VII [ persetujuan ]

700 118 14
                                    

Siang itu, tanpa memberitahu siapa pun Jihoon pergi ke sebuah cafe kecil yang lokasinya bisa dibilang jauh dari tempatnya tinggal. Lokasinya hampir di ujung kota. Jihoon harus beberapa kali turun dari bus dan naik lagi dengan rute berbeda untuk sampai di sana. Menghabiskan banyak uang, ia akan memesan taksi online saja untuk pulang nanti.

Cafe itu sepi. Sangat sepi tanpa pelanggan lainnya selain satu orang yang duduk sendirian di pojok ruangan dan satu lagi orang yang akan ia temui. Jihoon segera menghampiri. Menarik kursi dan duduk menghadap Asahi.

Jihoon duduk diam menunggu yang lebih muda untuk memulai percakapan. Lama Asahi menunduk dalam memikirkan bagaimana ia harus bicara dengan Jihoon atas segala kekacauan yang ia sebabkan.

"Aku minta maaf."

Jihoon mendengus sebal. Satu kalimat itu jelas sudah ia duga akan Asahi ucapkan, namun bukan hanya sekedar kata maaf yang ia inginkan kini. Ia butuh lebih banyak penjelasan dari Asahi.

"Katakan saja alasanmu melakukan semua ini. Aku akan pikirkan bagaimana aku harus bertindak setelah ini."

Asahi kembali diam. Nafasnya ia tarik dan hembuskan dengan gusar.

"Aku gak bisa... lanjutin pernikahanku dengan Kak Yoshi."

Jihoon mengerang kesal. Ia ingin bersikap baik karena akhirnya Asahi sudah lebih dulu menghubunginya dan bilang bahwa dia akan menjelaskan segalanya padanya, namun sejauh pembicaraan Asahi hanya berputar-putar tanpa mau langsung ke inti permasalahan.

"Bisa katakan dengan jelas? Aku tidak ingin kedatanganku di sini sampai sia-sia."

"Aku gak akan bisa kasih keturunan buat Kak Yoshi... aku juga tidak mengira jika mereka akan menarik dan melibatkan kamu sejauh ini."

Untuk sesaat Jihoon terpaku dengan kata-kata Asahi barusan. Hatinya terenyuh mendengar kata yang juga berhasil menyentil hatinya.

"Kamu gak tahu kalau akibat dari kamu yang melarikan diri di hari pernikahanmu akan berakibat begini kan?! Jadi kenapa kamu lari hanya karena alasan itu? Jika Yoshi memang mencintaimu, dia pasti akan menerima kamu apa pun keadaannya kan."

Jihoon tercekat. Tanpa sadar telah terbawa emosi dalam pembicaraan ini. Ia tak berniat marah, namun entah kenapa emosinya cepat naik sejak awal kedatangan.

"Aku tahu Kak Yoshi akan tetap menerimaku, tapi keluarganya tidak akan mau. Mereka akan tetap memaksakan adanya seorang keturunan dan aku tidak bisa! Aku baru tahu tentang ini dua hari sebelum hari pernikahan dan belum memberitahu siapa pun termasuk Kak Yoshi."

"Tapi kamu mencintai Yoshi?"

Jihoon terpaku. Untuk sesaat berharap bahwa apa yang Junkyu katakan padanya tempo hari mengenai kemungkinan adanya perjodohan yang tidak diinginkan antara Asahi dan Yoshi benar terjadi, namun Asahi yang masih menunduk dalam di depannya itu mengangguk. Menyatakan bahwa ia sepenuhnya benar memang mencintai Yoshi sejauh yang selalu ia tunjukkan pada dunia.

"Itu berarti kamu harus kembali."

Asahi mengangkat wajahnya. Menunjukkan wajahnya yang sebelumnya bersih tanpa cacat itu kini nampak berantakan. Kantong mata hitam di bawah matanya jelas menunjukkan bagaimana pria manis itu kesulitan menghadapi malam hari. Bibirnya juga terlihat pucat pasi seperti orang sakit.

"Kamu sakit?"

Jihoon jelas terkejut. Ada sedikit rasa khawatir yang jika Junkyu bilang adalah rasa kemanusiaan yang timbul begitu melihat keadaan Asahi saat ini. Sedangkan Asahi hanya mengangguk samar dengan air mata yang tiba-tiba ikut keluar menuruni pipinya yang sudah terdapat banyak jejak air mata.

Hope In Tears [ yoshihoon/kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang