"Gak bisa!"
Yoshi mendengus frustasi mendengar penolakan ibunya yang kesekian kalinya. Sudah sejak sebulan lalu ketika ia memberitahukan bahwa Jihoon telah mengajukan perceraian ke pengadilan ibunya selalu mendesaknya untuk menemui Jihoon dan membawanya kembali karena Jihoon sudah pergi dengan membawa calon anaknya.
Berulang kali Yoshi menjelaskan bahwa ia tidak lagi bisa memaksa Jihoon untuk kembali namun ibunya selalu masa bodoh dan ketika ia meminta ibunya meminta maaf pada Jihoon dan kedua orang tua Jihoon, ibunya tetap menolak dengan alasan harga dirinya yang tak mau direndahkan.
"Minta maaf gak akan bikin Mama jadi orang paling rendah di dunia. Semua masalah ini terjadi juga karena Mama, terus Mama akan tetap diam dan pura-pura gak tahu?!"
"Mama gak mau, lagipula Mama yakin Jihoon juga pasti senang kan bisa bawa pergi anak kamu begitu saja! Bayi itu bagian dari keluarga kita dan kamu harus bawa dia ke sini!"
"Mah..."
Yoshi benar-benar tak mengerti dengan sikap ibunya kini. Padahal dulu ketika ia baru akan mendekati Jihoon dan menceritakan semuanya pada ibunya, ibunya tampak tidak keberatan sama sekali dan justru mendukungnya. Namun entah mengapa ibunya jadi terlihat tidak menyukai Jihoon sejak pertama kali Yoshi mempertemukan keduanya.
Dulu Yoshi hanya masa bodoh dan mengabaikan ibunya yang jelas menunjukkan ketidaksukaannya pada Jihoon namun baru akhir-akhir ini ia mengetahui alasan di balik semua yang ibunya lakukan untuk memisahkannya dengan Jihoon dan dengan tega memanfaatkan Jihoon. Adanya "status sosial" adalah alasan utama mengapa ibunya begitu tidak menyukai Jihoon.
"Jika Jihoon tidak mau kembali, setidaknya bawa saja anaknya setelah anaknya lahir. Anak itu juga anakmu." Tak acuh ibunya berujar dan langsung meninggalkan Yoshi yang masih terdiam terkejut di ruang tamu.
Yoshi benar-benar tak habis pikir dengan apa yang baru saja didengarnya langsung dari mulut ibunya. Meminta Jihoon kembali saja sudah sangat tidak mungkin apalagi mengambil anaknya dari Jihoon. Walaupun dia juga anak Yoshi, tapi Yoshi sudah berjanji untuk tidak lagi menyakiti Jihoon atas alasan apa pun.
Ibunya memilih menutup mata atas semua kesalahannya, jadi Yoshi memutuskan melakukan hal yang sama. Ia belajar dari ibunya dalam mengatasi masalah sejak kecil. Ayahnya juga mengajari banyak hal, namun ibunya berpengaruh besar dalam membesarkannya.
Yoshi memutuskan kembali mengendarai mobilnya menuju kediaman Jihoon di pinggiran kota sana. Ia tahu maaf tidak akan pernah bisa didapatnya, namun setidaknya Jihoon harus bahwa ia serius ingin memperbaiki semuanya.
Yoshi mengerutkan keningnya begitu melihat adanya mobil lain yang kini berhenti di halaman rumah Jihoon. Mobil itu datang lebih dulu darinya, hanya selisih beberapa detik namun tetap saja ia tak cukup cepat.
"Kim Junkyu..."
Suaranya berbisik pelan begitu melihat Junkyu keluar dari mobil dan tanpa memperdulikan hal lain langsung menghampiri pintu rumah Jihoon. Yoshi segera ikut turun menyusul Junkyu.
"Wah... Lihat siapa yang juga datang berkunjung." Ucap Junkyu begitu ia menyadari adanya orang lain yang bersamanya di sana. Sebelah alisnya naik begitu melihat Yoshi yang berjalan ke arahnya.
"Bukankah kamu sudah tidak diizinkan untuk datang lagi kemari? Kenapa malah datang lagi?" Junkyu berucap dengan sombongnya.
Untuk sekarang ia ingin melupakan fakta bahwa Yoshi dan Jihoon belum benar-benar berceari dan meneruskan niatnya untuk terus menyukai Jihoon sepenuh hatinya.
"Kenapa ribut?"
Jihoon keluar dari dalam rumah karena tadi Junkyu sudah mengetuk pintu. Jihoon mengalihkan perhatiannya, beralih menatap Yoshi yang ternyata juga tengah memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope In Tears [ yoshihoon/kyuhoon ]
RandomB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Terjebak. Jihoon ditarik masuk ke dalam sebuah pernikahan yang seharusnya bukan miliknya. Kembali bersatu dengan sang mantan kekasih dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Hidupnya bagai dipermainkan semesta. Jihoon harus...