tangannya berhasil meraih. Jihoon menghentikan langkahnya seketika. Jihoon menolak berbalik namun tetap memutar tubuhnya menghadap Yoshi ketika Yoshi dengan paksa membuatnya berbalik.

"Jihoon—

"Gak! Aku gak mau terlibat lagi sama kamu Yoshi! Aku gak mau!" Jihoon berteriak keras melampiaskan emosinya saat ini.

"Bagaimana caranya aku mengatakan hal konyol ini pada orang tuaku. Aku tidak pernah menginginkan ini, tapi kenapa aku harus mengalami hal ini. Apa kamu begitu senang melihatku terus terluka?!"

"Jihoon, kamu juga gak bisa salahin aku gini dong! Aku juga gak tahu apa-apa. Memangnya aku tidak terkejut melihat justru kamu yang datang dan bukan Asahi?! Bukankah seharusnya aku yang marah karena per—

Plakkk

Jihoon mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat setelah melayangkan satu tamparan pada wajah Yoshi dan membuat bungkam mulut pria itu. Yoshi balas menatap Jihoon dengan terkejut atas tamparan yang ia terima. Berpikir bahwa seharusnya ia tak pantas menerima perlakuan demikian dari Jihoon.

Tatapannya yang kosong kini beralih menatap Yoshi.

"Aku gak mau hidup dalam pernikahan ini."

Tangannya bergerak melepas cincin pernikahan yang tersemat di jari manisnya. Cincin itu kemudian dilemparkan sampai mengenai tubuh Yoshi. Sementara Yoshi masih tetap diam seraya menatap cincin pernikahan yang seharusnya ada di jemari Asahi itu kini justru tergeletak tak berarti di lantai kotor.

"Aku membencimu, Yoshi. Selamanya."

Jihoon pergi dari sana. Meninggalakan Yoshi yang masih mematung, meninggalkan acara pernikahan yang sebenarnya sudah hancur tersebut, dan meninggalkan tanggung jawabnya sebagai penyusun acara sampai selesai. Membawa hatinya yang kembali harus terluka karena cintanya.

Yoshi tak lagi berniat mengejar. Tahu bahwa Jihoon akan terus mendorongnya menjauh. Cincin yang masih tergeletak itu segera ia ambil dan simpan. Tungkainya dibawa melangkah masuk kembali ke dalam gedung untuk menemui ibunya yang ia yakin bertanggung jawab atas apa yang baru saja terjadi.

Hope In Tears [ yoshihoon/kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang